10. blue

13 4 0
                                    

2018



Warna langit pagi itu adalah biru.

Biru muda yang cerah, dengan garis-garis putih awan yang ibarat hamparan kapas putih raksasa.

Langit pagi itu, bukanlah langit yang rupawan bagi orang lain.

Namun bagiku, dan mungkin bagimu yang sejak tadi bicara soal mengapa langit berwarna biru, spektrum-spektrum warna, dan teori-teori Rayleigh, sembari menggerakkan setir piaggio kesayanganmu,

Langit pagi ini cantik sekali.


"Kayak lukisan ya, Ka. Dulu Tuhan ngewarnainnya gimana ya? Tiap lihat langit rasanya pengen bersyukur udah dikasih mata."


Kamu memberi sedikit jeda, mungkin karena haus sejak tadi telah bicara banyak.


"Azka mau minum nggak? Kamu dari tadi ngomong mulu sih,"


Karena diammu kini agak lebih lama, kulirik rupamu yang masih sama dari kaca spion.


"Azka, mau minum?" aku agak lupa kalau helm mu mungkin berlapis baja.

"Ahaha, sorry sorry. Gue tadi ... mikir bentar,"


Katamu.
mungkin sadar bahwa aku heran akan hilangnya suaramu di setengah perjalanan.


"Lo tau, Ca? orang-orang sedunia mungkin harus belajar banyak dari lo,"


Tentu saja, aku mengernyit.


"Maksudnya?"

"Nggak banyak orang yang muji langit hari ini indah kayak lo, Ca. Bagi banyak orang, langit hari ini biasa-biasa aja. Karena besar kemungkinan besok pagi mereka bakal lihat langit yang sama. Tiap hari, langit juga akan tetap biru Bosen kan?"


Aku menengadah melihat kembali pada langit yang katanya tiap hari sama saja, sebelum berkomentar.


"Tapi walaupun tetep biru, tiap hari langitnya cantik, Ka. Dan besok pagi itu nggak akan ada selamanya. Boleh jadi besok kita udah nggak ada di dunia ini? Atau kita bakal pergi jauh banget sampai nggak bakal bisa lihat langit dari tempat yang sama? Kenapa orang-orang nggak bisa sadar kalau tiap hari itu harus disyukuri?"


Kamu tersenyum.
Sepertinya.
Aku mengintip dari kaca spion.


"Hm, dunia ini emang aslinya indah banget, Ca. Tapi nggak semua orang mau berusaha ngelihat keindahan itu kayak lo. Nggak banyak yang mau berusaha bersyukur dan lihat dunia dari sudut pandang yang baik-baik. Makanya, lo jaga kebiasaan itu, Ca. Karena sikap yang kayak gitu bisa bikin manusia bahagia walau nggak punya apapun."


Aku setuju,
sekaligus terlalu kagum hingga kehabisan kata-kata.


"Gue seneng kita ketemu lagi, Ca. Gue seneng ketemu orang baik kayak lo."


Habis sudah.


Kata-kataku.


Ka, aku takut.



Walau kamu mungkin tahu sedikit banyak tentangku sejak kita bersekolah di tempat yang sama,
Tapi ekspektasimu tinggi sekali.



Aku ini, bukan orang baik, Ka ...




A. Swastamitha

+ [1001] thousand and one .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang