second lead; ft. yoshiho
ㅡ
mashiho menatap datar dari balik jendela perpustakaan ketika melihat seorang murid yang sedang bercakap-cakap bersama yoshi, ditambah senyum lebar yang sesekali tercipta di wajah pemuda asing itu.
mashiho tidak tahu siapa namanya. yang ia tahu, anak itu sepertinya berada satu tingkat di bawahnya.
"sedang melihat apa?"
mashiho tersentak ketika jaehyuk tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya. ia merasa seperti tertangkap basah setelah melakukan sesuatu.
"oh, itu bang yedam, anak olimpiade biologi." jaehyuk berkata lagi sambil menyesap susu pisangnya santai.
mashiho melirik tajam sembari mendengus. "siapa juga yang bertanya?"
sebuah kekehan lolos dari mulut jaehyuk. "yaa, siapa tahu kau penasaran."
"aku tidak peduli," sahut mashiho acuh, memasukkan kedua tangan ke saku celananya kemudian berjalan dengan angkuh meninggalkan areal perpustakaan.
"jadi, kau serius menyukai pak kanemoto, ya?" tanya jaehyuk setengah berbisik setelah menyejajarkan langkahnya dengan teman dekatnya itu. "padahal kau terlihat begitu membencinya dulu."
mashiho termenung. perkataan jaehyuk ada benarnya juga. ia sendiri juga tidak tahu mengapa dirinya yang notabene sangat membenci guru biologinya itu, kini menjadi berubah 180 derajat seperti orang bodoh bila berhadapan dengannya.
sepertinya ungkapan klise yang mengatakan bahwa cinta dan benci itu berbeda tipis memang benar adanya, huh?
"kenapa? kau juga akan meremehkanku seperti haruto?" mashiho mengambil koin dari saku seragamnya, memasukkan ke lubang mesin penjual minuman, kemudian menendang benda tidak bersalah itu ketika minuman yang ia pencet tak kunjung keluar.
jaehyuk menatap mashiho tidak percaya. "hei! kau pikir aku sama dengan fakboi itu?!" tanyanya dengan nada mendramatisir.
mashiho hanya mencibir dan memilih untuk mengambil sekaleng sodaㅡyang akhirnya berhasil keluarㅡdari mesin penjual minuman itu.
"dengar, mashi." kali ini jaehyuk berkata dengan nada serius sambil memegang kedua bahu temannya itu.
"apa?" sahut mashiho dengan nada malas, menyesap minumannya tanpa minat.
"yang namanya perasaan itu, takkan bisa kita kendalikan. walaupun mungkin orang lain tidak akan membenarkan hubungan seorang guru dengan murid atau menghujatmu karena jatuh cinta pada calon kakak iparmu sendiri, tetapi kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri karena telah mencintai seseorang yang salah."
mashiho menatap jaehyuk dengan pandangan yang sulit diartikan. setelah haruto berusaha menjebaknya dengan cara kotor seperti itu, mashiho bersyukur karena masih memiliki sosok teman seperti yoon jaehyuk.
"ya, terima kasih atas petuahnya, bapak yoon jaehyuk," kekehnya, memberikan penekanan pada panggilan yang ia berikan pada temannya itu.
jaehyuk mendengus kesal, tetapi sesaat kemudian tersenyum lebar. "kalau kau merasa bersyukur, traktir aku makan siang hari ini!"
"ck, dasar!"
ㅡ
"kau pulang bersama pak kanemoto?" tanya jaehyuk setelah pelajaran terakhir untuk hari ini sudah selesai.
mashiho hanya berdehem sambil menyampirkan tasnya lalu berjalan keluar kelas.
"yah, padahal aku ingin mengajakmu ke mall setelah ini."
"dan membiarkanku menjadi nyamuk di antara kalian? tidak, terima kasih," cibir mashiho, sudah bisa menebak bahwa jaehyuk akan pergi bersama gebetannya, asahi.
drtt drtt
orang aneh
| mashi
| kalau kau pulang sendiri hari ini tidak apa-apa kan?
| aku ada urusan sebentar"ck, memangnya aku anak kecil." mashiho mendengus pelan membaca pesan dari yoshi. selama ini mereka pulang bersama pun bukan keinginan mashiho, kok.
"jae, aku ikut ke mall."
"kenapa? dia tidak bisa mengantarmu pulang?" tebak jaehyuk tepat sasaran.
"hm."
"kenapa?" tanya jaehyuk lagi.
mashiho memutar bola matanya malas menghadapi sifat rasa ingin tahu yang terlalu tinggi dari temannya itu. "ada urusan katanya."
"wah, jangan-jangan membahas pelajaran lagi bersama anak olimpiade itu?" celetuk jaehyuk dengan senyum jahilnya.
mashiho tidak memberi respon. ia hanya berjalan santai menyusuri koridor dengan kedua tangan yang ia masukkan di saku celana, berpura-pura terlihat tak peduli walaupun sebenarnya perkataan jaehyuk barusan cukup membuat mood-nya tiba-tiba memburuk.
membayangkan sang guru akan mengobrol akrabㅡberdua sajaㅡbersama siswa bernama bang yedam itu membuat rasa tidak rela hinggap di lubuk hati mashiho.
padahal, ia pun sadar kalau dirinya bukan siapa-siapa.
ㅡ
yoshi turun dari mobilnya kemudian berjalan menyusuri areal yang sepi dan asri itu dengan sebuket bunga di tangan kiri dan kantung plastik di tangan kanannya.
"kak, aku datang."
kaki jenjang pemuda kanemoto itu berdiri di hadapan sebuah nisan. ditaruhnya buket bunga dengan warna berbeda itu sebelum tangannya beralih mengambil botol soju di dalam kantung plastik, menuangkannya dalam gelas kecil dan meletakkan gelas itu di depan nisan sang kakak.
"apa yang harus kulakukan sekarang, kak?" tanyanya lirih, menatap foto perempuan cantik yang terpajang pada batu marmer itu.
tepat lima tahun berlalu sejak kejadian di hari itu, tetapi semuanya terasa masih baru di ingatan yoshi.
bagaimana terpukulnya ia setelah kepergian sang ayah, bagaimana dirinya jatuh ke titik terendah dan beberapa kali mencoba untuk mengakhiri hidup, dan bagaimana sang kakak harus meregang nyawa demi menyelamatkan dirinya, semuanya takkan pernah bisa hilang dari memori yoshi.
yoshi menjambak surai hitamnya frustasi ketika ingatan itu kembali menyeruak dan terputar layaknya kaset rusak.
"apa yang harus kulakukan terhadap dua kakak beradik itu?" lanjutnya, kali ini pikirannya beralih pada sosok karinaㅡyang berstatus sebagai calon istrinyaㅡdan pemuda yang akhir-akhir ini mengisi relung hatinya.
"apakah seharusnya dari awal aku tidak menyetujui permintaan karina?"
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
second lead; yoshiho [✓]
Fanfictionmashiho tahu, ia tidak seharusnya memiliki perasaan seperti ini. ㅡ bxb, lowercase, baku ㅡ dom!yoshi sub!mashi ⚠ li'l bit mature content