“Menurut lo, si Hyunjae itu berlebihan gak sih?”
Changbin yang baru akan meraih sebuah cangkir dari rak menghentikan gerakannya begitu saja. Tatapannya tak lagi ia arahkah pada begitu banyak perabot rumah tangga pada rak, kini sudah ia lemparkan begitu saja ke arah Kevin yang mengajukan pertanyaan tadi. Lelaki berambut pirang itu terlihat tidak dalam suasana hati yang bagus. Tatapannya kesal walau saat ia sedang sibuk minum.
Lalu, saat mulut Changbin baru akan terbuka—berniat untuk menjawab pertanyaan yang diajukan Kevin itu, hentakan kaki seseorang dari pintu mengurungkan niatnya. Tatapan lelaki Seo itu tidak lagi ia arahkan pada Kevin. Manik sipitnya itu kini sudah mengarah ke pintu masuk dapur. Gerakan serupa juga dilakukan Kevin. Lelaki Moon itu sudah menjauhkan gelas dari jangkauan bibirnya.
Ada Minho di sana. Sedang berjalan masuk ke ruangan itu dengan wajah mengeruh luar biasa. Hentakan kaki itu juga miliknya.
Oh, tentang Minho, sama seperti penghuni lain markas itu, baik Kevin maupun Changbin sama-sama sudah tahu tentangnya—apalagi Kevin. Jika Hyunjae menghabiskan belasan tahun bersama Juyeon, maka Kevin lebih dari itu. Bisa jadi, Kevin adalah orang lain yang mengenal Minho lebih lama setelah Juyeon. Sementara Changbin hanya bergabung beberapa tahun setelah Hyunjae. Sudah pasti keduanya tahu cukup banyak mengenai lelaki manis bersurai karamel itu.
“Apa lo berdua liat-liat?”
Changbin mendengus malas. Detik berikutnya kembali memberikan perhatian pada cangkir di rak itu. Kevin sendiri tidak memberikan komentar. Seperti yang Changbin duga, suasana hatinya sedang tidak baik sehingga ia hanya memutar bola matanya sebelum menarik kursi dan duduk menghadap meja makan.
Minho sendiri tidak peduli banyak. Ia lebih memilih berjalan ke arah wastafel dan menghidupkan kran air. Mencuci tangannya untuk beberapa saat, lelaki manis itu lalu melangkah ke arah rak piring. Changbin sudah tidak di sana—lelaki Seo itu kini sudah sibuk membuat kopi di sisi dapur yang lain—membuatnya bebas membuka pintu rak dan mengambil gelas dari sana.
Tidak ada pembicaraan apapun selama lima menit setelah itu. Changbin yang sudah selesai dengan kopinya sudah pergi ke arah meja makan dan duduk di sana—berhadapan dengan Kevin yang kini sibuk sendiri dengan ponselnya. Sementara Minho—yang jelas sudah selesai minum—masih bertahan pada posisi yang sama. Ia bahkan tidak bergerak sama sekali.
“Kevin?”
Lalu, saat menit ke enam akan berakhir, lelaki manis itu menoleh dan melempar tatapannya pada Kevin.
Sayangnya, tidak ada jawaban yang langsung Minho terima. Bukan perkara suasana hati Kevin yang tidak baik—ia tahu itu. Tapi, ia tahu betul jika tidak ada orang Poison yang peduli akan kehadirannya. Semua orang di tempat itu adalah duplikat Juyeon, jadi ia sama sekali tidak berharap akan mendapat jawaban dari panggilan yang ia berikan.
“Tolong kasih tahu Juyeon buat diam aja,” dan karena ia tahu jika jawaban tidak akan ia dapatkan sampai kapanpun, Minho segera ucapkan apa maksud ia memanggil lelaki Moon yang juga ada di sekolah yang sama dengannya dulu, “jangan ngelakuin apapun dulu tentang apa yang baru aja terjadi.”
Sama seperti sebelumnya, Kevin masih tidak menjawab. Tapi kali ini, lelaki itu melemparkan tatapan penuh tanyanya pada Minho. Hal serupa juga dilakukan Changbin. Lelaki Seo itu bahkan mengurungkan niatnya untuk meminum lagi kopinya walaupun bibirnya sudah bertemu dengan bibir cangkir.
“Apa maksud lo?” Tanya Kevin setelah itu. Ada nada tak terima yang terselip di dalamnya. “Gak usah ngada-ngada ya, penyusup udah masuk ke sini. Gimana bisa kita diam aja?”
“Dan tolong lo jangan jadi bego,” jawab Minho cepat. “Ada opsi yang lain tentang siapa yang ngelakuin itu sebenernya.”
“Opsi lain apa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
s c a r •• juyeon ft. lee know
Fiksi PenggemarOn Hold Dunia hanya melihat mereka sebagai dua orang yang saling tidak peduli, tanpa tahu kalau mereka sebenarnya tengah saling melindungi. ⚠bxb jumil/jujae ft. banginho/minchan