Singkat

92 82 24
                                    


Kok rasanya bentar ya?

Sayang banget. Kalo jalan sama dia tuh rasanya pengen lama-lama. Kenapa waktu cepet banget?

Beda kalo jalan sama orang yang ga disuka. Rasanya lama.

Padahal kalo dipikir-pikir itu juga lama, secara jalanan macet. Tapi rasanya tetep aja singkat.

Kenapa waktu ga berhenti aja coba? Kan biar lebih lama.

Lucu juga kalo dipikir-pikir. Disaat yang lain pake motor, cuma kita berdua yang naik sepeda.
Sepedanya hasil pinjem lagi.

Tapi seru.
Karna beda dari yang lain.

Emang sih, ada beberapa orang yang naik sepeda, contohnya bapak-bapak penjual susu.

Tapi yang kayak kita ada nggak?
Kayak aku sama Tarta.

Ditengah jalan minta dijemput pak Bandot ...

Yang kayak Tarta ada nggak?
Alasannya, dia ga mau aku kepanasan. Ga mau aku kena debu.

Pertanyaannya, kenapa bukan dari awal?...

Aneh. Tapi aku suka.

Padahal kalo jalan berdua lebih asik.
Eh, engga. Pak Bandot juga asik.
Kalo misalnya nih ya, pak Bandot masih muda, pasti pak Bandot aku kejar.

Karna pak Bandot baik, tampangnya juga wow, murah senyum, pinter nyari topik juga.

Tapi sayang, dia udah punya anak seumur aku.

Beda sama Tarta.
Tarta itu suka berubah, sama kayak bunglon.

Bentar. Ada yang salah.

Kok aku jadi bandingin pak Bandot sama Tarta?

***

"Pak Bandot, diam diam menghanyutkan." Suara halus nan pelan Ehy Dayenal, masuk ke telinga Neira.

Iya, Dayen. Lebih tepatnya mereka bertiga masih ada ditempat yang sama.

Masih ingatkan? Dayen, Neira, Datra.

Panggil saja mereka 'TiWiTi'.
Tiny, winny, bity.
Imut, lezat, bergizi.

Sudahlah.

Sedari tadi mereka bercerita, sudah Neira bilang.

"Mereka teman yang asik diajak cerita."

Jadi begitu ... Neira bercerita tentang kejadian 1 bulan silam.

Apa Dayen Datra tau Neira suka Tarta? Dan,

Sebaliknya?

Ya pasti lah. Tanpa sadar, disisi lain Neira juga tidak tau ada yang terluka.


***

"Pak Bandot, diam diam menghanyutkan."

"Lo bisa ngga, jangan rusak suasana!"
Sinis Neira pada Dayen.

Bayangkan jika kalian asik bercerita, tiba-tiba mendengar perkataan "Pak bandot diam-diam menghanyutkan."

Konyol.

Apanya yang menghanyutkan?
Masa iya Neira terhanyut akan senyuman pak Bandot?

"Tapi bener, pak Bandot gitu." Jawab Datra membenarkan ucapan Dayen, sebagai orang yang mengenal pak Bandot dari bayi.

Dayen Datra. Mereka sefrekuensi,
Tidak salah mereka jadi teman se-geng.

"Gitu gimana?" Tanya Neira.

Hal terbodoh baginya mempertanyakan hal ini. Mulailah lagi dua pembawa bencana menggodanya.

"Nei, jangan-jangan lo suka pak Bandot?" Ucap Dayen.

Sembarangan.

"Lo cuma jadiin Tarta pengecohkan! Biar lo gak kentara bahwa lo sangat lope-lope ke pak Bandot?!"
Lanjut Dayen menggebu-gebu.

"....." Neira tak menjawab, membiarkan orang aneh disamping kanan, dan kirinya mengoceh.

"Pantesan, lo sering liatin Tarta pulang. Mau liat pak Bandot ternyata."
Lanjut pangeran Datra.

"Penyesalan datang terlambat."

***

“Singkat saat bersamanya. Lalu, bagaimana perasaan orang yang merasa lambat saat jalan bersamaku?”
-Neira

Ternyata segalanya akan terkenang jelas, jika bersama orang yang disayang.

-@rnndt_sfyn

KERTAS DAN CORETANNYA [°YOSHI-TREASURE°] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang