Naruto masuk ke dalam kamar dengan lesu. Setelah selesai mandi dan makan dia pergi bermain dengan Himawari lagi.Lalu, karena hari sudah larut dan anak-anaknya sudah tidur, pria itu pun naik ke lantai dua dan pergi ke kamar utama, yang merupakan kamarnya dengan Hinata.
Ceklek
Dengan wajah tertekuk dia membuka pintu. Netra birunya langsung disambut oleh wajah manis Hinata yang sedang terduduk dipinggir ranjang sembari memegang sebuah buku di tangannya.
Naruto segera naik ke atas ranjang. Dia lalu tidur telungkup dengan paha Hinata yang digunakan sebagai bantal.
Hinata melepas bukunya sejenak. Dia meletakkan benda itu diatas nakas tepat disampingnya.
Pun tangannya bergerak mengelus surai pirang sang suami.
"Naruto-kun ada apa?" Tanya Hinata lembut.
Dia tentu menyadari wajah badmood suaminya.
Naruto memeluk pinggang Hinata dan menenggelamkan kepalanya pada perut wanita itu, sebelum menjawab, "Aku kesal -ttebayo, Boruto dan Kawaki mengabaikanku, padahal akhirnya aku bisa pulang setelah empat minggu terus berada di kantor."
Dengan nada manja Naruto mengadu. Hinata pun tersenyum.
"Bukan begitu. Naruto-kun tahu kan, Boruto dan Kawaki itu sedikit tsundere."
"Tidak -ttebayo. Mereka benar-benar mengabaikanku hime. Boruto bahkan mengatai aku sakit jiwa." Naruto mendongak dengan bibir manyun.
Hinata terkikik geli.
Naruto mengerutkan keningnya dalam. Dia pun merubah posisi tidurnya dan menjadi terlentang, agar dapat melihat langsung ke wajah Hinata. Dengan bibir yang masih manyun dia bertanya, "Kenapa tertawa?"
"Bukan apa-apa hanya saja, aku pikir Boruto berkata demikian karena Naruto-kun bersikap sedikit aneh hari ini." Hinata menjawab sambil tersenyum lembut.
Naruto semakin memanyunkan bibirnya.
"Kau pun berpikir begitu?" Dengan wajah sendu yang dibuat-buat dia kembali bertanya.
"B-bukan begitu Naruto-kun. Maksudku hari ini kau terlihat sedikit berbeda emm ... Kau tampak lebih ceria dari biasanya." Hinata berusaha menjelaskan agar Naruto tidak nganbek.
"Aku 'kan bahagia karena akhirnya bisa pulang dan bertemu denganmu dan anak-anak. Tapi, kau malah berpikir aku aneh. Aku kecewa -ttebayo!"
Naruto langsung mengambil posisi berbaring dengan membelakangi Hinata.
Dan ya, apa yang Hinata takutkan pun terjadi, Naruto masuk dalam mode ngambek.
"Heh? Naruto-kun gomen."
Hinata mendekat pada tubuh pria itu.
Lalu mengguncang bahunya pelan."Naruto-kun gomen ne." Hinata memelas.
Naruto menepis lembut tangan Hinata yang berada di bahunya.
"Jangan menggangguku, aku ingin tidur."
"Naruto-kun, aku benar-benar minta maaf."
Tidak peduli dengan perkataan Naruto, Hinata tetap melanjutkan kegiatannya, memelas dan meminta maaf.
Naruto itu kadang memang ambekan.
"Menjauh lah Hinata aku ingin tidur."
Naruto kukuh dengan pertahanannya. Sudah sangat jarang dia bersikap manja pada Hinata, sebab selalu sibuk dengan pekerjaannya.
Pria itu memeluk bantal gulingnya erat, lalu menenggelamkan kepalanya pada benda empuk itu.
"Anata, gomen."
KAMU SEDANG MEMBACA
[8] ホリデー {Horidē} ✔
Fiksi PenggemarHari libur itu bagaikan sebuah angin segar bagi Naruto. Dia selalu sibuk bekerja hingga kurang beristirahat. Jadi ketika mendapat kan hari libur dia akan menggunakannya dengan sangat baik. Bukan hanya beristirahat tapi juga menghabiskan banyak waktu...