Part 15

1.7K 182 65
                                    

Lamunan Chaeyoung saat menatap langit malam terganggu dengan bunyi pintu kamar yang terbuka. Sebelum melihat ke arah pintu dia melirik ke jam dinding di tembok.. waktu menunjukkan pukul 2 dini hari lalu matanya beralih ke orang yang baru saja masuk ke kamar rawatnya.

Seojoon masuk dengan tampang lelah, dia masih mengenakan jas kerjanya. Sang Daddy langsung menghampiri putri bungsunya. Mengecup keningnya.

“Udah subuh gini kok anak kesayangan Daddy belum tidur?”

“Dari siang aku tidur terus Dad..” ucap Chaeyoung seraya memeluk Seojoon.

“Gimana keadaan kamu sekarang masih ada yang dirasa sakit?”

Semua orang bertanya seperti itu.. dan Chaeyoung bingung harus menjawab apa karena saat ini yang paling terasa sakit adalah hatinya.

Namun dia hanya menggeleng menjawab pertanyaan ayahnya.
“Kaki aku kalo ga digerakin sih ga sakit Dad.”

“Kuat anak Daddy.. kamu jangan kuatir.. jangan banyak pikiran biar cepet pulih keadaannya.. Jisoo juga besok diusahain udah bebas kok.”

Bebas? Batin Chaeyoung.. dia segera melepaskan pelukannya.

“Jisoo emang dimana Dad?”

Seojoon melihat Chaeyoung kebingungan.. “Mommy ga bilang?”

“Bilang apa?” tanya Chaeyoung dengan nada sedikit memaksa, dititik ini Seojoon merasa salah langkah.

Namun percuma jika bohong saat Chaeyoung sudah curiga seperti ini.

“Jisoo sama Lisa ditahan sementara di kantor polisi karena mereka berdua terlibat perkelahian sama bajingan yang udah ngelukain kamu.”

Ekspresi Chaeyoung agak panik mendengar penjelasan dari Seojoon.

“Terus sekarang Jisoo gimana?”

“Jisoo baik baik aja tapi masih harus tinggal di kantor polisi untuk penyidikan. Daddy udah urus semua berkasnya, tinggal nanti minta keterangan dari kamu tapi kalau kamu udah sembuh bener dan kalau kamu bersedia.”

“Aku mau temuin Jisoo Dad.”

“Ga bisa sekarang sayang.. kamu masih harus istirahat.”

“Aku udah ga apa apa.. lagian aku bisa pake kursi roda.. please Dad aku butuh Jisoo..”

“Besok pagi ya.. Ga sekarang.. tapi itu juga kalau dokter ijinin kamu pergi.. kamu harus sehat dulu.. makanya sekarang tidur biar besok pagi kondisinya lebih baik.. ok?”

Chaeyoung udah ga ada pilihan. Kalau bisa kabur sih mungkin dia udah kabur tapi ini jalan aja susah. “Iya udah aku tidur.. besok pagi ya dad..”

“Iya sayang.. istirahat dulu.”

***

Keesokan paginya Chaeyoung menjalani pemeriksaan dan hasilnya baik dan normal.

Walaupun Alice dan Minyoung melarang Chaeyoung untuk keluar dari Rumah sakit, anak bungsu keluarga Park itu tetap bersikeras.

“Iya udah boleh pulang tapi langsung pulang ke rumah ya biar nanti Jisoo ketemu kamu dirumah aja.” Bujuk Minyoung.

“Engga Mom.. aku mau ke tempat Jisoo sekarang. Dadd.. please.”

“Iya ok.. Daddy anter kamu kesana tapi kita ga lama ya.” Ucapan Seojoon membuat Chaeyoung mengangguk.

Tidak ada yang bisa dilakukan Seojoon selain menuruti apa kata putrinya.. dia udah banyak menanggung beban.. dia tidak ingin putrinya semakin larut dalam kesedihannya.

***

Diperjalanan Chaeyoung tidak banyak bicara dia lebih sering melihat keluar jendela.

“Sayang.. kita udah sampe.” Ucap Minyoung..

Perkataan ibunya menyadarkan Chaeyoung dari lamunannya. Seojoon membukakan pintu lalu menggendong putrinya untuk mendudukkannya di kursi roda lalu Alice mendorongnya.

Setelah masuk ke kantor polisi, Seojoon menuntun mereka ke ruang penyidikan Jisoo dan Lisa. Di ruangan itu masih ada Yeaji dan Soohyun yang mendampinya putrinya dari kemarin.

Jisoo duduk di kursi tapi pandangannya kosong tertuju ke lantai, dia masih memakai baju yang sama.. yang berbeda hanya tangannya sudah bersih.. tinggal bajunya saja yang masih bernoda merah kecoklatan.

Orang pertama yang menyadari kehadiran keluarga Park adalah Lisa.

Lisa bangkit dari duduknya saat melihat Chaeyoung, dia menepuk bahu Jisoo lalu menunjuk ke pintu masuk dengan dagunya membuat Jisoo menoleh ke arah sana.

Mata Jisoo yang menawan kini terlihat agak bengkak karena terlalu banyak menangis membuat dada Chaeyoung terasa sesak tapi dia menahannya.

Jisoo melihat kekuatiran di wajah Chaeyoung. Namun sebelum dia menghampiri Chaeyoung dia mengingat noda darah di bajunya..

segera dia melihat sekeliling dan memakai jaket yang dibawakan oleh Ibunya untuk menutupi noda itu.
Chaeyoung mengerti maksud dari tindakan itu. Jisoo tidak mau dia bersedih. Sungguh ironi.. karena wajah Jisoo sendiri jauh dari kata baik baik saja.

Jisoo menghampiri Chaeyoung. “Kamu kok kesini? Kamu udah ga apa apa?” ucapnya pelan sambil mengusap kepalanya.

“Aku udah lebih baik.. aku butuh kamu Soo.” Ucap Chaeyoung sambil memeluk tubuh Jisoo.

Hati Jisoo terenyuh mendengar perkataan Chaeyoung.

"Maaf aku udah ninggalin kamu." ucap Jisoo.

Disaat itu pengacara keluarga Park dan Kim masuk bersama penyidik.
“Saudari Lalisa Manoban dan Kim Jisoo dibebaskan bersyarat. Mereka harus tetap lapor dan hadir jika kasus ini membutuhkan penyidikan lebih lanjut.” Ucap penyidik.

“Apakah tuntutan saya sudah diajukan?” ucap Seojoon.

Pengacara keluarga Park dan Kim mengangguk. “Bagus pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang berat betulkan sayang?” ucap Soohyun pada Yeaji.

“Jangan tanya aku.. jika kau tanya, kau tau jawabannya.. aku akan membuat pria itu hilang dari muka bumi.” Ucap Yeaji dengan tatapan dingin namun tatapan itu berubah seketika saat dia menoleh kepada Chaeyoung dia tersenyum hangat.

“Kalau gitu kita bisa pulang ya.. Jisoo sama Chaeyoung tinggal di rumah dulu ya sama Daddy sama Mommy.” Ujar Minyoung.

Namun Chaeyoung menolak. “Aku mau pulang ke apart berdua sama Jisoo aja.”

“Tapi dirumah kebih banyak yang bantu perhatiin kamu sayang.” Ucap Soohyun.

“Aku cuma butuh Jisoo Pa.. aku baik baik aja kok.. iya kan Soo?”
Tanpa pikir panjang Jisoo mengangguk.

“Iya sayang.. Pa.. Ma.. Dad.. Mom.. aku sama Chaeyoung pulang ke apart kami ya.. janji kami bakal baik baik aja.. kalo aku kerepotan juga aku pasti ngomong.. aku udah ambil cuti kuliah juga jadi kalian ga usah kuatir.”

Kalau mereka berdua udah sepakat gini susah buat merubah keputusannya, jadi semua menyetujuinya.

***

Sesampainya di apart Jisoo menggendong dan mendorong kursi roda Chaeyoung. Dia mengangkat dan merebahkan tubuh Chaeyoung di ranjang.

“Kamu butuh apa lagi?”

“Aku cuma butuh kamu… ga butuh yang lain lain.”

Jisoo mengecup sekilas bibir Chaeyoung.

“Tunggu ya.. aku mandi dulu sebentar.. aku belum mandi dari kemarin soalnya.”

Chaeyoung mengangguk dan menunggu Jisoo selesai mandi. Setelah selesai mandi, Jisoo menghangatkan makanan agar Chaeyoung bisa cepat makan.

Saat Jisoo lembali ke kamar Chaeyoung membawa makanan, Jisoo melihat Chaeyoung sedang memandangi sebuah foto, lebih tepatnya foto USG bayi pertama mereka.

“Sayang.. makan dulu ya.”

“Aku ga laper.. kamu aja makan ya.”

“Kalo kamu ga makan aku juga ga makan.” Ucap Jisoo. “Makan ya.. aku suapin.. nih Aahhh.”

Mereka makan sepiring berdua.. biasanya dengan porai seperti itu tidak akan cukup untuk Chaeyoung tapi saat ini keduanya memang sedang tidak ada nafsu makan.

Mereka hanya melakukan kewajibannya untuk menjadi lebih baik karena itu janji mereka kepada kedua orang tua mereka.

Setelah selesai makan, mereka berdua merbahkan diri di ranjang, lengan saling bertaut memeluk satu sama lain.

“Kamu ga akan pergi ninggalin aku kan Soo?”

“Kenapa mikir gitu? Aku ga akan ninggalin kamu apapun yang terjadi.”

“Aku takut kamu marah karena aku udah ceroboh bikin kita kehilangan babyi kita.”

“Shhhhhh.. jangan mikir begitu.. itu bukan salah kamu.. itu kecelakaan.”

“Itu salah aku Soo.. kalau aja aku ga kabur kesitu.. aku.. aku..” belum selesai berbicara dia sudah berurai air mata, sesak didadanya sejak kemarin itu akhirnya keluar saat ini.

“Kalau mau main salah salahan.. aku juga salah besar karena aku ga jagain kamu.. kalau aku jagain kamu.. kamu ga akan ketemu bajingan itu.”

“Tapi..”

“Shhh.. udah.. aku ga mau kamu nyalahin diri kamu sendiri ok.. kamu berharga buat aku.. dan soal baby.. we can try again when you are ready.”

Unordinary One Night Stand - ON HOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang