Give me Your Eyes

58 22 0
                                    


"Sejak kapan mereka terlihat akrab?"

"Apa karena anak baru itu?"

Suara suara ocehan tak berguna terdengar, kantin bahkan beralih fungsi menjadi tempat membicarakan orang bukan tempat untuk makan. Jeongin menunduk, sedikit membuatnya segan menjadi sorot perhatian dan buah bibir di jam makan siang.

"Yo!" Changbin mengangkat tangannya. Mengucapkan salam ala dirinya. Yang terdiri dari dua huruf yang artinya bisa merangkap selamat pagi, selamat siang dan selamat malam secara bersamaan. Jeongin tersenyum, turut mengangkat tangannya juga, membalas sapaan Changbin.

Jisung sudah sibuk dengan segala macam pesanannya, mengucapkan hampir semua menu makanan yang ada di daftar menu kantin yang lebih mirip cafeteria sekolah. Sementara Seungmin dia hanya memesan susu kotak rasa vanilla dan roti isi daging berukuran sedang. Ia kembali memasang earphone barunya, setelah earphone dan ipod lamanya ia berikan pada Jeongin.

Felix seperti biasa—cukup rewel dengan pesanannya. Tanpa wortel, tanpa selada, tanpa tomat dan tanpa apapun yang berbau sayur. Jeongin mengerti mengapa Felix terlihat begitu ramping dibanding teman temannya yang lain. "Seharusnya kau memesannya saja Felix, aku bisa menghabiskannya untukmu." Jisung berbicara.

Changbin menatap horror, pria yang lebih mirip sapi ini dari pada manusia. "Kau ingin ia mengoceh terus soal—betapa susahnya menyingkirkan benda benda yang tumbuh di atas permukaan tanah itu?"

Jisung tak terima. "Wortel tidak tumbuh di permukaan."

"Hoi! What's up bro? Sudah lama?" Hyunjin ikut bergabung. "Coke dan Bento," teriaknya dan langsung di iyakan oleh sang pemilik kantin yang kini sedang memasak.

"Jadi?"

"Jadi?" tanya Felix menatap Hyunjin yang begitu cerianya menunjukkan gusinya. "Kalian punya rencana apa?" Hyunjin bertanya.

"Kukira kau yang punya rencana," protes Changbin.

Jeongin tertawa. Interaksi teman teman barunya memang selalu membuatnya ingin tertawa. "Bagaimana mungkin kalian tidak memikirkan rencana apapun di malam minggu ini? Ahh—kalian keterlaluan!" tuding Hyunjin.

Seungmin lebih memilih menyambar roti isinya yang baru tiba di hadapannya. "Tidak usah terlalu memikirkan mereka, habiskan makananmu!" perintahnya pada Jeongin yang membuat yang lain langsung menatap tajam padanya. "Apa?" Tanyanya dengan yang terdengar cukup ketus.

"Tidak, lanjutkan saja makanmu yang mulia Seungmin Kim," ejek Changbin. Seungmin memang selalu bertingkah seperti keluarga bangsawan. Dia tampak selalu keren bahkan ketika di hukum membersihkan gudang atau toilet. "Kalau kalian tidak punya jadwal pulang sekolah aku punya beberapa yang bisa kita lakukan."

Hei—

Dengar tadi? Seungmin menawarkan sebuah kegiatan yang siapapun tahu dialah yang paling tidak suka repot.

Dan perlu di garis bawahi sebuah kata yang benar benar menakjubkan! Dia menggunakan kata KITA. Hyunjin terharu mendengarnya, Jisung berteriak girang, sementara Changbin sudah menepuk punggung Seungmin kencang sebagai bukti apresiasi bahwa ia kagum dengan semangat kebersamaan Seungmin yang baru saja muncul beberapa detik ini.

"Apa itu?" Felixlah yang bertanya.

"Membersihkan gudang olahraga di belakang gedung asrama," jawab Seungmin santai setelah meminum susunya setelah tersedak akibat ulah Changbin.

"NOOOO!!" teriak Jisung, Hyunjin dan Changbin bersamaan. Seungmin pasti dihukum karena tertidur di kelas lagi dan ia bermaksud berbagi kesialannya itu dengan mereka. Terkutuklah kau yang mulia Seungmin Kim.

GHOST [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang