Chapter 03

8 4 0
                                        


-

"Yak! Kamu serius? Yang benar aja! Aku serius gak percaya hantu itu ada."

Renjun, Jaemin, Junkyu dan Jihoon kini sedang duduk melingkar disalah satu meja kantin. Nampak disana mereka tengah mengobrol dengan Jihoon yang sedang dalam mode julid-nya.

"Kamu yang gak percaya, atau kamu yang emang penakut, Hoon?"

Jaemin dan Junkyu tertawa kencang mendengar ucapan Renjun, sementara Jihoon sebagai objek merasa tertohok karenanya. Ayolah, tidak ada yang bisa menandingi ucapan sarkas milik Renjun. Jika Jihoon dikenal dengan mulut julidnya, maka Renjun sebagai pelengkap dengan mulut kejamnya.

"Hahaha...Oh ya ampun, aku ketawa sampai nangis." Jaemin menyeka matanya yang berair. "Ah, iya. Dimana Doyoung? Lama sekali."

"Tidak tahu, mungkin sebentar lagi ia kesini."

"Kamu sudah beritahu dia?"

Junkyu mengangguk, "Ya, dia tahu kita ada dikantin."

Mereka pun kembali melanjutkan acara mereka sembari mengobrol diselingi dengan tawa.

Tak berselang lama, sosok yang ditunggu keempat pemuda itu akhirnya datang. Ya, dia Doyoung. Jaemin yang pertama melihatnya.

"Oh, itu dia!"

Jaemin menunjuk ke arah Doyoung diikuti pandangan 3 pemuda lainnya ke arah pintu kantin. Disana Doyoung terlihat tengah berlari ke arah meja tempat mereka duduk.

Doyoung sampai dimeja itu sembari menggebrak tangan dengan nafas yang masih ngos-ngosan.

Keempat pemuda itu terheran melihat Doyoung yang sudah sedikit berkeringat, "Kamu kenapa, Young? Seperti habis dikejar setan aja." ucap Jihoon.

Doyoung tak menjawab, ia masih mengatur nafasnya. "Kita harus pergi dari sini!"

"Kenapa?" tanya Junkyu.

"Gak ada waktu lagi, kita harus segera keluar dari sekolah ini. Cepatlah!"

"Apa kamu gila?!"

Doyoung tak menggubris teriakan Jihoon, ia segera menarik Junkyu dan Renjun, lalu Jaemin dan Jihoon. Doyoung mengintruksi keempat pemuda itu untuk mengikutinya dan berjalan cepat kearah pintu kantin.

Baru beberapa langkah tiba-tiba kericuhan mulai terjadi, para murid tiba-tiba saja berlari kalang kabut kesana kemari. Doyoung kembali panik, namun keempat pemuda lain sepertinya masih belum mengerti.

"Apa yang terjaㅡdi."

Mereka saksi; dihadapan mereka saat ini, para murid yang berlari kalang kabut tak mengalahkan sebuah atensi yang sedang terjadi. Fokus mereka bukan hanya itu tetapi, beberapa orang berseragam sama seperti mereka yang berlari agresif mengejar murid lain dan mengigitnya layaknya santapan makan siang yang lezat.

"Cepat lari ke sana!"

Mereka terkesiap mendengar teriakan Doyoung, lalu dengan segera mengikuti kemana Doyoung berlari. Mereka kemudian masuk kedalam dapur lalu mencoba menyelinap keluar melewati sebuah jendela yang terhubung dengan samping sekolah.

Syukurlah jendela itu ada dilantai satu, jadi mereka tak perlu repot untuk turun atau melompat tinggi kebawah. Samping sekolah memang masih sepi dan itu bagus, namun tetap mereka berjalan dengan cepat dan waspada.

Doyoung memimpin berjalan didepan diikuti yang lain dengan Junkyu dan Jihoon dibarisan paling belakang. Mereka kemudian mengendap-ngendap, namun tiba-tiba saja mereka mendengar suara jatuh dibelakang mereka.

Otomatis kelima pemuda itu berbalik kebelakang dan menemukan salah satu murid laki-laki yang terkapar disana, murid laki-laki itu terlihat kejang-kejang lalu tak lama ia kembali diam. Kelima pemuda yang melihatnya itu was was mengamati apa yang terjadi setelahnya.

Murid laki-laki itu bangkit lalu menatap mereka, dan dengan cepat si murid yang sudah berubah menjadi mengerikan itu berlari kearah mereka dengan agresif seperti hewan kelaparan yang akan memangsa korbannya. Dia dengan cepat menerjang Junkyu sampai terjatuh ke tanah dengan Junkyu dibawahnya.

"Arghhh!!!"

-

Pranggg

"Astaga!"

Irene terkesiap ketika ia tak sengaja menyenggol cangkir yang akan ia isikan teh untuk suaminya.

"Kenapa aku ceroboh sekali," ia menepuk pelan dahinya, kemudian turun berjongkok untuk membersihkan pecahan cangkir itu.

Irene kemudian berdiri dan membuang pecahan cangkir itu pada tempat sampah. Ia kemudian menatap ke arah jendela dapur lalu melihat ke arah langit malam yang mulai turun hujan lalu menutupnya dengan tirai jendela.

Ia mengusap dadanya pelan, "Mengapa perasaanku tidak enak sekali?"

Irene mencoba menghela nafas dan mengahalau fikiran buruknya. Ia tiba-tiba jadi kefikiran dengan anak-anaknya; saat ini Irene bersama Suho sedang berada di New York untuk perjalanan bisnisnya.

"Junkyu dan Doyoung pasti sedang sekolah." Irene mengusap-usap kedua lengannya, "Aku akan meminta Suho untuk menelpon mereka."

Irene pun tanpa berfikir panjang segera pergi keruang kerja suaminya untuk meminta dia menelpon anak-anaknya, meskipun ia tau disana saat ini mereka sedang bersekolah dan ia tadi memang sudah menelpon putra bungsunya. Tapi, hati Ibu mana yang akan tenang jika yang dikhawatirkannya saat ini mengarah pada anaknya?


-

Junkyu mencoba dengan sekuat tenaga menghalangi murid lelaki yang telah berubah itu, ia mual melihat rupa yang sudah tak berbentuk, bau darah yang sangat menyengat. Junkyu tak suka dan bersumpah ia sangat membenci darah.

Doyoung yang melihat saudaranya diserang oleh zombie lantas mencari cara, lalu netranya menangkap sebuah kayu dan dengan segera ia membawa kayu itu kemudian dengan membabi-buta memukul zombie itu tanpa ampun hingga zombie itu terlepas mencengkram Junkyu.

Dengan cepat Jaemin, Jihoon dan Renjun segera membantu Junkyu berdiri, sementara Doyoung masih belum selesai dengan bertarung dengan zombie itu.

"Kamu tak apa, Kyu?" tanya Jaemin.

Junkyu mengangguk, "Iya, aku baik-baik aja. Hanya saja aku mual melihat nya."

Mereka berempat kemudian beralih menatap Doyoung yang masih bertarung, lantas mencoba mencari cara untuk membantu Doyoung untuk melawan zombie itu, Jihoon mengambil satu lagi kayu panjang lalu dengan tak sabar menusuk wajah zombie itu sampai terkapar.

Semua yang melihat itu bernafas lega, namun tentu ini bukanlah akhir, namun awal dari semua yang akan mereka hadapi.

•••

TBC...

Virus of DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang