"Bukan hal buruk Hinata. Kau bisa punya dua suami."Hiashi menyela perkataan Naruto dengan santai disertai dengan senyum di wajah tuanya.
Naruto, Hinata serta Hanabi menatap Hiashi dengan pandangan kaget. Benar-benar tak percaya dengan apa yang mereka dengar.
Yui sendiri pun tengah kebingungan.
Dua suami?
Apa maksudnya?
Hinata sudah menikah?
Dia hendak buka mulut untuk bertanya namun, suara tegas yang lain lebih dulu menyela.
"Ayah apa maksudnya ini?"
Mata birunya kentara tengah menahan kesal dengan tanda tanya besar.
Dia menatap ayah mertua, yang kini sudah dia anggap sebagai ayahnya sendiri dengan pandangan menuntut jawaban.
"Tou-sama, aku benar-benar tidak mengerti. Apa maksudnya ini?"
Sama seperti sang suami Hinata pun diterpa kebingungan.
"Tunggu bisakah jelaskan situasinya padaku?" Yui pun bertanya lantaran terlalu bingung.
Naruto mengalihkan pandangannya dan menatap Yui marah.
"Kau diamlah brengsek! Sekarang bangun angkat kaki dan pergi dari sini!" Naruto sedikit membentak.
Semua yang berada disana nampak tersentak kaget karenanya. Terkecuali Hiashi yang masih terlihat santai. Dia malah terlihat menikmatinya.
Yui makin mengerutkan keningnya dalam. "Saya meminta penjelasan secara baik-baik anda tidak perlu membentak. Kenapa anda marah, Hokage-sama? Apa saya melakukan kesalahan?"
"Kau masih bertanya?!" Naruto tertawa sinis. "Kau pikir apa datang dan melamar istri orang?! Dimana otakmu?!"
"Naruto-kun ...." Hinata menyentuh pelan lengan suaminya berusaha menenangkan.
Setelahnya Hinata mengalihkan pandangannya pada Boruto. Dari pandangannya, dia seolah berkata pada Boruto untuk membawa Kawaki dan Himawari pergi dari sana.
Putri kecil mereka sudah ketakutan. Jujur baru pertama kali dia mendengar bentakan dari mulut ayahnya.
Yui menoleh dan menatap Hiashi.
"Kak Hinata dan Kak Naruto adalah suami istri."
Hanabi menjelaskan secara rinci agar Yui memahaminya. Dia tahu pria itu kebingungan.
Yui menolehkan pandangannya lagi pada Naruto lalu tersenyum.
"Kalau begitu, cerai saja," ujarnya santai.
Naruto melotot tidak percaya. Begitupun Hinata dan Hanabi.
Dia bangkit dari duduknya menarik kerah baju Yui dan memaksa pria itu untuk bangkit berdiri.
Naruto siap menghajarnya. Namun, Yui menahan tangan yang akan mendarat di wajah tampannya.
Dia lalu melemparkan senyum sinis pada Naruto.
"Ada apa tuan Hokage yang terhormat? Saya rasa kau mungkin tidak akan dirugikan jika harus kehilangan satu saja keluargamu. Bukankah kau punya banyak orang yang kau anggap seperti keluarga? Seperti seluruh warga desa ini? Lagipula aku hanya meminta Hinata. Hanya Hinata!"
Yui mendorong Naruto kasar, dengan tatapan tajam.
"Tidak bisa -ttebasa! Jika kau mau membawa ibu, maka kami pun ikut! Aku tidak mau tinggal dengan tou-san!"
Boruto yang tadi bersembunyi dan mendengarkan pun keluar dari persembunyiannya dan bersuara dengan lantang.
Yui menoleh lalu tersenyum. "Tidak masalah, kalau kalian ingin ikut."
KAMU SEDANG MEMBACA
[8] ホリデー {Horidē} ✔
FanficHari libur itu bagaikan sebuah angin segar bagi Naruto. Dia selalu sibuk bekerja hingga kurang beristirahat. Jadi ketika mendapat kan hari libur dia akan menggunakannya dengan sangat baik. Bukan hanya beristirahat tapi juga menghabiskan banyak waktu...