• Sekolah

2.6K 258 22
                                    

Keesokan harinya, Skala sudah sembuh dari demamnya. Anak menggemaskan itu nampak semangat sekali karena sudah bisa masuk sekolah dan bertemu dengan teman-teman barunya. Kini Skala tengah duduk anteng di ruang makan sembari bermain dengan iPadnya, menunggu sang bunda yang masih menyiapkan sarapannya.

Terlalu asyik dengan game di iPadnya, Skala sampai tak menyadari kedatangan sang ayah yang kini sudah berdiri tepat di belakang kursi Skala.

"Lagi apa kamu bocil!" seru Rainer sembari menangkub pipi mochi sang anak, sampai-sampai Skala mendongkak di buatnya.

"Ih aya diem dulu ini bentar lagi Skala menang!" tukas Skala dengan tatapannya yang masih fokus pada layar iPad.

"Biarin aku gangguin biar kamu kalah cil," Rainer semakin menjadi menguyel-nguyel pipi mochi sang anak.

"Kamu ih diem dulu bisa ga, ini kalau Skala kalah gimana?! Udah tau dikit lagi menang— TUH KAN KAMU MAH AKU JADI KALAH!" oceh Skala heboh saat kata 'Lose' terpampang nyata di layar iPad tersebut.

Bukannya merasa bersalah, Rainer malah terkekeh pelan lalu mencium lama kening sang anak.

"Aya ih!"

"Gemes banget sih anak gue, muaaaaah!" sekarang Rainer mengecupi dan menggigit pelan pipi mochi sang anak.

"AYAAAAA! UNDA LIAT NIH AYA GANGGUIN SKALA TERUS! UNDAAAAAA~" teriak Skala heboh.

Dan tak lama, Freya pun datang seraya membawa beberapa makanan lalu di letakannya di atas meja.

"Mas udah dong, hobi banget sih gangguin anaknya," lerai Freya seraya menarik lengan Rainer dengan perlahan.

"Abis anak kita gemes banget Freya, pengen aku uyel uyel terus," Rainer mencebik.

"Iya tapi itu pipi adek jadi merah lho mas, kasian anaknya, udah ah jangan di uyel uyel terus di kira anak kamu ini squishy apa,"

"Setuju sama unda! Huuuu sorakin ayaaa!"

"Yaudah iya maaf ya sayangku," sekali lagi Rainer mengecup pipi sang anak, setelah itu ia pun mendudukan tubuhnya di kursi yang biasa ia duduki.

"Nah sekarang kita mulai sarapannya, adek harus mam yang banyak biar nanti di sekolah kuat," ucap Freya seraya menyiapkan makanan untuk suami dan anaknya.

"Lho adek sekolah hari ini? Eh baru ngeh kalau adek pake seragam sekolah, ih gemes banget!" oceh Rainer.

"Tapi masih pake seragam SD aya, Skala maunya pake seragam SMP," sahut Skala seraya mencebikan bibirnya lucu.

"Lha kenapa masih pake seragam SD? Udah ganti pake seragam SMP gapapa–"

"Sembarangan kamu mas, mana boleh. Itu peraturan dari sekolahnya harus pake seragam SD dulu, setelah selesai MOS baru boleh pake seragam SMP," potong Freya cepat lantaran suaminya itu suka mengada-ngada dan banyak tingkah.

"Peraturan di buat untuk di langgar yang,"

"Mana ada kaya gitu! Anak aku anak baik, ga kaya kamu begajulan!"

"Aku juga anak baik yang!"

"Anak baik mana yang bolos sekolah hampir tiap hari?! Anak baik mana yang suka jailin guru?! Anak baik mana yang suka manjat tembok belakang sekolah?! Anak baik mana yang suka balapan liar?!" cerocos Freya.

"Iya iya buka aja semua aib aku di depan anak kita yang, aku gapapa kok sumpah gapapa," sedih Rainer.

"Ih aya nakal banget ya unda waktu jaman sekolah?" tanya Skala dengan tatapan polosnya.

"Banget dek, pokoknya hampir tiap minggu opa dipanggil BK. Jangan di tiru ya kelakuan aya kamu," jawab Freya.

"Iya gibahin aja terus aku yang gapapa,"

A Little Sunshine✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang