18. skenario yang sebenarnya

1K 161 30
                                    

second lead; ft. yoshiho

mashiho berjalan gontai, menembus derasnya hujan dengan berbagai hal yang membayangi pikirannya. kendati ia bersikap baik-baik saja di depan seunghun, tetapi nyatanya ia merasa sangat terpukul saat mendengar kisah masa lalu karina.

rasa bersalah, rasa takut kehilangan, rasa sakit akibat perasaannya yang sudah terlalu dalam pada yoshi, maupun rasa ingin menyalahkan semesta yang mengatur semua skenario ini, semuanya bercampur menjadi satu.

hingga kalimat itu, lolos begitu saja dari mulutnya.

"kita ... hentikan saja, kak," ucap mashiho lirih. suaranya nyaris tenggelam di balik suara hujan.

"a-apa? apa maksudmu?" yoshi berharap pendengarannya keliru atau otaknya salah menangkap maksud dari ucapan mashiho barusan.

"mari ... kita kembali seperti semula." mashiho menarik napasnya dalamㅡyang entah mengapa terasa begitu sesakㅡsebelum akhirnya melanjutkan,

"kau adalah kekasih kakakku dan aku adalah adik iparmu. seperti itulah peran kita yang sesungguhnya."

tak ada yang membuka suara setelah mashiho mengucapkan kalimat itu. keduanya hanya diam menatap satu sama lain, membiarkan hujan menjadi saksi bisu atas pahit manisnya kisah yang telah mereka lalui selama ini.

genggaman tangan yoshi pada gagang payung semakin mengerat. ia tak menyalahkan mashiho atas keputusan itu.

walaupun yoshi ingin sekali menentukan sendiri ending dari kisah mereka, tetapi ia pun tak bisa memungkiri bahwa mungkin inilah jalan terbaik yang harus mereka pilih.

bukan bersikap sok jadi pahlawan, bukan juga demi citra diri, tetapi terkadang, berkorban lebih baik daripada mengorbankan.

"apakah kau serius dengan ucapanmu?" tanya yoshi, memastikan sekali lagi.

mashiho hanya mengangguk pelan karena tenggorokannya terasa tercekat, sibuk menahan air mata yang siap meluap kapan saja.

hal yang sama juga berlaku untuk yoshi.

"baiklah, aku mengerti."


























ceklek!

"mashi, kau sudah pulang?"

langkah demi langkah yang mashiho ambil untuk masuk ke dalam rumahnya dan berhadapan dengan sang kakak terasa begitu berat.

"loh, kenapa kau basah kuyup begini?"

mashiho masih bergeming di tempat ketika karina bergegas mengambil handuk besar yang digunakan untuk membalut tubuhnya, kemudian jemari lentik itu membantu mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

"kau habis hujan-hujanan?"

"sudah makan belum?" tanya karina bertubi-tubi.

melihat sikap sang kakak yang masih baik padanya membuat tangis yang sedari tadi mashiho tahan akhirnya tumpah juga.

ia berpikir tidak akan bisa lagi melihat sikap karina yang sama seperti sebelumnya, tetapi nyatanya sikap lembut sang kakak yang seperti ini pun membuat rasa bersalahnya semakin menjadi-jadi.

"hei, kenapa menangis?" pergerakan tangan karina di kepala sang adik terhenti.

"kak, tolong jangan seperti ini. lebih baikㅡ lebih baik kakak marah padaku!"

second lead; yoshiho [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang