04 - A New Day

89 10 1
                                    

Hanya dua jam berlalu sejak Juyeon bersama Changmin, Chanhee dan Kevin membubarkan diri dari ruang kontrol. Dan setelah dua jam itu, lelaki Lee itu sudah kembali menampakan batang hidungnya di luar kamarnya. Itu sesuatu yang aneh bagi penghuni markas itu. Semuanya tahu betul jika Juyeon tidak akan keluar kamar di pagi hari—apalagi jika semalam ia punya pekerjaan di luar markas.

Tapi pagi ini, Changbin dan Eric yang menjadi pertama yang melotot kaget saat temukan eksistensi pemilik marga Lee itu di tangga menuju lantai utama. Keduanya baru dari kamar masing-masing, bertemu di ujung lorong dan berniat untuk ke ruang makan bersama. Lalu, saat menik mereka menangkap keberadaan Juyeon yang tengah menapaki tangga, keduanya kompak melotot sebelum saling menyenggol.

Lalu, pelototan yang sama juga diberikan oleh hampir semua yang sudah membuka mata mereka pagi ini. Keluarnya Juyeon dari kamarnya di pagi hari tidak pernah terjadi sebelumnya. Bahkan ketika Hyunjae memanggilnya sekalipun.

Lantas apa ini? Kenapa bos mereka itu sudah keluar sepagi ini?

Tanda tanya di balik pelototan mata itu semakin menjadi saat sang bos memasuki ruang makan—yang merangkap dapur—yang luasnya lumayan besar. Kaki jenjang lelaki itu juga melangkah tenang ke arah Minho—yang entah sejak kapan sudah ada di ruangan itu—yang sibuk dengan alat masaknya.

“Gue mau itu juga.”

Lalu, saat ia hampir sampai dengan si manis Lee itu, Juyeon berucap santai. Namun, ia tak menghentikan langkahnya. Kakinya tetap melangkah untuk melewati Minho—membuat si manis itu menoleh dan menatap tajam ke arahnya.

“Lo pikir gue pembantu lo?” Balas si manis itu tajam.

Juyeon yang sudah berjarak tiga langkah darinya menoleh, melempar tatapan acuh dengan sebelah alis yang terangkat. Yang sukses membuat Minho semakin menatapnya tajam.

“Terus, gunanya lo di sini apa?” Tanya balik si tampan Lee itu.

“Bangsat.” Dan sukses membuat Minho mengumpatinya begitu saja.

Tapi, jelas Juyeon tak akan peduli. Karena sesaat setelah Minho mengumpatinya, lelaki itu kembali berbalik—melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

Juyeon pergi ke arah wastafel dan mencuci tangan. Tidak ada hal berarti yang terjadi—hanya omelan pelan Minho yang masih dapat ditangkap telinganya. Dan entah apa yang salah, kedua ujung bibirnya tertarik begitu saja—dalam diam, ia tersenyum untuk alasan yang masih menjadi rahasia.

Setelah selesai dengan urusan cuci tanganya, lelaki Lee itu berjalan ke arah meja makan. Tepat saat ia menarik salah satu kursi untuk duduk dan Minho yang berbalik dari depan kompor, dua orang lain masuk dari pintu dapur.

Itu Hyunjae dan Chan. Juyeon sempat menatap mereka sekilas sebelum kembali lempar tatapannya pada Minho yang terlihat tak peduli. Si manis Lee itu hanya berjalan tenang ke arah meja makan dengan dua piring di kedua tangannya. Lalu saat sampai, ia segera meletakan salah satunya di hadapan Juyeon sebelum menarik kursi paling dekat dengan lelaki itu dan duduk di sana.

“Juyeon?” Suara Hyunjae terdengar setelahnya. Lelaki itu sudah ada di sisi meja makan dan melempar tatapan tak percayanya pada Juyeon. “Tumben banget jam segini lo udah keluar?” Tanya pemilik marga Lee itu kemudian.

“Pengen aja.”

Jawaban Juyeon jelas semakin mengundang kerutan di kening Hyunjae. Apa-apaan jawaban itu? Dan sejak kapan juga Juyeon melakukan sesuatu dengan alasan bodoh semacam ‘pengen aja’? Itu terlampau aneh baginya.

Tapi, Juyeon jelas tidak pedulikan kerutan di kening Hyunjae—hal langkah lainnya di tempat itu. Bahkan siapapun tahu jika pemimpin Poison itu akan peduli pada setiap napas yang Hyunjae hembuskan. Lalu, apa ini?

s c a r •• juyeon ft. lee knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang