𝘧𝘪𝘷𝘦.

3.5K 445 68
                                    

𝐏𝐑𝐄𝐆𝐍𝐀𝐍𝐓-! ᥫ᭡

PENDETA KUIL yang sudah lepas dari jabatannya itu termenung sejenak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PENDETA KUIL yang sudah lepas dari jabatannya itu termenung sejenak. Dihembuskannya napas, dirinya melepaskan tangan milik suaminya yang berada pada hanfu dan jemarinya.

"Biarkan aku membersihkan ini terlebih dahulu." Tubuh wanita itu hendak berlutut untuk mengambil bunga qingxin yang berserakan di sekitarnya, namun sebuah tangan mencegah dirinya untuk turun.

Mata ungu mudanya melihat wajah Alatus dengan bingung dan membiarkan tubuhnya ditegakkan kembali. Bibirnya hendak terbuka untuk bertanya, namun perkataan terputus ketika dia berbicara terlebih dahulu.

"Tidak perlu. Kali ini kamu tidak akan ikut serta, Tuan Morax sudah mengijinkan hal ini."

Sang miko tak percaya atas perkataannya, bagaimana bisa dia diminta untuk berada di rumah sedangkan dirinya bisa berguna di perang nanti? Apalagi membiarkan suaminya berjuang keras sedangkan dirinya akan bersantai di rumah?

Mata sang miko menatap tajam suaminya, dahinya berkerut tak suka atas keputusannya. "Aku bukan wanita lemah, Xiao. Jika aku bisa berguna bagi perang nanti, untuk apa aku berdiam diri di rumah?"

"Kau sedang hamil, [Nama]."

Shrine Maidens memutar matanya, dia mendengus dengan kasar dan menyingkirkan tangan Adepti itu dari pundaknya. "Apakah itu membuatmu mengambil keputusan ini? Jangan begitu protektif, Alatus. Aku bisa menjaga diriku sendiri seperti aku menjaga anak ini."

Adepti itu dengan lembut menyapu kaki dan belakang punggung istrinya, membawa mereka berdua kembali ke rumah sederhananya di Guili Plains.

Tanpa mengatakan apapun, Yaksha itu menurunkan istrinya di tepi kasur dan berlutut untuk menatap wajah sang miko. Dia mengambil jemari yang ukurannya lebih kecil dari tangannya untuk digenggam.

"Ada dua jiwa di dalam tubuh mu, qi zi."

Dia berkata dengan selembut mungkin untuk wanitanya yang sedang hamil itu, tangannya mengusap lembut jemari yang di genggam. Anemo Yaksha membawa jemarinya di depan bibirnya dan dikecuplah satu persatu jari itu.

"Aku tak ingin mengambil resiko. Kamu itu lemah, rapuh, bahkan tak bisa mengangkat senjata untuk sebuah hewan sekalipun. Jadi tak mungkin kamu bisa membela diri di peperangan seperti itu. Kami memiliki beberapa healer di pihak kita, berkat itu kamu tak harus mengikuti perang ini."

Sang miko merasa hatinya retak, ucapannya seperti berkata bahwa mereka tak membutuhkan bantuannya lagi. Namun dia tau dengan benar, bahwa itu bukanlah maksud mereka. Morax pun hanya melakukan tugasnya untuk melindungi penerus Adeptusnya.

Kelopak matanya menutup untuk mencegah bulir-bulir air turun dari tempatnya, "Jangan egois, Alatus."

"Aku tidak."

Dia merasakan sebuah tangan dengan lembut mengusap pipinya dan sebuah benda kenyal yang berada di dahinya. Rengkuhan hangat pun dirinya terima yang mampu menenangkan hatinya.

"Aku mengerti bahwa aku tidak berharga, tapi biarkan aku ikut perang ini. Aku yakin aku bisa berguna untuk kalian."

Helaan napas dikeluarkan oleh suaminya yang semakin mengeratkan pelukannya. Surai hitam legam itu di elusnya dengan lembut dan ditariklah pita putih yang melingkari rambutnya.

"Kamu selalu berharga melebihi semua batu permata di dunia ini, [Nama]."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐏𝐑𝐄𝐆𝐍𝐀𝐍𝐓: 原神,ㅤA. Xiao. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang