2 mangkuk mie yang di sajikan telah habis tak tersisa oleh Skala dan Jenan. Meskipun dua bocah menggemaskan itu kepedasan tapi karena rasanya enak jadi mereka habiskan. Apalagi Skala yang baru pertama kali mencoba mie tersebut membuatnya semangat meski saat ini perutnya sudah bergejolak tak enak.
"Kenyang nya, uh perut Jenan penuh banget," ujar Jenan yang diangguki setuju oleh Skala.
"Pedes banget ya mie nya, tapi enak Jenan suka sih," Jenan melanjutkan lagi.
"Heem Skala juga suka, untuk pertama kalinya Skala nyoba indomie, dan bener-bener enak, cuma ya pedes sih hehe," Skala menyahuti, tangannya terangkat untuk meremas perutnya yang mulai terasa sakit.
"Ayo ke tempat futsal lagi, nanti biar papa aja yang bayar," Jenan beranjak dari duduknya mengajak Skala untuk pergi dari Warmie.
"Bi, nanti biasa ya papa yang bayar!" teriak Jenan sebelum pergi.
"Siap den Jenan!"
Setelah itu Skala beranjak dari duduknya, ia dan Jenan pun melangkahkan tungkainya menuju tempat futsal. Tak di pedulikannya William and the geng yang kini tengah menyeringai puas.
Kini Skala dan Jenan sudah memasuki area futsal. Namun langkah Skala tiba-tiba berhenti, membuat langkah Jenan ikut terhenti juga.
"J-jenan, Jenan duluan aja ke tempat futsalnya, Skala mau ke toilet dulu," ucap Skala dengan gelagat aneh. Dapat Jenan lihat keringat mengucur di pelipis Skala, wajahnya terlihat mulai memucat.
"Skala kenapa? Sakit perut?"
"I-iya Skala sakit perut, Skala ke toilet dulu ya,"
"Tau toilet nya dimana?" tanya Jenan dan Skala menggeleng pelan sebagai jawabannya.
"Skala lurus aja, nanti belok kiri. Mau Jenan temenin?"
Skala menggeleng lagi, "ga usah Jenan, Skala sendiri aja, Jenan duluan aja ya,"
Setelah mengucapkan hal itu buru-buru Skala melangkahkan tungkainya ke toilet, bahkan sampai berlari meninggalkan Jenan yang nampak termenung di tempatnya. Haruskah ia menyusul Skala ke toilet?
Sesampainya di toilet, Skala langsung masuk kedalam salah satu bilik yang ada di toilet tersebut.
Huek,
Huek,
Skala langsung mengeluarkan semua isi perut sampai tak tersisa.
Huek,
Seluruh isi perutnya seperti terkuras habis, yang keluar kini hanya cairan saja.
"Uhuk, p-perut Skala sakit hiks," tanpa sadar air matanya pun mengalir.
Huek,
Skala kembali muntah, namun tak ada apapun yang keluar dari mulutnya kecuali cairan kuning.
"S-sakit hiks, a-aya.." tangan Skala meremat kuat area perutnya.
Setelah dirasa cukup, Skala menekan tombol flash dan perlahan ia beranjak dari duduknya lalu berjalan gontai menuju wastafle untuk membersihkan area mulutnya atau sekedar cuci muka, karena Skala yakin wajahnya kini terlihat kacau.
"Uh s-sakit," ringis Skala saat rasa sakit di perutnya kian menjadi. Ia menatap dirinya pada pantulan cermin, terlihat disana wajahnya sudah sangat pucat.
Skala yang tengah mencuci muka pun mendengar suara derap langkah kaki yang mendekat ke arah toilet.
"Sialan si Rainer, bisa-bisanya gue kalah— ANJING!" seseorang yang baru saja masuk kedalam toilet pun sontak terkejut saat melihat ternyata di dalam toilet tersebut ada orang lain yang tak lain adalah Skala.