Happy Reading!!
"Berita dibatalkannya pernikahan aktris sekaligus model terkenal Myoi Mina yang dikabarkan oleh agensinya pagi ini membuat para fans dan netizen meradang. Bagaimana tidak, batalnya pernikahan ini dikarenakan sang pacar yang adalah penyanyi rap, Kim Yongsu, dikabarkan melarikan diri ke Eropa. Sampai sekarang tidak diketahui ke negara mana Kim Yongsu pergi, namun surat yang ditulis rapper itu sebelum kepergiannya membuat keluarga besar Myoi marah besar. Oleh karena itu pernikahan yang sudah direncanakan terpaksa dibatalkan. Tentu saja berita ini membuat netizen beramai ramai menyerbu akun sosial media Kim Youngsu hingga beberapa saat yang lalu akun tersebut hilang. Tak hanya itu, publik beramai ramai memberikan support bagi aktris Mina yang saat ini tengah mengandung 5 bulan-" Berita di televisi memenuhi ruang tamu apartemen mewah milik Mina.
Saat ini sang ayah sedang memijat pelipis sambil menyimak berita di tv disaat manager dan ibu Mina sedang menemani wanita 28 tahun itu di kamarnya.
"Itu keputusanku untuk sekarang. Aku harap oppa dapat mengerti dan membantuku." Ucap Mina.
"Ne, baiklah Mina. Tentu saja oppa akan mengurus ini semua dan mengabari perusahaan bahwa kau memutuskan hiatus. Oppa juga akan mengurus kepulanganmu ke Jepang setelah ini." Angguk sang manager.
"Mama, bisakah mama menyiapkanku makan siang? Aku sudah merasa lapar lagi." Pinta Mina.
"Haii, baiklah.. Mama akan menyiapkan makanan untuk Mina." Sang mama pun berdiri dan pergi keluar.
Setelah kepergian sang mama, manager Mina pun semakin lekat menatap sendu dirinya.
"Aku tau kau pasti memiliki hal lain yang ingin kau katakan." Ucap sang manager.
Air mata Mina perlahan menetes.
"Mina.. Kau sudah cukup menangis selama seminggu kebelakang.." Bujuk managernya dengan begitu lembut.
"Aku membeli sebuah unit di pedesaan, jauh dari rumah kedua orang tuaku." Ucap Mina.
"Tanpa memberitauku??" Kaget sang manager.
"Mina, kau harus berhenti untuk merasa bahwa kau bisa mengurus dirimu sendiri!" Lanjutnya dengan lembut.
"Aku tau.. Aku hanya tak sanggup jika harus selalu terlihat kuat di depan kedua orang tuaku. Aku hanya ingin tinggal sendiri dan merasa lebih tenang di pedesaan." Jelas Mina.
"Kalau begitu keinginanmu, setidaknya biarkan aku mencarikan asisten yang mampu selalu ada untuk menolongmu dan menjagamu tanpa mengganggu privasimu." Ucap sang manager.
"Oppa.." Bujuk Mina.
"Mina kau sudah hamil besar.. Setidaknya pikirkan bayimu.." Ucapnya.
"Aku takkan lagi berada di sisimu saat kau butuh. Perusahaan akan memindahkanku ke divisi lain selama kau hiatus. Jadi pahamilah jika kau menginginkan yang seperti itu, kau juga harus membiarkanku memastikan kau selalu aman. Dengan begitu aku juga bisa meyakini kedua orang tuamu untuk melepasmu." Lanjut sang manager.
Mina terdiam.
"Akan aku pastikan kau mendapatkan asisten yang tepat dan profesional." Bujuk sang manager.
"Baiklah, aku mengalah." Pasrah Mina.
.
.
."Ayo naikan pasien ke dalam mobil." Ajak seorang perawat tinggi nan cantik.
"1.. 2.. 3!" Sang rekan ikut membantunya.
"Jeongyeon, Yoo ahjussi kambuh." Ucap rekannya yang lain.
"Benarkah??" Wanita yang dipanggil Jeongyeon itupun segera berjalan ke depan mobil.
"Papa." Panggil Jeongyeon.
"Hey, nak.." Sang ayah menoleh dengan wajah yang pucat.
"Sudah kubilang seharusnya papa dirumah saja." Jeongyeon mengecek kening sang ayah.
"Kalau papa dirumah, siapa yang akan menyetir ambulancenya?" Tanya sang ayah.
"Papa mual?" Tanya Jeongyeon.
"Hanya pusing saja." Jawab ayahnya dengan lemas.
"Huft.." Jeongyeon membuka tas kecil yang ia bawa dan mengeluarkan sebuah obat.
"Papa minum ini dulu, nanti di rumah sakit aku antarkan ke dokter Shin. Papa duduk di kursi penumpang saja, biar Jeongyeon yang bawa. Pasien ini harua segera dibawa ke rumah sakit." Ucap Jeongyeon.
"Jeong, semua sudah beres. Ayo berangkat!" Ajak rekannya.
"Ne!" Sahut Jeongyeon sambil naik ke dalam mobil.
*Ninuuu niinuuu niiinuuu...
Suara ambulance menyertai Jeongyeon yang menyetir mobil itu dengan cepat dan hati hati. Para pengendar yang membukakan jalan membuat Jeongyeon harua ekstra hati hati untuk lewat diantara mobil mobil di sisi kanan dan kirinya. Berkat wanita itu, pasien dapat segera diantarkan ke rumah sakit dengan selamat.
"Serangan jantung ringan. Kami sudah melakukan sedikit tindakan namun beliau belum juga sadar." Ucap Jeongyeon pada dokter sambil menurunkan pasien dari mobil.
"Baik, segera bawa pasien ke UGD." Angguk sang dokter sambil mendorong pasien bersama dengan perawat perawat lain.
"Bawalah paman ke dalam. Dokter Shin sedang tindakan, tapi dokter Bae sedang istirahat di ruangannya." Ucap rekannya.
"Ne." Jeongyeon mengangguk sambil menggandeng sang ayah untuk memasuki rumah sakit.
"Masih pusing sekali, pa?" Tanya Jeongyeon.
"Masih pusing tapi sudah lebih tenang." Jawab papanya.
*Tok tok tok.
"Masuk." Ucap dari dalam.
"Dokter Bae." Sapa ayah Jeongyeon.
"Eoh?? Paman? Ada apa?" Tanya Dokter Bae.
"Vertigonya kambuh." Jawab Jeongyeon sambil membiarkan sang ayah duduk.
"Astaga, kenapa berangkat kerja, paman?" Dokter cantik itu segera mencuci tangannya.
"Aku hanya khawatir tidak ada yang menyetir ambulance, Irene." Jawab pria paruh baya itu sambil tersenyum teduh.
"Padahal pada akhirnya aku juga yang menyetir ambulancenya." Ucap Jeongyeon.
Irene pun berjalan mendekati keduanya.