Sepuluh

10 3 1
                                    

***

“Tidak ada kesalahan yang tidak dimaafkan, kecuali selingkuh.”

***

Alena baru saja sampai di kampus Hanna, Afgan tidak mengantarnya ke tempat di mana Hanna berada ataupun belajar. Gadis itu melihat sekeliling, ternyata di kampus ini banyak cogan. Apa Alena merubah pikiran, akan melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah?

Alena berjalan sesuka hatinya, dia melihat cewek sendiri yang berjalan di depannya. Sepertinya dia sedang menghujat. Alena bersembunyi, dia kepo dengan hujatan cewek itu.

"Astaga sial, kenapa Hanna bisa memiliki Reyhan dengan cepat. Perasaan gue duluan deh yang kenal dia, tapi kenapa Hanna yang menjadi istrinya. Ini gak bisa dibiarin, mereka harus cerai!" ucap cewek itu.

Alena yang mendengar kalo cewek itu akan, membuat rencana untuk memisahkan Hanna dengan Reyhan. Dia langsung keluar dari tempat persembunyiannya, ia melangkah dengan langkah lebar ke arah cewek itu. Dia tidak peduli soal umur, yang penting amarahnya hilang.

Alena menendang kaki cewek itu, yang membuatnya tersungkur ke tanah. Cewek itu menatapnya tajam tidak terima, diperlakukan seperti ini. Cewek itu ingin berdiri, membalas Alena. Tapi sayang Alena lebih dulu menginjaknya, lalu menarik rambut kritingnya itu. Cewek itu jelas meringis kesakitan, padahal dia tidak kenal dengan Alena tapi kenapa dia menyiksanya.

"Lepasin! Apa-apaan sih lo, kenal aja kagak," desis cewek itu.

Alena semakin keras menarik rambutnya. "Oh ya, coba katakan sekali lagi. Lo mau bikin Reyhan cerai dari Hanna," ucapan Alena membuat cewek itu diam.

"Bagi lo Hanna siapa, hah?" kini cewek itu membuka suara, ketika beberapa detik terdiam.

Alena terkekeh, melepaskan rambut cewek tiu dari tangannya. "Gue sahabatnya, kenapa? Lo takut?" kata Alena, membuat cewek itu terdiam lagi.

Cewek itu pernah dengar cerita sahabat Hanna yang lumayan ganas, seperti laki-laki. Ternyata apa yang dia dengar, kini sudah ada dihadapannya. Badannya bergetar hebat, takut Alena berbuat lebih jauh dari sekedar menjambak. Langsung saja dia memeluk kaki Alena, memohon maap karena telah lancang membuat rencana seperti itu.

Alena mencoba melepaskan tangan cewek itu, tapi dia malah semakin kuat memeluknya. Alena berteriak agar dia melepaskan tangannya, tapi dia tidak mengubris. Dia malah memohon ampun pada Alena, dia berjanji tidak lagi berurusan dengannya ataupun Hanna, yang penting dia terlepas dari Alena.
Alena yang mendengar itu, hanya menghela napas. Karena kesal cewek itu terus memeluk kakinya, terpaksa Alena harus menendangnya kuat.

Alena tersenyum puas, melihat cewek itu terlepas dari kakinya. Bagi Alena, dia seperti ulat bulu yang menempel di badannya. Memikirkannya saja Alena sudah bergidik ngeri, dia mundur beberapa langkah ketika cewek itu ingin meraih kakinya lagi.

"Maapkan aku," lirihnya disela tangisan.

Alena yang baru saja ingin menjawab, sudah ditarik paksa oleh Afgan. Bahkan tidak hanya menariknya, dia memangul Alena bak seperti menculik. Alena meraung meminta menurunkannya, tapi Afgan tidak mengubris. Alena menatap cewek itu lagi, yang kini berdiri sembari mengambil tasnya, ketakutan. Alena memukul punggung Afgan, bagi Afgan itu hanyalah pukulan semut yang lama kelamaan menjadi brutal.

Ketika sudah jauh dari lokasi kejadian di mana Alena bertengkar, Afgan menurunkan Alena dengan kasar. Dia menatap kesal wajah Alena yang menahan amarah, harusnya dialah yang marah bukan Alena.

"Apaan sih?" tanya Alena, dia risih ketika Afgan terus menatapnya.

"Tunggu di sini, gue mau manggil Hanna," titah Afgan, dia meninggalkan Alena sendirian. Ternyata Afgan membawanya ke belakang kampus, Alena menatap kagum taman kampus itu.

Mendadak Menikah ( On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang