"Aku tidak berpikir kalau mereka akan benar-benar menerimaku." Sembari tetap menatap lurus ke-depan Kawaki berujar.Boruto pun tersenyum lebar hingga menampakkan gigi-gigi putihnya yang berjejer rapi.
"Sudah ku katakan sebelumnya kan -ttebasa. Kakek dan Hanabi-neesan akan menerimamu seperti kami."
"Hm."
Mereka pun berhenti berjalan ketika tiba di depan tiga pintu kamar yang tertutup rapat.
"Yosh kamarmu disana -ttebasa." Sembari menunjuk kearah pintu kamar yang berada disebelah kanan kamarnya yang memang berada di tengah Boruto berujar.
Setelahnya Kawaki mengangguk singkat dan langsung berjalan santai serta membuka pintu tersebut lalu masuk kedalamnya.
Diikuti oleh Boruto yang turut masuk ke kamarnya. Sedangkan Himawari? Gadis kecil itu sudah masuk sejak awal. Dia nampak sangat bersemangat hingga melupakan kedua kakaknya.
****
"Naruto-kun ayolah, maaf ya." Hinata masuk kedalam kamarnya yang kini ditempati oleh dirinya dan sang suami.
Dia menyusul Naruto yang kini terduduk di pinggir ranjang dengan tampang kesalnya.
Tas pakaian yang tadinya pria itu pegang pun diletakkan sembarang diatas tatami.
Naruto menatap Hinata tajam.
"Maafkan aku. Sebenarnya kenapa? Naruto-kun terlihat sangat mudah emosi sekarang." Kecubung pucat itu menatap sendu pria disampingnya.
Hinata menarik telapak tangan Naruto yang terlapisi perban dan menggenggamnya.
"Tidak ada. Aku hanya kesal. Masa sih kau lupa kalau dirimu bukan Hyuga lagi? Aku juga tidak suka dengan pria itu, siapa dia?" Naruto menatap Hinata dengan pandangan menyelidik.
Hinata menggeleng. "Aku tidak tahu Naruto-kun. Kami baru saja bertemu hari ini."
"Aku akan bertanya pada tou-sama nanti."
"Ada apa? Kenapa Naruto-kun kesal padanya? Apa dia berbuat sesuatu yang salah?" Tanya Hinata penasaran.
"Aku tidak suka caranya menatapmu."
"Ada yang salah dengan itu." Hinata makin kebingungan.
Naruto mengusap wajahnya kasar dengan nafas kasar yang turut terhembus.
"Kau tidak sadar?" Dia pun menatap Hinata gemas. Dan ya, wanita itu menggeleng dengan polosnya.
Naruto diam-diam mengelus dada.
"Sayang, kau sungguh tidak menyadarinya?"
Untuk kesekian kali Hinata menggeleng.
"Apa ada sesuatu?"
"Tidak. Tidak ada apapun lupakan saja."
Merasa lelah dan percuma menjelaskan pada Hinata Naruto akhirnya mengambil posisi berbaring dengan membelakangi Hinata.
Hinata pun menyentuh lengan pria itu. "Naruto-kun kau marah?"
"Tidak!"
"Sungguh?"
"Tidak sayang."
"Naruto-kun?"
Naruto menghela nafas berat lalu kembali bangun dari posisinya dan duduk bersila menghadap langsung ke arah Hinata yang masih menatapnya cemas.
Sepertinya wanita itu khawatir kalau Naruto masih marah.
Dia menangkup pipi Hinata dengan kedua tangannya lalu mengecup kening wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[8] ホリデー {Horidē} ✔
Fiksi PenggemarHari libur itu bagaikan sebuah angin segar bagi Naruto. Dia selalu sibuk bekerja hingga kurang beristirahat. Jadi ketika mendapat kan hari libur dia akan menggunakannya dengan sangat baik. Bukan hanya beristirahat tapi juga menghabiskan banyak waktu...