18. Gone (spesial chapter)

350 37 2
                                    

"Maksud kamu apa minta putus?." pemuda itu menatap datar gadis dihadapannya yang tengah menunduk dalam.

"Aku mau putus! Aku ga kuat sama kamu yang terus-terusan selingkuh, kamu pikir aku ga cape apa lihat kamu mesra-mesraan sama orang lain?." gadis itu mendongak, menatap pemuda dihadapannya dengan pandangan terluka.

"Oke kalau itu mau lo, silahkan." pemuda itu pergi begitu saja, meninggalkan gadis dihadapannya yang menangis dalam diam.

Dari arah belakang, muncul seseorang "San, udah sih gausah nangis jelek tau lo." San, atau lebih lengkapnya Sanemi itu menatap temannya yang menampilkan senyum manis.

Sanemi mengusap air matanya "cuman acting doang gue elah, ngapain nangisin cowo brengsek kek dia."

"Nah ini! Baru Sanemi yang gue kenal. Pulang yok, yang lain udah pada pulang"

Sanemi mengangguk, ia menatap Sukuna yang entah perasaannya saja atau gadis itu makin hari makin terlihat lebih cerah "tumben muka lo cerah, matahari aja sampe kalah keknya."

Sukuna tertawa, ia berjalan lebih dulu diikuti Sanemi yang sedikit berlari untuk menyamai langkahnya "jawab napa Na, malah diem bae lu."

"Hmmm apa ya, perasaan lo aja kali ah."

Mereka diam, keduanya berjalan hingga tiba di halte. Disana sudah ada seorang pemuda yang menanti keduanya "lama amat deh mbak."

"Ya maaf, udah ayo balik." Genya, pemuda itu nampak berjalan lebih dulu disusul Sanemi dan Sukuna yang berjalan dibelakangnya.

"Padahal lo bisa balik sendiri, ngapa pake nungguin kakak lo segala dah. Dasar bocah." Sukuna mencibir, Genya hanya diam. Baru beberapa langkah saja, tiba-tiba sebuah mobil berhenti disamping ketiganya.

Sukuna yang mengenali pemilik mobil itu segera masuk, meninggalkan kedua teman sekelasnya. Guenya segera menarik tangan kakaknya, keduanya sedikit mempercepat langkah mereka karena hari mulai gelap. Sepertinya akan hujan, butuh beberapa saat hingga mereka tiba di rumah sederhana milik orang tuanya.

Gunya baru saja membuka pintu dan akan melangkah masuk saat sebuah benda melayang hampir mengenai Sanemi, dengan cepat Genya memeluk kakaknya agar tidak terkena lemparan benda itu. Berakhir punggung Genya yang nyeri karena tertancap beberapa pecahan guci.

Sanemi tentunya melotot tidak terima "Genya!." Genya natap kakaknya itu terus senyum "gapapa kak."

Sanemi jelas ga Terima, dia narik adiknya itu ngejauh. Pergi ke toserba di ujung komplek rumah mereka, sekalian dia berniat mengajak adiknya itu pulang ke rumah mamanya "dalem ga nusuknya?."

Genya menggeleng pelan, ia duduk di salah satu kursi di dalam toserba itu. Ia melepas kemeja sekolahnya, kemudian sedikit menarik keatas kaos lengan pendeknya itu. Menampilkan luka cukup besar dari serpihan kaca "duh sakit ngga sih?."

"Ngga kok kak."

Sanemi mulai menyembuhkan luka adiknya itu, ia membersihkan darah yang mengering terlebih dahulu dengan alkohol setelahnya ia beri obat merah kemudian di balut oleh perban "kita ke tempat mama ya. Ga sudi gue balik ke tempat terkutuk itu."

Tiba-tiba, dua buah susu pisang berada dihadapan mereka. Sanemi mendongak, ia menatap jengkel pemuda yang ternyata adalah mantan kekasihnya itu "mau apa lo."

"Aku minta maaf, sumpah aku ga bermaksud apa-apa. Aku cuman bosen sama kamu. Tapi aku masih cinta banget sama kamu."

"Bullshit tau ga Go."

Sogo, pemuda itu berjongkok di samping Sanemi. Ia menarik kedua tangan gadis itu, di genggamnya dengan erat sesekali akan ia kecup punggung tangan halus itu "serius, aku ga pernah bener-bener cinta sama mereka. Cintaku cuman buat kamu Sa. Please, kita balikan yuk aku cinta banget sama kamu. Aku gabisa kehilangan kamu."

IPA vs IPS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang