"Tidak akan bisa semudah itu untuk melupakanmu. Jika memang benar bisa, seharusnya aku sudah pergi ke belahan bumi yang lain sejak beberapa tahun yang lalu."
•••
"Padahal Amel mau terus sama Dafa, tapi kenapa Papa pindah? Kalo Amel kangen sama Dafa gimana, Pa? Amel pengen balik ke Indo!"
_Amelia Sanjani_
Hari-hari yang sulit dilewati Amel dan Lia di negara orang. Mereka berusaha keras belajar bahasa sekaligus mengejar ketertinggalan karena setengah tahun berhenti sekolah.
Amel cukup cepat menguasai bahasa Inggris dan bahasa lokal di Paris. Sedangkan Lia, harus mengambil kelas bahasa satu bulan lebih lama dari Amel. Iya, karena Lia anak yang sangat pemalas.
Setengah tahun berlalu di Paris, barulah mereka bisa mengambil kelas akselerasi. Itupun dengan Lia yang terus menerus belajar dengan keras. Kali ini, Lia berniat untuk sekolah dengan benar, karena ia ingin segera pulang ke Indonesia, sama seperti Amel.
"Amel, jangan belajar lagi, tungguin aku napa!" keluh Lia saat Amel mulai membuka materi baru. Padahal Lia belajar lebih keras, namun kenapa ia selalu tertinggal oleh Amel?
Amel dan Lia mendapat beberapa teman baru di sana. Keduanya pun menikmati hari-hari yang mereka lalui di sana walaupun dengan perasaan tertekan yang mendalam.
"Jadi, kalian masuk kelas akselerasi supaya bisa cepat kembali ke Indonesia?" tanya Dyra teman sekelas mereka yang juga mengambil kelas akselerasi.
Amel dan Lia mengangguk bersamaan. Antara Amel yang sedang memakan bekal dan Lia yang berusaha memahami soal-soal fisika di bukunya, Dyra terkesan dengan kekompakan anak kembar itu. Apalagi, Amel menyimak cerita dan menjawab pertanyaannya sambil menyuapi Lia.
"Ternyata kalian memang benar-benar anak kembar, haha!" Dyra terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kamu meragukan ikatan kami?!" tanya Lia tidak terima.
Pasalnya, Dyra berpikir Amel dan Lia benar-benar berbeda apalagi soal pelajaran dan sikap. Yang mirip hanya fisik saja.
Amel pintar namun terlihat lebih santai, berbanding terbalik dengan Lia yang pekerja keras karena ingin mendapat hasil yang sepadan.
Belum lagi Amel yang selalu terlihat santai menanggapi sesuatu, berbeda dengan Lia yang sangat emosional dan aktif.
Mereka menyukai beberapa barang yang sama, selera fashionnya sekarang juga sama dibandingkan duku, dan yang membuat orang lain sulit membedakan, yaitu mereka yang suka bertukar kepribadian satu sama lain. Hanya itu, dan bagi Dyra, mereka sangat berbeda jika di cermati dengan benar.
Dyra merupakan teman pertama Amel dan Lia sejak mereka pindah ke sini. Rumah mereka juga bersebelahan. Selain itu, Dyra adalah anak dari dosen di salah satu universitas Paris.
"Kamu tau, Dyra? Lia itu berbanding terbalik saat di Indo dulu," cetus Amel sambil mengunyah makanannya.
"Oh ya?" tanya Dyra antusias.
Amel mengangguk. Sambil menyuapi Lia, Amel menceritakan kebiasaan-kebiasaan Lia saat di Indonesia. Amel juga menceritakan tentang Dafa dengan antusias. Seperti bukan Amel saja, pikir Dyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amelia
Teen FictionPertemuan akan selalu berakhir dengan perpisahan. Namun, bagaimana akhir dari epilog tanpa prolog? -Amelia's Story