"Bagaimana menurutmu Mina? Apakah sudah ada seseorang yang kau sukai?" Tanya Kwangsoo diperjalanan pulang.
"Tidak ada." Jawab Mina.
"Benarkah? Kenapa?" Tanya Kwangsoo.
"Oppa tau persis bahwa aku tak bisa menyukai seseorang saat pertama kali bertemu. Tapi ada satu orang yang membuatku lupa akan segala hal saat aku mewawancarainya." Jawab Mina.
"Lupa segala hal?" Tanya Kwangsoo.
"Aku begitu fokus dan tertarik mendengar setiap kata yang keluar dari mulunya. Dia terlihat orang yang memiliki integritas dan terlihat benar benar seperti orang yang apa adanya." Jawab Mina.
"Aku akan mengabarinya untuk mulai bekerja minggu depan." Ucap Kwangsoo.
"Aku belum menyebutkan namanya." Ucap Mina.
"Sepanjang hidupku aku hanya pernah bertemu dengan satu orang yang begitu menarik sehingga aku tak pernah bosan berada bersamanya. Setiap kata yang keluar dari mulutnya selalu dapat ia pertanggung jawabkan. Karena itulah aku mengenalkan orang itu padamu. Aku sangat yakin bahwa 2 orang yang lain takkan berarti apa apa bagimu setelah kau berbicara padanya." Kwangsoo terkekeh.
"Dia temanmu rupanya." Mina mengangguk angguk.
"Dia memang selalu datang lebih awal dari yang lain, sama seperti dirimu." Kwangsoo tersenyum.
"Aku harap dia akan bertahan sedikit lebih lama dari pada yang lain." Ucap Mina.
"Dia takkan pergi kecuali kau yang menyuruhnya pergi." Yakin Kwangsoo.
.
.
.1 minggu kemudian...
*Klek.
"Silakan.." Jeongyeon membukakan pintu Mina begitu mereka sampai di rumah baru wanita itu.
Mina pun berjalan memasuki rumah barunya itu sementara Jeongyeon menurunkan barang barang Mina dan membawanya masuk ke dalam rumah. Ia membongkar koper wanita itu dan menyusun baju bajunya ke dalam lemari besar yang berada di kamar Mina.
"Bisakah kau siapkan air hangatku?" Pinta Mina.
"Ne." Jeongyeon beralih menuju kamar mandi dan menyiapkan air di bathup untuk Mina mandi.
"Apakah anda merasa pegal?" Tanya Jeongyeon begitu keluar dari kamar mandi dan melihat Mina memijat mijat pundaknya.
"Aku baik baik saja." Bohong Mina.
"Bagaimana jika aku pijat setelah kau mandi?" Tawar Jeongyeon.
"Tidak perlu." Mina berdiri dan pergi begitu saja ke dalam kamar mandi.
Jeongyeon mengangguk angguk paham.
*Huft..
Mina perlahan mendudukan dirinya di dalam bathup. Karena kehamilannya yang sudah cukup besar, Mina kerap kali kesusahan untuk mendudukan dirinya di dalam bathup. Walaupun begitu ia selalu berendam setiap hari di air hangat karena itu dapat membuatnya lebih tenang.
"Agak tidak nyaman rasanya mengetahui aku tinggal dengan orang yang baru kukenal seminggu." Gumam Mina sambil menyandarkan dirinya.
"Setidaknya kehadirannya bisa membuatku tetap waras. Dalam keadaan mentalku sekarang, aku bisa kapan saja memikirkan hal buruk." Ucapnya sambil mengelus perut besarnya.
.
.
.Saat ini Mina sedang menatap pemandangan yang ada di luar jendelannya.
"Aku sudah selesai merapihkan barang barangmu. Apakah kau sudah lapar?" Tanya Jeongyeon.
"Istirahatlah dulu. Kau membuatku terlihat seperti orang yang buruk." Jawab Mina tanpa menatap ke arahnya.
Jeongyeon pun mengangguk angguk sambil berjalan mendekati Mina.
"Saat ibuku hamil adikku, aku selalu memijat pundaknya karena ia kerap kali merasa pegal. Aku rasa itu karena ia membawa adikku kemana mana." Jeongyeon membuka suaranya.
Mina menatap Jeongyeon sejenak sebelum kembali melihat keluar jendela.
"Seluruh badan akan terasa pegal saat kau hamil. Jadi berpikirlah 2 kali sebelum kau ingin memiliki anak." Ucap Mina.
"Kalau begitu bolehkah aku memijat pundakmu agar kau merasa lebih baik?" Tanya Jeongyeon.
"Kau ini terlalu peduli dengan orang disekitarmu hingga kau tak sadar bahwa dirimu sendiri terbengkalai. Basuhlah tubuhmu dulu, kau bahkan belum mandi." Acuh Mina.
"A-ah.. Maaf.. Bau badanku pasti mengganggumu." Jeongyeon tersenyum sambil menggaruk garuk kepalanya.
Mina membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi meninggalkan Jeongyeon.
"Bagaimana bisa seseorang sewangi itu bahkan setelah tak mandi sejak pagi. Bau tubuhnya membuat aku iri." Pikir Mina sambil berjalan menuju kamarnya.
Setelah Jeongyeon selesai mandi, ia memasakan makanan untuk Mina. Beberapa saat kemudian wanita itu kembali menghampiri Mina yang ada di kamarnya.
*Tok tok tok.
"Hey.. Makan malamnya sudah siap." Ucap Jeongyeon.
"Makanlah duluan, aku tidak lapar." Ucap Mina yang sedang memijat mijat kakinya.
Melihat itu membuat Jeongyeon menghampiri Mina.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Mina saat Jeongyeon memijat kakinya.
"Izinkan aku membantu." Jeongyeon tersenyum manis.
Hal itu membuat Mina mengalah dan memilih untuk membiarkan Jeongyeon membantunya.
"Hangat dan lembut." Pikir Mina saat merasakan pijatan Jeongyeon.
Jeongyeon perlahan memijat kaki Mina yang terasa tegang. Hal itu membuat wanita hamil itu memejamkan kedua matanya untuk menikmati pijatan lembut Jeongyeon.
"Terakhir kali aku merasakan seperti ini adalah sebelum masalah ini muncul." Mina melihat ke arah perut besarnya.
Jeongyeon menoleh.
"Kau menyebut bayimu masalah?" Tanyanya
"Aku tak lagi bahagia dengan kehamilan ini." Jawab Mina.
"Itu adalah anugrah terindah dari Tuhan yang bisa kau miliki." Ucap Jeongyeon.
"Bullshit." Sangkal Mina.
"Jika anugrah ini indah, mengapa seseorang yang aku sayangi, seseorang yang membuat ini bersamaku pergi meninggalkanku?" Lanjutnya.
"Itu adalah cari Tuhan untuk memberitaumu bahwa dia bukanlah orang yang tepat untuk dirimu. Dia bukanlah orang yang tepat untuk mendapatkan rasa cintamu yang begitu tulus." Jawab Jeongyeon.
"Dia akan menjadi sosok yang mengembalikan kebahagiaanmu yang telah hilang. Dia adalah hadiah dan berkat." Lanjutnya sambil mengelus perut Mina.
"Dasar sok pintar." Mina menepis tangan Jeongyeon dari perutnya sambil beralih berdiri.
"Omonganmu membuat aku lapar." Lanjutnya sambil berjalan keluar kamar.
"A-ah.. Maafkan aku.." Sesal Jeongyeon.
"Apa apaan dia itu?!" Pikir Mina dengan pipi yang mulai memerah.
"Astaga.. Apa yang kau lakukan Yoo Jeongyeon bodoh?!!" Umpatnya dalam hati.