05. back

13 4 0
                                    

2018



Sejujurnya, setelah buku catatan itu kembali pada tuannya, aku tak mengapa bila cakap kita berhenti setelah frasa terima kasih.

Toh,

Pada awalnya kita memang bukan siapa-siapa bagi satu sama lain.

Jadi bagiku, bicara singkat dan menghilang lagi setelahnya adalah suatu hal lumrah.

Namun rupanya, kamu justru kembali padaku saat jarum jam tua di sudut ruangan sudah berdentang entah yang untuk yang ke berapa kali.

Dan petugas perpustakaan mungkin sudah bosan melihatku.

Dan Max Havelaarku sudah lima per enam habis.


"Ca," panggilan kecilku, tentu saja karena Aeleasha terlalu rumit untuk diucapkan.


Begitu mendongak, aku dapat melihat kembali iris cokelat cerahmu setelah pergimu enam jam yang lalu.


"Perpusnya mau tutup, lo nggak balik?"


"Duluan aja, Ka. Aku udah pesen gojek kok,"


Saat itu,
tiba-tiba sekali, kamu menatapku sembari meringis.


"Nggak gitunya, Ca. Lo mau ngasih gue bintang satu karena meninggalkan pelanggan ya?"


Aku berkedip, tidak mengerti.


Namun segera, degupku berlipat ganda kala menemukan bahwa namamu lah yang tersemat dalam pendar hijau ponsel pintarku.




We've got you a driver




Azka Raharja



[ sesuai aplikasi ya mbak? ]

[ mbak saya sudah di depan ]

[ mbak? ]

[ mbaknya ini Aeleasha teman saya bukan ya? ]

[ mbak, saya masuk perpusnya ya ... ]

[ mbak ... ]



2 missed call from +62 xxx



"Ya ampun, Ka! Maaf ya, maaf banget! Hpku aku silent dari tadi!"


Di antara rak tinggi yang mulai sepi, kamu menanggapi gugupku dengan tawa renyah.


"Gue tunggu di depan ya, Ca"


Ka, hari ini aneh sekali ...
Kenapa kamu dan aku terus-terusan bertemu dengan cara konyol seperti ini?

Sepertinya, semesta memang telah merangkai banyak sekali rahasia tentang jumpa kita di hari ini.

Aku seribu persen yakin, ada yang semesta tengah bicarakan dan kita tak akan pernah tahu.



A. Swastamitha

+ [1001] thousand and one .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang