"Haishh menyebalkan." Kesal Jeongyeon begitu berada di taman rumahnya.
"Heungg.." Ryujin bersuara.
"Iya, memang sejak awal aku menyukai mamamu. Tapi aku selalu berusaha profesional agak mamamu tetap nyaman berada di dekatku. Walaupun ia menyebalkan selama kehamilannya, aku rasa yang membuatku sabar adalah rasa sayangku padanya dan padamu." Jeongyeon menekan pipi Ryujin hingga bayi kecil itu tersenyum.
"Wow, aku tersanjung.." Suara Mina dari belakang membuat Jeongyeon terkejut.
"Ya Tuhan! Kau mengagetkanku." Ucap Jeongyeon sambil berbalik badan.
"Pantas saja kau sabar mengahadapi sifat dan sikapku. Ternyata kau bekerja dengan cinta." Goda Mina.
"Baiklah, berhenti mengatakan hal aneh." Wajah Jeongyeon mulai memerah.
"Well setidaknya aku tau bahwa selama ini kau peduli padaku bukan hanya karena pekerjaan. Terima kasih karena sudah menyayangiku dengan tulus." Ucapan Mina membuat Jeongyeon terbelalak.
"T-tidak biasanya kau bersikap seperti ini. Kemana sisi anti romantismu itu??" Wajah Jeongyeon sudah memerah.
"Telah dihilangkan oleh Yoo Jeongyeon." Jawab Mina.
*Cup.
Mina mengecup pipi Jeongyeon dan tersenyum, sementara yang dicium membeku.
.
.
."Keluargamu begitu hangat." Ucap Mina saat mereka pulang.
"Kami memang tak bisa lepas dari satu sama lain." Ucap Jeongyeon sambil menyetir.
Mina pun menoleh untuk menatap Jeongyeon saat keduanya berada di lampu merah.
"Jeongyeon." Panggil Mina.
"Hmm?" Jeongyeon menoleh menatap Mina.
"Kau adalah orang terbaik yang diberikan Tuhan kepadaku. Maaf aku terlambat menyadarinya, jadi tolong ajari aku untuk mencintaimu." Mendengar ucapan tulus Mina pun Jeongyeon cukup terkejut.
*Greb.
Mina menggenggam tangan Jeongyeon.
"Maukan?" Tanya Mina.
Jeongyeon pun tersenyum tipis dan mengangguk tulus.
*Vromm.
Saat ini keduanya sama sama tersenyum di dalam mobil yang melaju di jalanan Seoul yang mulai sepi. Hingga saat ketiganya sampai di rumah, Mina seperti berubah 180°.
"Aku akan membawa Ryujin ke kasurnya." Ucap Jeongyeon.
Mina pun mengangguk dan memilih untuk mendudukan dirinya di atas kasur Jeongyeon.
*Klek.
Saat membuka pintu kamarnya, Jeongyeinsedikit terkejut saat Mina sudah berada disana.
"Kenapa tidak ke kamarmu?" Tanya Jeongyeon.
"Aku mau mengobrol denganmu." Mina tersenyum sambil meraih tangan Jeongyeon.
"Eoh? Kemana hilangnya Mina yang cuek nan galak?" Goda Jeongyeon.
"Berhentilah menggodaku." Mina mengerucutkan bibirnya.
*Greb.
Jeongyeon meraih tangan Mina dan mengelusnya dengan lembut.
"Jadilah dirimu sendiri saja. Tidak perlu menjadi manis hanya karena kau ingin belajar mencintaiku. Karena aku sudah jatuh cinta bahkan pada sisi terburuk dirimu." Ucap Jeongyeon.
Mina pun berdiri dan mendekati Jeongyeon. Wanita itu duduk di pangkuan Jeongyeon dan memeluknya bak koala.
"Jika saja aku merendahkan egoku, aku bisa bermanja padamu sejak lama. Ntah mengapa aku selalu ingin melakukan ini padamu sejak dulu. Inilah sisi asliku, Jeong.. Aku adalah seorang yang begitu manja. Namun aku takut dinilai lemah oleh orang lain, maka dari itu aku selalu denial dengan perasaanku dan berlagak kuat." Ucap Mina.
Jeongyeon pun menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur sehingga ia dapat memeluk Mina sambil merebahkan tubuhnya.
"Kau tak perlu lagi terlihat kuat karena takut orang lain menyakitimu. Aku takkan membiarkan itu terjadi lagi." Ucap Jeongyeon sambil mengelus sisi wajah Mina yang masih memeluknya.
"Omong kosong." Canda Mina.
"Haishh anak ini." Jeongyeon pun mengelitiki pinggang Mina.
"Hahahahahaha iya iya maaf hahahahah!!" Mina menggeliat kegelian.
.
.
.*Cup.
Jeongyeon mencium pipi Mina yang masih tertidur di sampingnya sebelum bangkit dan pergi keluar. Pagi itu ia menyiapkan sarapan untuk Mina dan setelah itu melihat Ryujin yang tidur di kasur bayi yang berada di sisi kamar Jeongyeon.
"Huft.. Tentu saja dia tidur pulas setelah bangun tengah malam tadi." Jeongyeon tersenyum tipis.
"Unnie.." Suara Mina membuat Jeongyeon menoleh.
"Kau memanggilku apa?" Tanya Jeongyeon.
"Unnie.. Jeongyeon unnie.." Panggil Mina.
Jeongyeon pun tersenyum sebelum akhirnya menghampiri Mina.
"Morning mama.." Sapa Jeongyeon.
"Aku mau jalan jalan pagi bersamamu." Pinta Mina.
"Anakmu baru tidur jam 2 pagi tadi. Aku tak bisa membangunkannya. Ayo kita sarapan, mari berjalan jalan lain waktu." Jeongyeon memberi pengertian.
"Huft.." Mina pun memeluk Jeongyeon.
"Selalu saja aku cemburu dengan anakku sendiri karena dia bisa mendapatkan perhatianmu lebih banyak." Keluh Mina.
"Dasar manja." Jeongyeon menggendong Mina dan membawanya keluar kamar.
"Hihii seru!" Ucapnya setelah Jeongyeon mendudukannya di kursi meja makan.
Keduanya pun menyantap makanan mereka sambil bersenda gurau. Pagi itu adalah pertama kalinya Jeongyeon melihat Mina banyak tersenyum dan tertawa karenanya. Ia begitu senang akhirnya bisa meluluhkan hati batu milik Mina itu.
.
.
."Sekian pemotretan kita hari ini, terima kasih banyak, Mina-ssi." Sang photographer membungkuk.
"Terima kasih banyak.." Mina ikut membungkuk.
"Mau makan siang dimana?" Tanya sang manager.
"Aku akan makan siang bersama Jeongyeon dan Ryujin di Ikaru Beef, oppa." Jawab Mina.
"Well well well, lihatlah siapa yang sekarang menjadi dekat dengan Jeongyeon.." Goda Kwangsoo.
"Kau tidak salah, dia benar benar sabar dan menarik." Ucap Mina sambil berjalan menuju ruang gantinya.
Setelah selesai berganti baju, ia pun diantar oleh sang manager untuk pergi ke restoran tempatnya dan Jeongyeon akan makan.
"Aku akan jemput 2 jam lagi." Ucap Kwangsoo sebelum ia pergi.
"Ok, bye.." Ucap Mina sambil berjalan masuk ke restoran itu.
*Deg.
Saat sedang menuju tempat duduknya, mata Mina bertatapan dengan seseorang yang amat tak ia sangka akan berada disitu. Namun ia tak ambil pusing, melainkan hanya berjalan pergi melewati orang itu. Namun tak lama setelah Mina duduk, orang itu menghampiri Mina.
"Hey, Mina." Sapanya.
"Kau masih hidup rupanya, Kim Yongsu." Balas Mina dengan tatapan acuh tak acuh.