• 𝙳𝚘𝚗'𝚝 𝚏𝚘𝚛𝚐𝚎𝚝 𝚝𝚘 𝚟𝚘𝚝𝚎 𝚊𝚗𝚍 𝚌𝚘𝚖𝚖𝚎𝚗𝚝𝚜, 𝚌𝚑𝚒𝚗𝚐𝚞-𝚍𝚎𝚞𝚕 and don't be a silent readers (っ◔◡◔)っ ♥
"Unnie!" teriak Lisa. Ia panik karena yerim tiba-tiba memberontak kesetanan. "Tolong aku!"
Sooyoung dan Ten menoleh ke sumber suara. Mereka berdua terdiam melihat Lisa yang mencoba menenangkan yerim yang memberontak. Sooyoung bergidik ngeri melihat Yerim seperti itu, ia bukan takut jika Yerim melukai Lisa.
Bukan, ia takut jika Yerim kehilangan kendali.
Lagi.
"Unnie, tolong aku! Astaga!" jerit Lisa nyalang. Ia benar-benar sudah kewalahan menghadapi Yerim yang tiba-tiba seperti ini. Entah kenapa tenaga Yerim lebih kuat daripada sebelumnya. Lisa berusaha menenangkan Yerim Walaupun rambutnya ditarik-tarik oleh adiknya. Sedangkan, Sooyoung hanya terpaku diam ditempat. Sepupunya juga sama tak ada bedanya.
"Oppa! Unnie! cepat kemari. kalian pikir ini pentas seni yang bisa kalian liat seperti orang bodoh?" Rasanya dia ingin meninju wajah kakak dan sepupunya itu. bisa-bisanya hanya terdiam seperti orang bodoh.
Sooyoung tersadar dari lamunannya, lalu ia melirik Ten sebentar. Kemudian, ia melihat kondisi Chaeyoung yang matanya masih terpejam. Pikirannya terbagi menjadi dua.
Antara Chaeyoung dan Yerim. Sejujurnya, ia tidak bisa memilih salah satu dari mereka. Sooyoung menjambak pelan rambutnya, berusaha untuk berfikir lebih jernih dan menentukan pilihan yang tepat.
Dua-duanya sangat berarti bagi Sooyoung.
Sooyoung mengetuk-ngetuk jarinya di dinding dengan resah, ia gugup, ia takut memilih pilihan yang salah. Ia takut, jika salah satu diantaranya akan terjadi seperti yang ia pikirkan.
Otak Sooyoung terus memikirkan segala kemungkinan buruk. Inilah, kelemahan Sooyoung. Ia selalu berpikir buruk disaat hal yang tak di inginkan terjadi. Otaknya selalu tidak berjalan dengan benar. seperti sekarang. dia malah membuang-buang waktu dengan berpikir.
Ten menghembuskan nafasnya dengan gusar. Lalu, Ten mendorong pelan tubuh Sooyoung. Ia kasian dengan pita suara Lisa yang mungkin sepertinya sebentar lagi akan putus.
"Pergilah, soal Chaeyoung, jangan khawatir. Dia hanya tertidur sebentar." Ten mendorong lagi tubuh Sooyoung. Kali ini lebih kuat, Karena ia melihat sepupunya itu ragu-ragu sedari tadi. Dan Ten menebak, Sooyoung bimbang memilih antara Chaeyoung ataupun Yerim.
Sooyoung membungkukkan tubuhnya."Gomawo, Oppa," ujar Sooyoung lalu ia melangkahkan kakinya dengan pelan dan ragu menuju kedua adik bungsunya. Sooyoung bukannya malas untuk meladeni Yerim yang seperti itu.
Ia, hanya takut.
Ketakutan seperti ini yang paling ia benci seumur hidupnya.
Padahal dulu, setiap harinya, Sooyoung selalu berdoa pada Tuhan agar ketakutan seperti ini tidak pernah ia rasakan lagi untuk selamanya. Tetapi, nyatanya, Sooyoung merasakan ketakutan itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗧𝗵𝗲 𝗧𝗿𝘂𝘁𝗵
Fanfiction𝐘𝐞𝐫𝐢𝐦 𝐤𝐢𝐫𝐚 𝐝𝐢𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐞𝐠𝐚, 𝐉𝐢𝐤𝐚 𝐢𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐤𝐞𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐬𝐞𝐦𝐛𝐮𝐧𝐲𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚 𝐢𝐧𝐢. 𝐓𝐚𝐩𝐢, 𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚𝐧𝐲...