⸢ 3. Free Chicken! ⸥

428 72 2
                                    

"It was at that moment that the genre of my life changed"

--Dokja Kim--

◼◼◼

"Tadi saat di perpustakaan hidungmu merah sekali." Hyunsung memberikan sekaleng kopi hangat kepada Kim Dokja yang sudah menunggunya di depan minimarket. Kedua bersandar pada dinding sambil memperhatikan mobil-mobil yang berlalu lalang di jalanan yang padat. "Jika kau sedang flu, beristirahatlah dulu. Pakai saja jaketku saat kau pulang."

"Terima kasih." Kim Dokja menerima kaleng kopinya. "Maaf sudah merepotkan, tapi tidak apa-apa. Jaket ini milikmu, lagipula aku tidak terkena flu."

Lee Hyunsung menatap Kim Dokja lalu beralih ke layar ponselnya yang menyala. Raut wajahnya luntur, takut begitu membaca pesan yang baru saja dia dapatkan. "Tapi Heewon bilang, aku harus meminjamkan jaketku padamu sampai besok."

"Hei, kau lebih menuruti perkataan Heewon daripada aku?" Lee Hyunsung dengan polos mengangguk.

"Pakai saja, jika Heewon melihatku membawa jaket besok. Dia akan memukulku."

"Bagaimana bisa kau menyukai gadis itu?" Kim Dokja bertanya ngeri melihat perubahan drastis Lee Hyunsung setelah bertemu dengan Jung Heewon.

"Tidak ada alasan untuk menyukai seseorang tahu."

Kim Dokja merinding mendengar perkataan Hyunsung yang terdengar lembut. Bagaimana bisa lelaki kekar yang mempunyai hobi menghancurkan genteng setiap harinya bisa berkata lembut seperti itu? Bahkan saat pertama kali bertemu dengan Hyunsung, Kim Dokja yakin jika lelaki ini berbeda beberapa tahun darinya.

Masalahnya adalah tubuh milik lelaki ini sangat besar untuk seukuran anak SMA! Bisa dikatakan tubuh Lee Hyunsung mirip dengan tubuh penjaga sekolah yang dulunya mantan tentara.

Apa jangan-jangan karena Jung Heewon yang terlalu sering memukul Hyunsung membuat lelaki itu menjadi melemah? Tapi memangnya sekuat apa gadis itu hingga bisa merubah kepribadian Lee Hyunsung?!

"Bagaimana pertandingan bisbolnya kemarin?"

Kim Dokja yang sudah pusing memikirkan perubahan Lee Hyunsung akhirnya memindahkan topik pembicaraan mereka. Sama seperti topik sebelumnya, ekspresi Hyunsung juga terlihat cerah begitu Dokja membahas pertandingan bisbol yang dia sukai.

Lee Hyunsung langsung memasang wajah semangat. "Kau tahu, mereka menang! Home run tercipta 2 kali! Aku sampai merinding saat menonton pertandingannya! Saat aku menontonnya di televisi rasanya sangat berbeda, namun saat aku melihatnya secara langsung, jantungnya berdebar dengan keras."

"Lebih keras saat kau bersama Heewon?" Kim Dokja meringis begitu dia menyinggung nama Heewon lagi. Padahal dia tidak ingin mengambil topik itu. Namun, bibirnya bergerak sendiri karena pikirannya sedang dipenuhi nama kedua orang itu!

"Tidak, kalau itu aku tidak bisa mengendalikannya! Tetapi kemarin aku menahan nafas selama 3 menit!"

Kim Dokja ikut menahan nafas selama yang dia bisa mendengar hal itu, dia sampai takut begitu menyadari temannya ini sangat menakutkan untuknya.

"Lain kali jangan menahan nafas seperti itu, kau bisa saja lupa caranya bernafas dengan benar." Kim Dokja mengambil ponselnya yang bergetar sementara Lee Hyunsung tertawa senang. "Oh."

Lee Hyunsung mengangkat salah satu alisnya. Dia bertanya ada apa hingga Kim Dokja memasang raut muram. "Ada masalah?"

"Tidak, hanya pesan dari sunbae." Kim Dokja melempar kaleng kopi yang sudah habis lalu menepuk bahu Hyunsung beberapa kali. "Aku harus pergi, Hyunsung-ssi. Terima kasih jaket dan kopinya, ya. Besok aku akan mentraktirmu makan siang. Sampai jumpa."

Rewrite Our Story : If The Scenario Never ExistedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang