3 | dua sisi

49 6 6
                                    

The best gelato ever. Period.

Tala nggak habis pikir, cowok yang namanya Steven dan ngakunya nggak terlalu suka makanan manis kok bisa tahu ada kedai gelato seenak ini? Oke, tepatnya gimana Steven bisa tahu? Kalau Steven bukan pencinta makanan manis, gimana dia bisa tahu?

Ah, memang Tala sedang hiperbola karena sejak tadi pun ia terus-menerus bertanya demikian. Jawaban Steven masih sama; hanya beri Tala senyuman penuh arti. Kurang ajar memang, tetapi Tala nggak bisa pura-pura ngambek terlalu lama karena gelatonya enak. Tala memilih gunakan tenaganya untuk memuji dengan setulus hati gelato ini daripada ngambekin Steven.

"Kamu harus kasih tahu aku lebih banyak makanan kesukaan kamu, biar nanti aku kasih tahu juga tempat yang enak buat makan di mana," ujar Steven.

Tala mengalihkan perhatian dari gelatonya. "Lebih gampang kalo kamu share lokasinya ke aku gak sih daripada kita pergi bareng?"

"Dan ngelewatin kesempatan emas buat jalan-jalan berdua sama kamu? Nggak mungkin."

Tala tertawa pelan. He's so cute.

"Ah iya mumpung aku inget, selama ini aku mau nanya tapi nggak enak terus."

Tala bertanya balik, "loh kenapa?"

"Nanti kamu bakal ngira aku posesif atau terlalu kepo dan bikin kamu nggak mau deket-deket aku lagi."

"Ih kenapa mikirnya gitu? Tanya aja gapapa kok." Tala jadi merasa bersalah. Apakah penyebab Steven sampai nggak enak hati begitu karena Tala juga yang sering meragukan Steven ya? Ah, sial...

"Hmmm, oke. Tapi janji nggak marah?" Steven memastikan.

"Janji." Tala menjawab dengan penuh keyakinan.

Steven berdehem lalu bertanya, "kamu itu kayaknya lebih sering ngabisin waktu di rumah Sergio ya? I always wondering why sampai aku tanya Dean sebenernya kalian pacaran apa nggak."

Oh, shit...

"Don't get me wrong, aku nggak nuduh kamu macem-macem tapi kadang aku ngerasa aja kalau ada something antara kamu sama Sergio gitu. Like a weird connection in every possible way you guys hang around together."

So yeah... this is happening now and I should answer as short as I can.

Tala merespon dengan senyuman dulu, baru ia berkata, "sebelum jelasin, aku udah kasih tahu kamu belum sih kalo aku sama Sergio tumbuh bareng?"

Wajah terkejut Steven menjawab pertanyaan Tala dengan jelas.

"You guys were childhood friends? Aku kira kalian emang kenal dari SMP aja."

"We are basically family, Steve," Tala menjawab sambil mengulaskan senyum. "Dan alasan aku sama adikku sering ngabisin waktu di rumah Sergio karena orangtua aku nitipin aku ke orangtua Sergio."

"Wait, Naya juga?"

Tala tersenyum, "iya dong, Steve. Inget kan kalo aku sama Naya sepaket?"

"Well, true. Tapi nggak tau kalo dia juga di sana. Aku sekarang jadi merasa bersalah."

"Please don't be," potong Tala sebelum Steven bicara makin banyak.

MY BEST FRIEND'S BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang