0 | pilot

95 7 0
                                    

Semua diawali dengan Maura yang tiba-tiba berceletuk, "kita mau pisah ke kampus pilihan masing-masing, masa iya sih liburan kelulusan ini nggak kemana-mana. Kita semua udah punya KTP loh."

Rumah Sergio memang basecamp mereka. Apalagi setelah mereka paham betul kalau orang tua Sergio jarang di rumah. Paling sering sih ada Evan, kakak laki-laki Sergio yang masih maba dan itu juga dia sibuk karena katanya anak Bisnis banyak kegiatan di tahun pertama kuliah, jadi sudah paling benar kalau rumah gedongan milik Sergio yang layak untuk diisi dan diramaikan.

Seperti biasa, Dean sibuk makan kuaci rebo yang sudah hampir habis. Jangan tanya Dean kenapa obsesinya pada kuaci semakin menggila sejak persiapan Ujian Nasional karena Dean juga nggak tahu jawabannya. Sampai-sampai kalau Maura bilang mau ke Indomart, cewek itu sudah otomatis akan membeli dua bungkus kuaci ukuran besar (kadang sampai lima).

"Nah iya, setuju. Bosen banget gak sih kalo liburan kelulusan cuma gitu doang? Bayangin aja gimana gabutnya kita tiap ke sekolah udah nggak nerima pelajaran apapun," tutur Dean. Tumben dia dengar apa yang sedang dibicarakan yang lain.

Sergio mengangguk. "Setuju sih. Tapi kita ada sosialisasi kampus 'kan? Gitu gak sih biasanya?"

Maura mendecih, "kecuali lo mau masuk kampus itu, ya dateng ke sosialisasinya lah."

"Lagian biasanya kampus yang sosialisasi begitu kan kurang laku."

"Dean!"

Dean terkekeh, "gue bicara fakta loh."

"Nggak usah terlalu jujur bisa gak?"

"Lemesin aja, Gio. Ini mah antara kita-kita aja kali. Gue kalo ngomong begini di depan guru atau orang kampusnya lah baru lo boleh negur."

Mau tak mau, Sergio jadi ikutan terkekeh. Benar juga.

"Parah, Tala lama banget nih," celetuk Maura tiba-tiba.

Soal Tala, sejak tadi dia minta izin dulu mau mengabari Steven. Tala sih setuju seratus persen kalau niat Steven memang untuk mendekatinya. Sejak tahun pertama di SMA, Steven selalu punya cara untuk dekat dengan Tala dan sudah enam bulan terakhir ini mereka berkomunikasi semakin intens dan hubungan mereka sepertinya akan lebih dari sekedar teman. Apalagi, Steven ini juga kawan Dean yang tentu saja dikenal di kalangan perempuan sebagai cowok most wanted. Dean sih nyebutnya Classic Typical of Playboy: Handsome and Rich.

Tala nggak bermaksud lama mengobrol dengan Steven, tetapi memang sifat dasar perempuan yang mudah luluh, Tala akhirnya meladeni banyak obrolan Steven. Mayoritas curhat tentang apa yang terjadi kemarin saat tanding futsal antara kelas Steven dan kelasnya. Kata Steven, cowok songong yang namanya Pras itu bikin dia naik pitam. Tala setuju karena Tala sering jadi korban bully dan ledekan Pras tentang banyak hal. Alasan utama Pras sih mau caper kepada Tala, tapi Tala ilfeel duluan dan menambahkan Pras ke daftar cowok yang nggak akan Tala pacari walau cowok di dunia ini tinggal satu biji.

Obrolan berganti pada ajakan Steven untuk makan malam, malam ini juga. Tentu saja Tala setuju. Lagian sudah lama juga Tala nggak pergi keluar. Steven bilang sih sibuk karena urusan les dan nyari kampus swasta bergengsi atas rekomendasi sang papa. Namun Tala tahu kalau sebenarnya Steven tidak benar-benar melakukan itu semua. Ingat 'kan kalau Tala punya Dean sebagai intel?

Telepon terputus dengan Steven yang berjanji akan langsung menjemput Tala dari rumah Sergio, tepat pada pukul tujuh. Sebelum mengunci ponsel, Tala tersenyum saat melihat pesan yang baru masuk; dari Steven juga.

Steven

can't wait to see your beautiful smile again, princess

Tala tahu itu hanya gombalan basi, tetapi ia tetap tersenyum salah tingkah. Ugh.

MY BEST FRIEND'S BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang