Nindy sekarang berada di kamar nya, lagi asik scroll resep masakan baru, siapa tau ada yang cocok untuk ia kasih ke Rendy besok.
"Apa gue buat churos aja ya? Bahan nya gampang banget, nanti tinggal beli coklat di minimarket."
"Yaudah deh buat churos ajaa, ke minimarket dulu ah" gumamnya sambil, mengambil sweater nya yang ada di gantungan baju, lalu mengambil dompet dan keluar.
Di luar kamar ada Winny dan Jijel yang kayanya sih lagi gibah cantik, keliatan soalnta dari ekspresi Jijel Winny yang berapi api. Ga lupa di temani makaroni pedes dan es teh.
Jijel yang menyadari keberadaan Nindy pun menoleh "mau kemana?"
Entahlah kenapa tiap ada yang berhubungan dengan Rendy, dan Jijel yang menginterogasinya membuatnya panik. Ia berusaha setenang mungkin untuk menjawab pertanyaan sederhana Jijel.
"Mau ke minimarket teh, pengen coklat. Teteh mau nitip ga?"
"Boleh deh, yogurt ori 3." kata Jijel.
"Kalo teh Winny?" Nindy kini beralih ke arah Winny.
"Amer" Jijel langsung nempeleng kepala Winny.
"Ngadi ngadi gue aduin Baron lo"
"Hettt udaaa, yauda jadinya pesen apaa" kata Nindy menengahi.
"Gausah deh, gue ga pengen apa apa"
Nindy memberi tanda 'oke' pada tangannya.
"Yaudah gue pergi dulu. Dadah"
"ATI ATI BOCIL, KALO DI CULIK BILANG AJA 'BAPAK GUE POLWAN LULUSAN PENCAK SILAT SABUK HITAM, GAUSAH MACEM MACEM LO!" teriak Jijel sebelum Nindy keluar kostan.
Tentu Nindy ga nangepin omongan kakak nya itu, soalnya lagi mode waras.
Tak sampai 10 menit, Nindy sampai di minimarket dekat kompleks kostan nya, Nindy masuk kedalam dan mencari coklat batangan dan pesanan Jijel.
Pas Nindy mau pulang, dia ga sengaja lihat Rendy lagi ngerokok di depan minimarket.
"Kak Ren" Rendy kanjut (kaget dan terkejut) liat Nindy.
"Lho Nindy" kata Rendy sambil menginjak rokoknya yang tersisa cukup banyak. Rendy gamau Nindy ngehirup asap rokok yang banyak mengandung zat kimia berbahaya.
"Kakak ngapain di sini?"
"Numpang ngerokok, mulut asem dari tadi."
Nindy mengangguk angguk sebagai respon. "Kakak suka churos ga?" tanya Nindy tiba-tiba.
Rendy bingung sama pertanyaan Nindy tiba tiba tapi ia tetap jawab "suka"
"Aku mau buat churos, besok kakak aku kasih churos buatan aku ya." ucap Nindy dengan senyum lebar nya
Rendy kadang ngerasa bersalah karena biarin Nindy suka secara sepihak, bohong banget kalo selama ini Rendy ga mikirin perasaan Nindy. Meskipun kelihatannya cuek gitu, tapi Rendy ini manusia yang punya hati. Meskipun kadang beku hatinya.
Jujur aja nih, Rendy belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta lagi setelah putus dengan mantan nya sejak lulusan SMA. Rendy juga beberapa kali di dekatin sama anak jurusan nya maupun anak jurusan lain, tapi ya gitu gabertahan lama. Paling cuma 1 bulan, itu karena Rendy yang emang pura pura ga peka sama kode mereka dan sangat cuek seperti kulkas 100 pintu.
Tqpj Nindy, sudah jalan 1 tahun sejak Nindy masih di semester 1. Ah rasanya Rendy pengen banget berlutut buat minta maaf ke Nindy.
"Hahaha sebenernya ga perlu repot-repot Nin, gue jadi ga enak" Rendy menggaruk tengkuknya canggung.
"Hehe gapapa kok kak. Em yaudah aku pulang dulu ya kak. Sampai ketemu besok" panit Nindy sembari melambaikan tangan ke arah Rendy dengan senyum lebarnya.
"Nin" panggil Rendy sebelum Nindy menghilang di belokan.
Nindy menoleh lalu berbalik dan berjalan ke arah Rendy "kenapa kak?"
"Gue anterin ya?"
Entahlah kenapa tiba tiba kata itu keluar dari mulutnya, mengalahkan rasa gengsi Rendy yang besar itu. Masa bodoh dengan ucapan nya barusan, Rendy hanya ingin menebus rasa bersalahnya kepada Nindy.
"Eh kak? Beneran?" mata Nindy berbinar binar, ini pertama kalinya sejak setahun lalu ia menstuck hatinya untuk Rendy, Rendy mengantarnya. Apa ini artinya Rendy sudah mulai menerima Nindy?
"Iya, ayo naik." ajak Rendy sambil menstater motor nya.
Rendy tahu kostan Nindy, karena ia sering sekali mengantar Jayden untuk ngapelin Winny meski berujung di usir oleh Kamelle.
Nindy tersenyum lebar, lalu tanpa banyak bicara langsung naik ke jok belakang motor. "Udah kak,"
"Yaudah pegangan ya." Nindy berpegang kepada jok motor nya, Rendy yang melihat itu terkekeh. Nindy selucu itu anaknya, kemana aja dia selama ini?
"Pegang ujung jaket gue aja Nin, nanti kalau jatuh gue bisa di bunuh sama kakak lo."
"Eh? Iya." Nindy menurut, ia berpegangan pada ujung jaket Rendy.
Selama perjalanan, Nindy tak berhenti tersenyum. Rasanya kayak mimpi naik ke atas motor Rendy. Tapi tiba tiba Nindy keinget sesuatu.
"Eh kak nanti turunin di deket pos kamling yang di belokan itu aja, kalau kakak nganter aku di depan kostan takut nya ada kak Jijel"
Rendy ngerti dan nurunin Nindy di dekat pos kamling.
"Makasih ya kak tumpangannya."
Rendy tersenyum kemudian mengangguk.
"Hati hati kak jalan nya, jangan ngebut ya. Dadah" Nindy melambaikan tangan nya lucu ke arah Rendy yang membuat Rendy menahan senyum nya. Ia harus stay cool apapun yang terjadi.
OMO OMO APKH INI TANDA CINTA REN???
Sepanjang perjalanan ke kost, Nindy bener bener ga ngelunturin senyum nya sama sekali. Dia bener bener seneng banget hari ini.
"AKU PULANGGG" teriak Nindy bersemangat
"Weh bocil, gimana pesenan gue" ternyata Jijel dan Winny masih ada di luar, masih dengan camilan dan kopi susu.
"Ini es krim sama yogurt nya" kata Nindy sambil tersenyum lebar
Winny melihat ke arah Jijel karena menurut nya Nindy sangat aneh. Ia tidak berhenti tersenyum dari masuk kostan.
"Nin, lo ga kesambet setan Kunti yang di deket pos satpam komplek itu kan?" Tanya Winny sambil memegang jidat Nindy memastikan apakah Nindy sedang demam atau tidak.
Nindy ga jawab, ia cuma senyum natap Winny dan Jijel yang kini menatap balik dengan tatapan aneh, ngeri, dan takut.
"Serem Nin lu senyum kaya gitu" Jijel menjauhkan diri dari Nindy.
Nindy cuma senyum sinting dan ninggalin Winny Jijel menuju kamar nya, di kamar Nindy langsung berubah jadi sailon moon saking senengnya. "ARGHHHH BISA GILA GUE!"
"Dia kenapa si kak?" tanya Winny ke Jijel yang berada di samping nya.
"Sarap, kayanya beneran ketempelan setan Deket pos."
• Kostan Poetri •
chap tergemash yang pernah watashi buat amaoajiaajaj
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSTAN POETRI
Random[ 📌 update sesuai mood author ] tentang kehidupan 4 gadis yang meraih mimpinya di ibukota