Lindu Bagian 1 dan 2

2.1K 12 2
                                    

Lindu mengambil nafas lelah ketika dilihatnya shiftnya satu jam lagi akan berkahir. Lindu melihat Pak Fajar masuk ke dalam ruang produksi. Dan jujur, melihat wajah Pak Fajar membuat kegalauan yang dia alami sedari tadi, semakin melanda dan menyerang mentalnya berkali-kali lipat. Terlebih ketika Pak Fajar mendekat ke arahnya. Lindu merapatkan kepalan tangannya.

"Jadi gimana?" bisik Pak Fajar dekat telinga Lindu, "sudah mengambil keputusan?" tanyanya lagi sembari mengambil sample hasil produksi. Ditimbangnya, lalu dilihatnya, memastikan jumlah berat bersihnya sesuai yang tertulis di label. Lindu mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Pak Fajar. "Boleh saya lihat?"

Lindu sedikit membelalakan mata, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, "di sini, Pak?" tanyanya ragu.

"Iya, di sini. Sekarang," jawab Pak Fajar singkat, padat dan jelas.

Wearpack yang dipakai oleh Lindu adalah model wearpack seperti kebanyakan. Satu pieces dengan resleting di depan. Resleting tersebut turun hingga daerah selangkangan, dengan tujuan mempermudah ketika dibuka. Lindu menoleh ke kiri dan ke kanan, memastikan Bayu dan Setyo sedang berada di line lain dan tidak sedang melihat ke arahnya. Begitu juga dengan para teknisi dan operatos mesin. Pelan, Lindu menurunkan resleting depan wearpacknya. Dada bidangnya langsung tersaji dan membuat Pak Fajar menelan ludah. "Sudah, Pak?" tanyanya ketika resleting wearpack yang dia kenakan sudah diturunkan hingga perut.

Pak Fajar hanya tertawa, lalu dengan cepat diturunkannya resleting itu hingga selangkangan Lindu. Tanpa memberi jeda, kedua tangan Pak Fajar lalu menyibakkan wearpack yang dipakai oleh Lindu, hingga terbuka agak lebar. Kedua pentil hitam Lindu adalah hal pertama yang menarik perhatian Pak Fajar, lalu kedua bola matanya turun menelusuri perut sixpack Lindu, dan berakhir di batang kontol Lindu yang masih menggantung lemas. "Hmmm, jembut kamu dikit ya? Kamu cukur?" tanya Pak Fajar lebih ke pertanyaan retoris. Lindu hanya menggeleng, memang dari dulu, dirinya tidak begitu subur rambutnya. Ketiaknya pun hanya berambut tipis, demikian juga dengan rambut kemaluannya. "Biji peler kamu ternyata lebih gede dari batang kontolmu. Tak kira kontolmu yang gede!" komentar Pak Fajar selanjutnya sambil meremas testis Lindu yang memang menggelantung lebih panjang dari batang kontolnya. Pak Fajar lalu menaikan resleting wearpack yang dipakai Lindu kembali namun hanya sampai pusar, "setelah shift kamu berakhir, kamu temui saya lebih dulu sebelum pulang! Dan ini resletingnya jangan dinaikkan!" perintahnya.

Lindu hanya bisa mengangguk pasrah. Setelah Pak Fajar pergi, tatapan matanya bertemu dengan Bayu. Dan Lindu bisa melihat tatapan prihatin dari Bayu yang dilayangkan untuknya. Lindu hanya menunduk lalu mulai bekerja kembali. Pura-pura seakan barusan tidak terjadi apa-apa.

Tentu saja Lindu tidak bisa sepenuhnya berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Apalagi setiap mengambil sample, Lindu harus menunduk, dan itu membuat wearpacknya terbuka ke bawah. Operator yang berada di bawahnya, bisa melihat dada bidang Lindu, sekaligus sedikit mengintip perut sixpacknya. Kalau niat, sedikit menjijit dan jembut tipis juga pangkal kontolnya akan terlihat. Yang Lindu bisa lakukan hanyalah pura-pura masa bodoh. Padahal dalam kepalanya malu setengah mati.

[***]


Untuk Diperas Bagian 1 dan 2 sudah tersedia di lynk.id saya. Link ada di bio. Terima kasih.

DIPERASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang