𝙳𝚘𝚗'𝚝 𝚏𝚘𝚛𝚐𝚎𝚝 𝚝𝚘 𝚟𝚘𝚝𝚎 𝚊𝚗𝚍 𝚌𝚘𝚖𝚖𝚎𝚗𝚝𝚜, 𝚌𝚑𝚒𝚗𝚐𝚞-𝚍𝚎𝚞𝚕 (っ◔◡◔)っ ♥
"Shit," jerit Yerim sambil melempar asal topi hitamnya. Yerim segera menghampiri kakaknya untuk memastikan keadaan mereka.
"Unnie!" pekik Yerim menggema ketika melihat salah satu kakaknya yang terluka parah.
"Unnie, kalian masuk ke dalam. Obati yang terluka, aku akan meminta pertolongan pada Imo, masuk ke dalam, Cepat!" perintah Yerim sambil mengucapkan spell kepada kakaknya satu persatu.
Hari ini, ia dan keluarganya seharusnya mengadakan ritual upacara penghormatan kepada orangtuanya. Yang telah lama pergi dari kehidupan mereka.
Seharusnya, ia juga berada diposisi kedua orangtuanya. Saat kecelakaan itu terjadi. Yerim seharusnya mati bersama kedua orangtuanya. Tetapi, Tuhan berkehendak lain, Yerim batal mengikuti orangtuanya yang hendak pergi karena sakit. Yerim masih hidup sampai sekarang dengan perasaan bersalah yang masih menghantui.
Walau sesering apapun Bibinya mengatakan bahwa itu bukan salahnya sama sekali. Tetapi ia masih merasakan rasa bersalah sialan itu sampai detik ini. Apalagi, kedelapan Kakaknya sekarang membentuk tembok yang tak kasat mata dengan dirinya. Yerim terkadang bingung apa kesalahannya hingga mereka bersikap acuh seperti itu.
Yerim merasa sangat binggung apakah mereka membencinya atau tidak. Karena, Kedelapan Kakaknya masih saja mengurus Yerim dengan baik. Hanya saja, keadaan tidak sama seperti dulu lagi. Walaupun mereka masih mengurus kehidupannya. Tetapi, tak ada kehangatan yang dirasakan olehnya. Melainkan, jarak yang sangat jauh yang ia rasakan.
Yerim memicingkan matanya, mencoba mencari arah dari mana penyerang itu berada. Penyerangan yang mendadak ini membuat ritual mereka menjadi kacau. Walaupun, dari dulu kondisi keluarga mereka kacau balau, setidaknya tak ada yang berniat seperti ini. Entah siapa yang berani mengusik ketenangan keluarga Jung yang terhormat.
Yerim sangat kesal dan emosi ketika ritual upacara penghormatan itu dirusak oleh penyerang yang belum ia ketahui siapa. Dapat Yerim pastikan, ia akan menyerang oknum itu tanpa ampun. Keamanan keluarganya adalah tanggung jawabnya. Ia tak mau merasa bersalah lagi karena tak bisa melindungi keluarga dengan baik.
Yerim berlari keluar menuju pagar mansion. Sebelum itu ia tak lupa mengucapkan mantra membentuk sebuah tembok tak kasat mata yang berfungsi menjaga semuanya agar aman dari serangan yang lain.
Menjadi penyihir sangat memuakkan bagi Yerim. Ia harus selalu menghadapi bahaya yang selalu datang tanpa tanda. Yerim memicingkan matanya, menatap perempuan yang mungkin seumuran dengan Chaeyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗧𝗵𝗲 𝗧𝗿𝘂𝘁𝗵
Fanfiction𝐘𝐞𝐫𝐢𝐦 𝐤𝐢𝐫𝐚 𝐝𝐢𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐞𝐠𝐚, 𝐉𝐢𝐤𝐚 𝐢𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐤𝐞𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐬𝐞𝐦𝐛𝐮𝐧𝐲𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚 𝐢𝐧𝐢. 𝐓𝐚𝐩𝐢, 𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚𝐧𝐲...