⸢ 12. Pemisah ⸥

237 22 2
                                    

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, hasil pemeriksaannya berjalan baik."

Krygios menerima berkas pemeriksaan dari Kim Dokja dan memasukkan ke dalam tas kerjanya. Wali kelasnya itu menyuruh Kim Dokja masuk ke dalam mobil yang sudah dulu diisi oleh Han Sooyoung di belakang.

"Temanmu menitipkan kue kepadamu. Dia tidak bisa menemanimu kembali ke Seoul." Han Sooyoung menyerahkan sebuah kotak kue kecil dengan secarik kertas beraroma manis. Dia mendesis sinis melihat tumpukan kotak kue yang mengisi sebagian kursi belakang mobil. "Kenapa kuenya tidak diletakkan di bagasi saja sih?!"

Krygios menghela nafas, dia menyalakan mobil, mengingatkan murid-muridnya untuk memasang sabuk pengaman. Selagi Han Sooyoung terus mengumpat begitu kotak-kotak di sampingnya ikut bergerak, Kim Dokja menyimpan surat Uriel dan memakan kue tersebut.

Beberapa kali Kim Dokja menegur Han Sooyoung yang terus-terusan mendesis pada kue pemberian Uriel dan hampir mengeluarkan umpatan padanya di hadapan Krygios. Beruntung Kim Dokja langsung berhenti menegur dan melotot kepada Han Sooyoung.

Tadinya Han Sooyoung ingin membalas pelototan Kim Dokja, tapi dia baru menyadari ke mana arah tatapan itu diberikan.

"Jangan menoleh." Tubuh Han Sooyoung membeku, dia menahan diri tidak menoleh ke arah tatapan Kim Dokja berikan selama perjalanan mereka. Gadis itu hanya bisa menemukan tanah lapang dengan bangunan tinggi di kejauhan dari sudut pandangnya.

Tepat setelah mobil berhenti, Kim Dokja berkata dengan nada menahan amarah kepada Krygios. "Saya rasa kita akan langsung kembali ke Seoul?"

"Dan meninggalkan alasanmu datang ke sini?" Krygios menyerahkan paperbag kepada Kim Dokja yang entah berisi apa. "Pergilah sejenak, aku sudah membuat janji dengan pihak di dalam. Aku juga sudah berkunjung kemarin malam, seharusnya kau juga berkunjung sejenak."

Kim Dokja mendesah kesal, dia membuka pintu dan menutupnya. Tangan kanannya membawa paperbag pemberian Krygios, menyeret bersama dengan tubuhnya ke pintu besi setinggi lebih dari dua meter di hadapannya.

"... Nyonya Lee Sookyung."

"Tolong tunggu sebentar, apa ada barang bawaan yang ingin diberikan kepada Nyonya Lee Sookyung?"

Kim Dokja melamun sejenak, dia meletakkan paperbag bawaannya ke atas meja pemeriksaan lalu menandatangani serangkaian dokumen di sana. Seorang wanita menelepon, membelakangi tubuh Kim Dokja yang terus menulis lembar kehadiran pengunjung.

Setelah selesai mengurus dokumen, Kim Dokja diminta memasukki ke sebuah ruangan dengan ditemani seorang pria.

Ruangan yang tidak terlalu luas, yang dibagi menjadi tiga pasang bilik yang dipisah tengah sebuah kaca tebal membatasinya.

Kursi besi, Kim Dokja duduk di sana sembari menunggu. Sedangkan pria yang menemaninya masuk ke ruangan tersebut, berdiri di sudut ruangan dengan ekspresi tegas di wajahnya.

"Waktu kunjungan hanya 15 menit." Seorang wanita membuka pintu, membiarkan seorang wanita yang mengenakan seragam masuk. Setelah wanita tersebut duduk, wanita yang mengantarnya ikut berdiri di sudut ruangan.

"Sudah lama sekali, Nak."

"Apa kabar, Ibu? Apa Ibu sehat?" Kim Dokja melemparkan pertanyaan, menegakkan tubuhnya begitu suara ibunya terdengar jelas di telinga.

"Ah, kemarin-kemarin keadaanku baik-baik saja. Tapi setelah kedatangan gurumu, pikiranku jadi tidak baik-baik saja."

"Sir Krygios benar-benar mengunjungi ibu?"

"Dia berbicara banyak hal tentangmu, bahkan dia mendapatkan keringanan waktu untuk berbicara denganku." Wanita tersebut menaikkan sedikit senyumannya, menopang wajahnya menatap wajah sang anak. "Gurumu menceritakan banyak hal."

Rewrite Our Story : If The Scenario Never ExistedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang