00

248 22 0
                                    

Kisah ini hanya fiktif. Semua adegan, alur, konflik dan karakterisasi tidak berhubungan dengan idol dan semua yang bersangkutan di dunia nyata.

Kisah ini hanya imajinasi dan karangan penulis. Apapun yang ada di sini TIDAK untuk dibawa ke dunia nyata.

TW:
1. Mengandung kekerasan, penculikan dan pembunuhan.
2. Mengandung kata-kata kasar.


















“Jadi, gimana?”

Lelaki bersurai hitam pekat itu mengajukan pertanyaan itu dengan pelan. Maniknya masih terpaku pada layar besar di depan sana selama beberapa detik sebelum melirik pada lelaki lain yang berdiri sejauh satu langkah ke belakang kursi yang didudukinya. Kedua tangannya menyatu di depan wajahnya dan ia diam untuk menunggu jawaban datang dari orang di belakangnya itu.

“Memang ada beberapa masalah, bos. Mereka pasti udah nemuin titik lengah kita dan sedang mencoba buat masuk lebih dalam.”

Lelaki itu diam sesaat. Ia tak lagi melirik yang berdiri di depannya. Kini sudah menatap ke depan dengan tatapan paling datar sebelum sebuah seringain berganti menghiasi wajah tampannya. Tangan kanannya lalu turun, diletakan begitu saja di atas meja dengan begitu banyak tombol di sana.

“Cari tahu dan pastiin mereka buka mulut. Gue lagi malas bunuh orang.”

“Ba—”

“MINGGIR LO, SIALAN! GUE MAU KETEMU SAMA JUYEON!”

Belum sempat orang di belakang lelaki itu memberikan jawaban, sebuah keributan terjadi di belakangnya. Lelaki itu jelas tersentak dan tidak diam begitu saja. Nyatanya ia segera berbalik untuk melihat sumber keributan di sana—lebih tepatnya memastikan, karena ia tahu betul siapa pemilik suara yang baru saja berteriak di belakang sana.

“Gue gak ada urusan sama lo ya, bajingan!”

Si sumber keributan itu kembali membuka suaranya saat orang yang sejak tadi berdiri diam di belakang si lelaki yang duduk itu mengangkat tangannya dengan sebuah pistol yang siap memuntahkan pelurunya. Tapi si yang baru datang itu terlihat tak peduli. Raut wajahnya menantang dan seakan tidak peduli dengan yang menodongkan pistol itu.

“Urusan gue sama Juyeon.”

“Bos, bisa jadi dia—”

“Mau apa?”

Yang menjadi tujuan pertanyaan tidak langsung menjawab. Matanya masih memincing, melirik pada semua yang menodongkan senjata api padanya. Karena nyatanya, tak hanya orang yang bersama lelaki itu saja yang melakukannya, semua yang tadi menahannya di pintu masuk juga melakukan hal yang sama.

“Mereka gak akan pergi.”

Lalu, mendengar apa yang lelaki yang masih duduk di kursi yang sama itu ucapkan setelahnya sukses membuat yang baru datang itu berdecak kesal. Tapi, ia tidak punya waktu dan alasan untuk memaksa agar semua yang menodongkan senjata itu keluar dan meninggalkannya dengan yang masih duduk itu.

“Kali ini, lo harus dengerin dan nurutin gue kalau gak mau mati sia-sia!”

“Gue gak akan mati segampang itu.”

“Lo bakal!” Jawab orang itu cepat. “Tapi, gue gak bakal biarin lo mati segampang itu.”

Then, sebelum lo ngelakuin itu, gue udah ngelakuin itu duluan.”

“JUYEON!”

SHUT UP, LEE MINHO! Lo bukan bagian dari tempat ini!”

“Dan tinggal bawa gue masuk ke sini!”

“Gak. Gue gak butuh lo!”








WELCOME...

s c a r •• juyeon ft. lee knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang