Black Cat

45 17 0
                                    


.

.

Hantu itu...

Tidak ada—

.

.

Tapi...

Aku melihat mereka.

.

.

Ika zordick

.

The first horror story

.

BLACK CAT

Mereka bilang, kucing hitam itu adalah kucing yang membawa malapetaka, kesialan dan pertanda buruk. Felix kurang percaya tahayul seperti itu. Terdengar konyol sebenarnya dibenaknya, tapi ia hanya mengangguk saja. Dia kan takutnya pada hantu, bukan tahayul apalagi dengan kucing.

"Felix!!"—suara cempreng Hyunjin yang memanggilnya membuatnya menoleh. Felix memajukan mulutnya, ia tidak suka di panggil oleh Hyunjin. Alasannya normal, karena Hyunjin akan menyuruhnya melakukan hal aneh dengan iming iming jika tidak ingin melakukan, Hyunjin akan menceritakan cerita seram rumah yang sedang mereka tinggali sekarang.

Keadaan berbalik. Felix dalam posisi teraniyaya karena rasa takutnya. Juga karena mimpi aneh terakhirnya.

"Hari terasa sangat dingin"—tidak ada penghangat ruangan di sini, seperti asrama mereka.

Ini hanya rumah kecil yang terdiri dari ruang tamu, dapur, kamar tidur dan kamar mandi. Bukan liburan, melainkan keterpaksaan oleh pihak sekolah yang mengharuskan mereka melakukan survei di sebuah desa di pergunungan yang sedikit terpencil—jauh dari kota. Felix tidak suka, ini mengharuskannya tidak bisa menonton siaran favoritnya yang akan main di channel tiga, dua puluh menit lagi.

Felix kembali mendudukkan dirinya di tikar tipis yang sebelumnya telah dibentangkan oleh Changbin dan dibersihkan oleh Jeongin. Mencoba menikmati dirinya sebagai pengangguran satu satunya dibanding teman temannya yang kini sibuk dengan pekerjaan masing masing. Seperti memasak, mengambil air atau setidaknya sekedar memperhatikan yang lain sibuk.

Bosan.

Felix mengharapkan Jeongin setidaknya duduk di sampingnya dan bercerita tentang betapa menariknya siswi sekolah seberang yang sering lewat di depan sekolah mereka. Itu cerita menarik untuk anak SMP yang menginjak usia pubertas seperti dirinya.

"Kau lapar?" Seungmin—seseorang yang selalu bisa diharapkan tentang apapun mendudukkan dirinya di samping Felix. Dia menyerahkan semangkok ramen dengan asap mengepul pada Felix. Felix tidak menjawab, hanya menerima dengan senang hati dan mulai menyuapi dirinya sendiri.

"Ku rasa di dalam akan sangat hangat," gumam Felix menunjuk kamar yang tepat di hadapannya. Kamar yang pintunya hanya ditutupi tirai berwarna hijau tua. Seungmin hanya tersenyum samar, sangat aneh untuk seseorang seperti Seungmin memberikan keramahan. Dia hanya mengacak surai Felix dan kemudian masuk ke dalam kamar itu.

.

.

"Kemana Seungmin?" Felix tersentak. Dia menoleh pada Jeongin yang bertanya.

"Di kamar," jawab Felix sambil menatap tirai yang tertutup. Tirai yang masih berwarna hijau tua. Felix tak ingat sejak kapan dia duduk diam meantapi tirai menunggui Seungmin memanggilnya untuk tidur di dalam. Felix melirik pada mangkok mie yang kosong di sampingnya.

"Dia belum keluar juga?" tanya Jeongin dan Felix mengatakan belum dengan suara yang nyaris tidak terdengar.

"Seungmin!" Felix memanggilnya. Bermaksud untuk masuk ke dalam kamar itu. Tapi sepasang tangan menghentikannya. Tangan yang terasa sangat panas hampir membakar kulitnya. Felix mendongakkan wajahnya, dan kengerian menghantam dirinya. Seorang wanita berkulit putih pucat, sebagian wajahnya terbakar dan taring di giginya terlihat menatapnya sendu. Dia menggeleng, memaksa Felix untuk tidak masuk ke dalam sana.

GHOST [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang