O2. Kunci

46 10 2
                                    

Beomgyu, Yeonjun, Soobin, Taehyun, Hueningkai, Jimin, Minjeong, Aeri, dan Ningning kini berjalan bersama menyusuri ruangan demi ruangan di mana mereka terjebak. Setelah beberapa jam beristirahat dan berdiskusi, mereka pun memutuskan untuk mulai melanjutkan perjalanan.

“Ruangan ini gak bakal pernah ada habisnya.” Celetuk Taehyun membuat yang lain menoleh ke arahnya.

“Gue denger-denger backrooms itu ada beberapa level.” Sambung Hueningkai dari arah belakang Taehyun.

Beomgyu hanya terdiam mendengar ucapan Taehyun dan Hueningkai. Atensinya terfokuskan pada sebuah lubang di dinding tepat di sebelah kanannya. Beomgyu spontan menghentikan langkah. Yeonjun yang sejak tadi beriringan dengannya pun sontak ikut menghentikan langkah juga.

Perlahan Beomgyu sentuh lubang di dinding itu. “Ini ... Bukannya bentuk kunci?” Gumamnya sembari memerhatikan pola dari lubang yang terukir di dinding itu.

Teman-temannya yang mendengar ucapan Beomgyu pun bergegas menghampiri dinding tersebut untuk ikut melihatnya.

“BENER! Mungkin aja ini cara kita keluar dari sini!” Jimin berteriak senang. Akhirnya setelah berhari-hari kabur tanpa arah dan tujuan di dalam backrooms, ia mendapatkan gambaran juga.

Aeri menundukkan tubuhnya, mengintip apa yang ada di balik lubang dinding itu. Namun, nyatanya yang ia lihat hanyalah kegelapan tanpa cahaya. “Apa cuma ini lubang yang ada?” Tanyanya.

Beomgyu berlari dan mengecek dinding-dinding lain di depan mereka. Namun tak ia temukan lagi lubang dengan pola yang sama seperti yang tadi ia temukan. “Di sini gak ada.” Beomgyu menggeleng.

“Kalo gitu kita harus dapetin kuncinya.” Minjeong mengangguk bersemangat. Ia harap setelah permainan ini usai, ia dapat kembali ke kehidupannya yang normal.

“Tapi dimana kita—”

BRAAAKK!!

Di tengah-tengah pembicaraan, terdengar suara makhluk kepala bersayap aneh itu lagi dari arah belakang mereka. Sontak Beomgyu dan yang lainnya menoleh. Makhluk itu terlihat terbang dengan sangat cepat sampai-sampai menabrak dan merusak dinding-dinding ruangan.

“SEMUANYA PEGANGAN TANGAN!!” Teriak Soobin lalu meraih tangan teman-temannya yang ada di sebelahnya. Mereka semua pun berbaris membentuk setengah lingkaran dan saling berpegangan tangan satu sama lain. Makhluk itu lantas berhenti tepat di depan mereka sesaat setelahnya.

Tubuh kesembilannya bergetar hebat. Meskipun sudah tau kalau makhluk itu tidak akan memangsa jika mereka semua berpegangan tangan. Namun tetap saja, melihat bentuk menyeramkan sekaligus menjijikan dari si mahkluk membuat mereka semua ingin muntah rasanya. Ia sangat besar, dengan tinggi mungkin sekitar dua meteran. Berwarna hitam dan bersayap, kedua matanya besar dan bulat, mulutnya penuh darah dengan gigi-gigi tajam seperti gerigi di dalamnya.

Bau anyir darah dari mulut mahkluk itu benar-benar membuat kepala Soobin pening. Ia tidak tahan lagi.

Bruk!

Soobin berlutut lemas namun tangannya masih menggenggam erat tangan Yeonjun dan Hueningkai di kanan kirinya. Semua tampak menoleh kaget ke arah Soobin. Untung laki-laki itu tidak melepaskan pegangan tangannya sama sekali.

Ningning yang saat itu berdiri di paling ujung sudah tidak tahan lagi. Tekanan dari permainan aneh ini membuatnya depresi dan sangat ketakutan. Ia teringat pernah membawa pecahan kaca yang ia temukan sehari yang lalu di ruangan lain setelah kabur dari mahluk aneh itu. Ningning pun merogoh saku celananya. Kedua matanya menatap tajam makhluk tersebut dan bersiap-siap untuk menyerang ketika keadaan cukup mungkin. Saat makhluk itu berbalik badan hendak pergi, Ningning tanpa basa-basi, tiba-tiba menusuk kepala belakang makhluk itu.

“HAAAAAA!!!” Teriaknya setelah berhasil menusukkan pecahan kaca yang dibawanya ke kepala makhluk tersebut. Namun apa yang Ningning lakukan justru membuat makhluk itu marah karena kesakitan.

“Dia marah ...” Ujar Yeonjun ketakutan. Cairan berwarna hijau mengalir deras dari kepala belakang si makhluk.

Tanpa Ningning sadari, ia telah melepaskan pegangan tangannya dan kini berdiri sendirian di belakang makhluk itu. Ia pun dapat dengan cepat mendeteksi jika ada orang yang tidak berpegangan tangan.

“Ningning!! Ke sini!!!” Teriak Minjeong namun belum sempat Ningning menoleh, perempuan itu sudah lebih dahulu dilahap oleh si makhluk. Minjeong tentu saja kaget bukan main. Ia tidak percaya Ningning akan mati dengan sangat tragis di depan mata kepalanya sendiri.

Melihat tubuh temannya hancur berkeping-keping seperti itu, Minjeong sangat marah. Untungnya ia membawa pisau yang ia temukan saat pertama kali masuk ke dalam backrooms dan terjebak permainan mengerikan ini. Tanpa ragu Minjeong berlari lalu menusukkan pisaunya ke mata makhluk itu. Kini tubuhnya bahkan sudah dipenuhi darah berwarna hijau.

“Ini gimana? Masa kita mau diem aja ngeliat Minjeong ngelawan makhluk itu sendirian?” Hueningkai sebenarnya takut, tapi ia tidak mungkin membiarkan Minjeong berjuang sendiri.

Bruk!

“AKHHH!!” Minjeong terpeleset jatuh karena darah yang ada di belakangnya. Hal itu juga yang membuat Minjeong harus kehilangan separuh tubuhnya dari kaki hingga perut. Makhluk itu ... Melahapnya.

Mata Minjeong membulat dan memerah di saat yang bersamaan. Darah segar mengalir keluar dari tubuh gadis itu. Ia menatap ketujuh temannya yang saat ini sedang menatap nanar ke arahnya. Sampai pada akhirnya makhluk itu memakan Minjeong hidup-hidup hingga tak tersisa lagi selain darah merah segar yang mengalir. Kaki Beomgyu seketika lemas melihat kejadian tersebut.

Namun, tiba-tiba saja Aeri berlari ke arah makhluk itu dan membunuhnya dengan sebuah kapak besar di tangan. Makhluk berkepala aneh tersebut pun terbelah menjadi dua dalam waktu singkat. Beomgyu sontak menatap bingung Aeri. Darimana ia bisa memiliki kapak?

Beberapa detik setelahnya, makhluk kepala itu berubah menjadi debu berganti dengan sebuah kunci besi besar di atas lantai. Aeri melempar kapak yang tadi ia gunakan ke sembarang tempat kosong dengan ekspresi dingin dan acuh. Wajah serta tubuhnya sudah penuh dengan darah. Ia melangkah pelan lalu mengambil kunci itu dengan kedua tangannya.

Jimin terduduk lemas di atas lantai setelah berbagai kejadian mengerikan yang berhasil merenggut nyawa dua temannya. Perempuan itu menangis sesenggukan. Tentu merasa sangat kehilangan.

Beomgyu, Yeonjun, Soobin, Taehyun, dan Hueningkai yang melihat hal itu hanya dapat terdiam. Kelimanya mengerti apa yang tengah dirasakan Jimin saat ini.

Aeri membawa kunci besi itu menuju ke lubang dinding yang beberapa saat lalu mereka temukan. Beomgyu tampak menyusul Aeri. Ia masih bingung darimana Aeri mendapatkan sebuah kapak padahal sebelumnya perempuan itu tidak membawa apa-apa.

“Aeri!” Panggil Beomgyu dan Aeri pun menoleh. “Darimana lo dapet kapak tadi?” Tanyanya namun Aeri tak menjawab.

“Aeri!” Panggil Beomgyu sekali lagi. Setelah memasukkan kunci tersebut dengan benar, dinding ruangan perlahan terbuka dan cahaya putih yang sangat terang terlihat dari balik dinding.

Saking terangnya, Beomgyu sudah tidak sanggup lagi jika terus menatap ke arah cahaya tersebut dengan mata telanjang. Ia pun menutup kedua matanya beserta tangan yang diarahkan ke depan wajah.































-TBC-

DEATH GAME [Choi Beomgyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang