⸢ 8. Hadiah ⸥

301 69 5
                                    

"I always hated you. And regretted it, too. Why did I write the story of someone like you with my own hands?"

--Han Sooyoung--

◼◼◼

.

.

.

"Selamat ulang tahun yang ketujuh belas, Sooyoung-ah!"

Han Sooyoung menatap kotak di depannya dengan tatapan kosong. Sebuah lembar putih bertulis ucapan selamat ulang tahun datang, bersama dengan sebuah hoodie ungu lilac.

Namun daripada hadiahnya, pandangan Han Sooyoung lebih tertuju pada lembaran itu. Lembaran putih bersih, lembaran yang mengingatkannya pada lembaran tulisan cerita yang dia buat.

Lembaran itulah yang menjadi alasan dia tak menyentuh lembaran ceritanya lagi. Tangannya mati rasa saat menyentuh lembaran-lembaran itu. Rasa sakit selalu memenuhi kepalanya dan pandangan ingatannya selalu tertuju pada seorang yang menjadi alasannya untuk bertahan.

"Kim Dokja tidak masuk ke sekolah selama 10 hari. Jika dia tidak masuk selama 2 minggu berturut-turut, kepala sekolah akan mengeluarkan pernyataan peringatan keras."

"Terakhir kali aku melihatnya, dia memintaku untuk mengobati lukanya. Lalu meminta untuk pergi ke suatu tempat."

"Dokja-ssi langsung pergi begitu dia mendapatkan pesan dari ponselnya. Wajahnya berubah setelah membaca itu."

Han Sooyoung masih ingat jelas notifikasi pesan masuk dari akunnya. Ucapan terima kasih dan pesan terakhir yang dia dapat.

Selepas itu dia sudah tak mendapatkan apapun lagi.

Namun, kali ini datang paket dari pengiriman barang. Sebuah paket sebesar pelukannya.

"Nona Han Sooyoung? Tolong tanda tangan di sini, seluruh biaya sudah ditanggung pengirim. Jadi, Nona hanya perlu menerimanya."

Begitu jawaban kurir yang mengirimnya paket setelah dia bertanya apakah tanggungan pengiriman ditimpali padanya.

Tadinya Han Sooyoung akan menumpuk paket itu bersama dengan paket lain yang dikirimkan keluarganya di sudut kamar apartemennya. Namun, pikiran menyeruak datang begitu matanya menangkap tanggal yang dilingkari tinta merah oleh Kim Dokja saat bermain di sana.

"Tentu saja ini adalah hari ulang tahunmu, kamu harus mengingatnya. Saat hari itu tiba aku akan mengirimkanmu sebuah hadiah yang akan sukai!"

"Pena?"

"Hehe, bagaimana bisa tahu? Bukannya hadiah untuk penulis di zaman sekarang itu memang pulpen?"

"Aku menggunakan laptop bodoh!"

Han Sooyoung masih ingat betul percakapan mereka beberapa bulan yang lalu. Itulah saat libur tengah semester mereka dimulai dan Kim Dokja selalu menghampirinya hanya untuk menagih bayaran sebagai seorang yang menjadi alasannya hidup.

Tangan Han Sooyoung meraih lembaran putih tersebut dan membaliknya. Ada beberapa kalimat juga tertulis di sana.

'Pakailah, musim semi kali ini akan dingin sampai pertengahan bulan juni. Aku ingin membelikanmu coat yang bagus, namun edisinya sudah habis. Aku akan berusaha mendapatkannya tahun depan.'

Berusaha?

Maksudnya apa?

Han Sooyoung melihat kembali lembaran pengiriman. Beberapa detail tertera di dalamnya. Kapan barang itu dipesan, jam, hingga tanggal.

Rewrite Our Story : If The Scenario Never ExistedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang