Tigabelas

12 3 0
                                    

***

“Sedalam apapun kamu menyembunyikan kebohongan, pasti akan ketahuan kalo kita tidak pintar menyembunyikannya.”

***

Ruangan yang indah akan hiasan pernikahan sangat ramai akan kedatangan seseorang yang berteriak menghentikan ijab qobul, tidak ada yang berani membuka suara. Siapa tahu perempuan itu adalah tamu dari pengantinnya.

Suara helaan napas dari pengantin pria, kerusuhan apa lagi yang akan menghentikan ijab qobulnya itu, sudah cukup kerusuhan yang diperbuat temannya tadi, entah siapa lagi ini. Keluarga pengantin wanita menatap seseorang yang merusak suasana dengan tatapan tajam, bahkan ada yang melontarkan serapah Pada Alena. Gadis itu diam tidak berkutik, bingung harus berbicara apa lagi.

Kenapa banyak sekali orang yang menganggu pernikahan gue anjir?

"Lanjutkan." ucapnya, sekilas menatap calon istrinya yang tersenyum manis. Dia Elena Claudia, gadis yang akan menjadi istrinya sebentar lagi. Penghulu mengangguk, menyuruh wali pengantin wanita mengaitkan kembali tangannya pada sang pengantin pria.

"Bismillahirohmanirohim, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya yang bernama Elena Claudia binti Frans Wijaya dengan mas kawin seperangkat alat sholat, perhiasan 200gr dan uang tunai sebesar 1 miliar, dibayar tu-nai!" ucap wali pengantin wanita.

"Saya—"

"STOP! KENZO APA KAU LAKUKAN, HAH?" teriak Alena menampilkan wajah sesedih mungkin, dia melangkah ke arah lelaki itu tanpa memperdulikan sekitar. Mata coklatnya menatap lekat mata hitam lelaki itu, pandangannya terkunci. Dia harus mendalami peran sebagai wanita yang tersakiti!

"Setelah apa yang kau lakukan padaku dulu, lalu kau akan menikah dengan wanita lain, Kenzo?" lirih Alena, dia tertawa dalam hati. Akhirnya peran gue mantap sekali, menangislah Alena!

"Gue hamil, Kenzo. GUE HAMIL!" teriak Alena ketika mengulang kata hamil, sontak membuat sang tamu undangan menutup mulut, kaget.

Perkataan Alena membuat pengantin wanita menatap lelaki yang akan menjadi suaminya ini, meminta penjelasan. Mata mereka kembali pokus pada Alena yang kembali membuka suara.

"Gue hamil, anak lo, Kenzo." lirih Alena menunduk menangis, padahal aslinya tersenyum.

"Kita gak kenal, jadi kamu bisa pergi!" tenang namun tegas, lelaki bernama Kenzo itu menatap Alena penuh kebencian, dia benci perusuh dalam pernikahannya.

Alena mengeleng cepat, menghampiri lelaki itu. "Mana janji mu, hah? Dulu kau berjanji akan meninggalkan gadis yang bernama Elena itu," ucapnya menganti menjadi 'aki-kamu', matanya menatap pengantin wanita yang kini terus menangis dipelukan sang ayah, mungkin. "Lalu setelah itu, kau akan menikahiku dan berbahagia bersamaku sampai tua. Bukankah kau berjanji seperti itu, Kenzo?" sambung Alena, kini menatap lelaki tak dikenalnya.

Bagaimana Alena bisa tahu mana pengantin wanita itu? Kalian ingat pas Alena kebingungan memilih kanan dan kiri, nah itu di sana.

"Omong kosong! Kita—"

Suara tamparan membuat semua orang diam, bukan Alena yang menampar Kenzo, tetapi calon istrinya. Dia terlihat sangat kecewa pada Kenzo, tapi anehnya ada senyuman kecil disudut bibir wanita itu. Alena menutup mulut ketika tamparan itu kembali dilayangkan pada Kenzo, kali ini adalah tamparan dari wali pengantin wanita.

"Saya kecewa sama kamu Kenzo, saya akan adukan kamu kepada ayahmu! Ayo sayang, jangan mau kamu menikah dengan pria brengsek seperti Kenzo!" ucapnya sembari menarik Elena, tadinya Elena memberontak namun setelah dipeluk, wanita itu langsung diam. Membuat Alena bingung, semudah itu kah mereka meninggalkan pernikahan? Ah namanya juga orang kaya kan?

Mendadak Menikah ( On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang