"Sebenarnya ada yang ingin tou-san bicarakan dengan kalian -ttebayo."Himawari, Kawaki serta Boruto menatap kearah sang ayah yang tengah berbicara dengan serius.
Sedangkan Hinata tengah merapikan piring kotor yang baru saja mereka gunakan untuk menyantap sarapan.
"Hm?" Boruto mengangkat sebelah alisnya penasaran.
Mengetahui bahwa anak-anaknya tengah dilanda rasa penasaran Naruto pun tersenyum lebar.
"Akan tou-san beritahu nanti setelah selesai membantu kaa-san mencuci piring."
Naruto bangkit berdiri dari duduknya. Dia mengambil tumpukan piring, mangkuk serta sendok yang sedang Hinata pegang.
"Biar aku saja," ujarnya lembut.
Hinata mengedipkan matanya bingung. Dia lalu tersenyum hangat dan berjalan kearah Naruto yang tengah berdiri didepan counter cuci piring.
"Biar aku saja Naruto-kun." Hinata hendak mengambil alih gelas kotor yang sedang Naruto cuci dengan spons dan sabun.
Naruto menahannya. Dia lalu menoleh menatap sang istri.
Ketika pandangan mereka bertemu Naruto pun tersenyum lembut.
"Aku yang akan menggosknya dengan sabun, Hinata yang akan membilasnya dengan air. Oke?"
Hinata tersenyum lembut dengan rona merah tipis. "Hai."
Naruto mengecup singkat dahi sang istri yang tertutupi poni sebelum melanjutkan kegiatannya.
Boruto duduk dengan menopang dagu sembari menatap malas kearah kedua orangtuanya.
"Dasar, padahal mereka itu sudah tua -ttebasa."
Walau terlihat begitu sebenarnya dalam hati Boruto tersenyum. Dia sangat suka melihat kemesraan ayah dan ibunya.
Walaupun terkadang sedikit menggelikan baginya, apa lagi ketika melihat ayahnya itu merajuk. Namun, ia senang dan bersyukur. Orang tuanya saling mencintai satu sama lain.
Himawari menangkup pipinya dengan kedua tangan. Netra birunya menatap penuh binar kearah ayah dan ibunya. Dia pun tersenyum lebar dengan pipi yang merona.
Dalam hatinya gadis kecil itu berharap suatu saat dia dapat menemukan pria seperti ayahnya.
Sedangkan Kawaki dia menatap kearah lain dengan pipi yang sedikit bersemu.
Terkadang dia juga malu sendiri melihat kedua orang tua angkatnya itu tengah bermesraan.
****
"Jadi? Apa yang ingin kau katakan pada kami tou-san?"
Setelah Naruto dan Hinata menyelesaikan ritual cuci piring, pasangan itu pun kembali ke meja makan, dimana ketiga anak mereka masih terduduk disana.
"Ah sepertinya kalian sangat penasaran -ttebayo." Naruto duduk disamping Boruto dengan cengiran lebar.
"Apa ini ada hubungannya dengan Kara?" Kawaki bertanya dengan sedikit was-was.
Naruto terkesiap mendengar perkataan Kawaki. Dia pun melirik sejenak kearah Hinata yang tengah mengerutkan keningnya bingung.
"B-begini Kawaki, ini bukan soal Kara. Hais, jangan terlalu berpikiran serius begitu -ttebayo."
Naruto sedikit meringis. Dia ini sedang bahagia karena diberikan hari libur. Liburan itu digunakan untuk bersenang-senang dan menghilangkan penat.
Jujur saja dia tidak ingin membahas soal Kara sekarang. Dia hanya menghabiskan banyak waktu dengan keluarganya dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[8] ホリデー {Horidē} ✔
FanficHari libur itu bagaikan sebuah angin segar bagi Naruto. Dia selalu sibuk bekerja hingga kurang beristirahat. Jadi ketika mendapat kan hari libur dia akan menggunakannya dengan sangat baik. Bukan hanya beristirahat tapi juga menghabiskan banyak waktu...