LC: 14

7 0 0
                                    

"Kita hanya manusia biasa yang mengikuti alur yang sudah ditentukan oleh Tuhan"

Happy Reading~~

•••••••••••

Satu minggu setelah berakhirnya ujian akhir semester 1, Arkan memutuskan untuk menenangkan pikiran dan berjalan-jalan di sekitar taman deket perumahannya

Arkan tersenyum kecil saat melihat taman yang belum berubah sama sekali sejak terakhir ia datang ke sini sekitar 6 tahun yang lalu

Mengingat 6 tahun yang lalu membuat perasaan bersalah Arkan kembali muncul

Arkan menggelengkan kepalanya untuk tidak mengingat kembali hal yang sudah berlalu. Arkan kembali ke sini hanya ingin berdamai dengan masa lalunya

Arkan menghampiri tukang es krim dan permen kapas

"Bang, pesen satu es krim stroberi dan satu permen kapasnya ya" ucap Arkan dan melihat ke sekeliling terdapat banyak anak-anak dan pasangan yang sedang bersantai di sini

Ah... jadi inget Kayla batin Arkan sedih

"Ini Mas pesenannya" ucap si Abang es krim dan Arkan langsung menerimanya

"Makasih, Bang" ucap Arkan seraya membayar

Saat sedang menikmati es krim, Arkan melihat sosok anak kecil di pinggir jalan yang ingin menyebrang dan hal itu membuatnya teringat dengan Kayla, Adiknya

Anak kecil itu pun menyebrang dan Arkan segera berlari sekencang mungkin karena jarak bangku yang Arkan duduki cukup jauh

Namun sayang, Arkan terlambat dan orang-orang di sekitar juga tidak menyadari jika Anak kecil itu menyebrang sendiri

BRAKKK!!

Lutut Arkan melemas saat melihat Anak kecil itu terkapar dengan darah yang cukup banyak. Dejavu

Kejadian buruk seketika menyerang ingatan Arkan yang membuatnya merasa tidak bisa bernapas

Wajah Arkan memerah menahan  sakit di dadanya dan orang-orang di sekitarnya membantu Arkan berdiri. Arkan segera meninggalkan taman dengan tergesa

Sesampai di rumah, Arkan berlari ke kamarnya tanpa peduli tatapan heran Sando dan Bi Nani yang berada di rumah, sedangkan Papa dan Mama tiri Arkan lagi keluar kota

Arkan mengunci pintunya dan duduk di balik pintu dengan memeluk kedua kakinya

Arkan menangis histeris saat mulai mendengar suara orang-orang yang menyalahkan dirinya atas kematian Adik dan Bundanya. Sebelum Bunda meninggal, Beliau sempat menyalahkan dirinya juga

"Kamu kenapa bunuh anak Bunda, Ar?! Hiks...hiks..."

"Dasar pembawa sial"

"Jagain adik sendiri saja nggak bisa"

"Dasar pembunuh, sebenarnya kamu kan yang sengaja bunuh adikmu!"

"KENAPA BUKAN KAMU YANG MATI, ARKAN?!"

"KENAPA HARUS ADIK KAMU. KAMU BIKIN PAPA MARAH SAJA!"

Little ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang