Melanjutkan kisah Lindu. Kali ini Lindu sudah pulang dari rumah Pak Fajar. Tema cerita ini masih sama, cmnm, cfnm, gay relationship. Kali ini author lebih memfokuskan pada hubungan Lindu dan Wanto. Mengarah pada dilemma Lindu untuk memilih kenyamanan uang dengan Pak Fajar atau kenyamanan damai jiwa dengan Wanto.
Cuplikan ceritanya:
Lindu yang sudah lelah dan ingin tidur, karena kemarin dirinya kurang tidur hanya mengangguk, "okelah." Lindu lelah untuk beragumen. Biar urusan ini cepat selesai.
"Buka kaosnya, Ndu!" perintah Adam.
"Hha?!"
"Buka kaosnya," ulang Adam.
"Serius? Di sini? Buat apa njir?"
Adam justru memandang Lindu aneh, "dimana lagi? Jangan bikin kerjaanku tambah berat lah, Ndu. Ini minta kerjasamanya aja ini."
Lindu tidak mengerti, sekarang mereka berada di samping gerbang masuk. Orang hilir mudik dan kondisi sedang ramai karena jam pulang shift 3, "banyak orang gini?" Tetapi Lindu juga lelah, dan mengantuk.
"Lha kan kamu cowok, Ndu! Buka kaos doang!" ya benar juga sih. Lindu lalu melepas kaosnya. Menyerahkannya kepada Adam. Karena sekarang Lindu shirtless, dirinya mengundang perhatian dari teman-teman kerjanya. Apalagi, Lindu termasuk orang yang memiliki badan bagus. Dada bidang, perut sixpack. Wajahnya memang nggak ganteng-ganteng amat, tetapi Lindu itu menarik. Seperti ada manis-manisnya. "Tangan angkat, Ndu." Lindu lagi-lagi, ingin mendebat. Pemeriksaan ini sudah nggak sesuai jalur, dirinya sudah shirtless, buat apa diperiksa lagi? Toh Adam bisa melihat kalau tidak ada produk yang dia bawa atau sembunyikan dibalik bajunya. Namun lagi-lagi karena lelah, dan ingin cepat kelar, Lindu menurut saja. Diangkatnya kedua tangannya dan ditaruh di belakang kepala, mengeksposed ketiak Lindu yang berambut jarang. Bahkan kalau dilihat dari jauh, tampak mulus karena rambut ketiaknya tipis dan sedikit.
Adam lalu memeriksa Lindu kembali. Karena dirinya homo, meskipun sakit hati ditinggal Pak Fajar, Adam tetap menikmati meraba-raba Lindu. "Ini kamu nggak nyembunyiin apa-apa lagi kan? Ini kayak ada produk coklat kita lagi nih di sini, tanganku kerasa sesuatu," kata Adam ketika menyentuh selangkangan Lindu.
Lindu mendecih sebal, "itu kontolku, Dam!" bisik Lindu pelan dan geram. Dia sebal karena Adam meremas-remas kontolnya.
"Hmm, masak? Coba buka!"
Astaga! Lindu tidak mempercayai pendengarannya. Dan tambah kaget ketika melihat ekspresi Adam yang tidak tampak sedang bercanda. "Serius?!"
"Aku cuma melaksanakan tugas, Ndu. Emang begitu prosedurnya! Aku cuman ngikutin SOP-nya aja." Adam beralasan. Ngibul tentu saja. Mana ada SOP begitu? Tetapi Lindu kan tidak perlu tahu, ya tidak?
Lindu menoleh ke kanan dan ke kiri, karyawan yang pulang masih ada meskipun sudah tidak seramai tadi. "Harus di sini?" tanya Lindu lagi seperti memelas.
"Iya! Ayo buruan Ndu! Aku mau ganti shift bentar lagi! Emang kamu doang yang mau pulang?!" Dengan berat hati, Lindu melepas pengait celananya, lalu menggunakan tangan kiri menutupi area selangkangannya. Sementara membiarkan celana coklatnya jatuh hingga ke mata kaki. "Waduh! Kamu nggak pake sempak, Ndu?" Lindu hanya menggeleng malu. "Maaf-maaf, tak kirain kamu pake sempak. Jadi bugil gini kamunya di pinggir jalan."
"Sekarang jelas kan aku nggak ngumpetin produk lagi?"
"Bentar, itu tadi aku kayak pegang coklat batang dari luar celanamu, hayo itu apaan?"
"Itu kontolku, Dam!" Lindu tidak percaya Adam masih mempertanyakan hal tersebut.
"Ya aku lihat dulu!" Adam lalu dengan paksa merentangkan kedua tangan Lindu. Memang benar benda bulat lonjong itu berwarna coklat, tetapi bukan coklat produk pabrik. Itu batang kontol milik Lindu! Kini, batang kontol coklat dengan jembut tipis itu tersaji di depan mata Adam. Beberapa karyawan yang tengah mau pulang, berhenti sebentar menyaksikan pemandangan langka ini. "Oh iya, ternyata benar itu batang kontolmu, Ndu! Ya udah sorry!"
[***]
Ada juga cerita gara-gara twitter part kedua. Lanjutan dari Pak Indra yang dikerjai akun twitter bodong.
Cuplikan ceritanya:
"Sekali lagi, Bapak minta maaf ya, tadi buru-buru, ayo-ayo, masuk dulu!" Indra mempersilahkan ketiga muridnya untuk masuk ke dalam rumahnya. Kini Indra bingung, alasan apa yang harus dia pakai agar dirinya tetap hanya memakai handuk. Akun bodong itu jelas-jelas menginstruksikan dirinya agar memberi pelajaran tambahan dengan handuk yang mereka beri. Namun, akan terasa konyol jika Indra melakukan hal tersebut di depan Fajar, Rani dan Rudi. Bisa-bisa, ketiga muridnya itu merasa tidak nyaman dan membatalkan les tambahan mereka. "Bapak pakai baju dulu sebentar," izin Indra. Dirinya lebih memilih untuk membuat murid-murid lesnya nyaman. Urusan akun bodong bisa diurus nanti. Bagaimanapun juga, uang tambahan lebih penting untuk Indra.
Fajar langsung panik. Kesempatan untuk mengamati Indra akan hilang jika Indra memakai baju. "Gitu aja nggak papa, Pak! Sudah sore soalnya, langsung mulai saja!" kata Fajar.
Indra kaget tentu saja. Tidak menyangka Fajar akan mengusulkan hal tersebut, "lha kalian nggak papa? Bapak takut kalian nggak nyaman." Indra menengok kondisinya, "Bapak hampir bugil ini, takut kalian risih." Mengatakan hal tersebut, bahwa kondisinya hampir bugil, entah mengapa menimbulkan sensasi kenikmatan untuk Indra. Dia mulai terangsang.
"Kita santai kok, Pak!" kali ini Rudi yang berbicara, "ya kan Ran?"
Rani yang merupakan satu-satunya murid perempuan sedikit tersipu, tetapi dia mengangguk. "Iya Pak, nggak papa."
Indra bernafas lega, dirinya bisa menuruti perintah akun bodong, sekaligus tidak membuat murid lesnya tidak nyaman. Mereka berempat lalu duduk lesehan mengelilingi meja bundar. Rudi, Rani dan Fajar langsung mengeluarkan buku paket matematika mereka, berikut dengan buku kotak tugas mereka. Mereka mulai dengan persamaan kuadrat. Indra yang tengah sibuk menjelaskan, sekaligus membantu ketiga murid-muridnya jika kesulitan mengerjakan soal, mulai melupakan kondisinya yang hanya berlilitkan handuk pendek. Kontolnya yang tadi sudah setengah ngaceng, kembali lemas karena Indra sudah fokus dengan les tambahan.
Berkebalikan dengan Fajar, yang duduk persis di sebelah Indra, tidak bisa fokus seperti Indra, tidak bisa berkonsentrasi penuh. Matanya beberapa kali melirik ke bawah, handuk pendek itu benar-benar mengganggu konsentrasi Fajar. Murid kelas 9 itu yakin, bahwa kepala kontol guru matematikanya kadang mengintip kelihatan. Apalagi jika Indra tengah bersila dan melebarkan kakinya, Fajar bisa melihat palkon guru matematikanya tersebut! Dan warnanya coklat!
"Nah!" Fajar kaget, lalu berdeham dan pura-pura menyimak buku paketnya kembali ketika mendengar suara Indra, "kalian kerjakan ini dulu, Bapak bikinkan teh buat kalian!"
"Iya Pak!" sahut Rudi, Rani dan Fajar hampir serempak. Ketika Indra bangkit berdiri, Fajar bisa melihat kontol lemas Indra dari bawah. Sekaligus biji pelernya yang menggelembung indah!
[***]
Kedua cerita di atas sudah bisa dibeli di karyakarsa saya dan kebetulan belum mengandung adegan seksual. Hanya Pak Indra dan Lindu yang dipermalukan. Untuk adegan seks akan ada di next chaper yaitu DIPERAS 7. Gara-Gara Twitter 3 juga akan mengandung hubungan seksual dengan melibatkan lebih dari tiga orang. Uploadnya kapan? Belum tahu. Ini sedang fokus mengerjakan Alvian yang berjudul: Janji Alvian Kepada Murid-Muridnya. Karena ternyata banyak banget yang kangen Alvian. Hhahaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIPERAS
FantasyLindu adalah karyawan baru yang masih masuk masa percobaan. Tetapi ketika masa pengangkatannya menjadi karyawan kontrak tiba, atasannya menggunakan kesempatan itu untuk memeras Lindu.