Kini aku sadar, mimpi hidup bersamamu adalah sesuatu yang mustahil. Sekeras apapun akan mencoba akan tetap terasa mustahil.
Rumah kita tak akan pernah berdiri, jika hanya aku yang membangun pondasinya. Sedangkan pondasi yang lainnya lebih memilih hancur. Kita bisa membangun semuanya dari awal, tapi kamu memilih tidak mau. Kamu memilih untuk pergi membangun rumah bersama yang lain.
Dan seberapa sering aku mengingatkanmu tentang mimpi awal kita, aku hanya mendapat senyum miring darimu. Rasanya teramat sakit. Bukankah perasaan cinta ini tidak hanya aku yang merasakannya?
Waktu berjalan melihat semua mimpi yang aku dambakan hancur secara perlahan. Berantakan, tak tahu harus ke arah mana selanjutnya. Tak tahu harus memperbaiki di bagian rumah yang mana. Hati rasanya sangat sakit, seperti kehilangan arah pulang. Padahal aku yakin aku sudah di rumahku sendiri. Apa sebenarnya yang aku tak tahu?
Mimpi-mimpi yang kita rajut bersama dahulu kala ternyata tak mampu membuatmu tetap mencintaiku, tak lantas membuatmu merasa cukup dengan adanya aku.
Sekarang aku harus bagaimana?
Meski aku begitu mengharapkan mimpi kita terwujud, belum tentu kamu juga menginginkan hal yang sama dan itu sangat menyakitkan.
(i.m)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Perempuan yang Sudah Bahagia✓
RandomSelamat memasuki tulisan-tulisanku. . . . -MimpiIM- Mulai : 30 Mei 2022 Selesai : Bulan Juni lupa tanggal berapa.