our point of view

5.8K 125 2
                                    









"Suka banget sih berangkat mepet-mepet masuk, gua aja yang cowo udah sampe dari tadi"

Tawa si perempuan berderai indah

"elonya aja yang jadi orang kerajinan, di kampus juga ga ngapa-ngapain kan."

"dasar yaa, elonya aja yang mageran"

Si laki-laki mengusak kasar rambut panjang si perempuan, membuat wajah si perempuan bersungut dan langsung memiting kepala si lelaki di ketiaknya

"sialan ya lo!"

Suara dua orang itu mulai tidak terdengar jelas di telinga seiring jauhnya jarak mereka denganku

Ahhh, bagaimana ya rasanya?

Bagaimana rasanya jadi perempuan yang bisa dekat tanpa batasan dengan laki-laki

Bagaimana ya rasanya dirangkul atau merangkul laki-laki tanpa merasa sungkan

Bagaimana ya rasanya dijahili, dicubit pipi, dan diacak-acak rambutnya oleh laki-laki

Hufttt

Untuk mengobrol dengan laki-laki saja aku masih sering kaku, bahkan terkadang gagu

Pasti membuat mereka tidak nyaman dan akhirnya malas bahkan untuk sekedar bertegur sapa

Malangnya aku

Bagaimana mau punya pacar, teman laki-laki saja tidak punya-

---------------------------------------------------wwww-----------------------------------------------------------------




'eh itu cewe siapa sih namanya?"

"yang mana sih?"

"tuh yang duduk depan perpus, tadi kita ngelewatin dia juga"

Aku mengalihkan pandangan ke sosok perempuan yang dimaksud

"he he, ga tau, gua ga pernah ngobrol sama dia, sekelas kita emang? Kok ga pernah keliatan"

Pundakku tiba-tiba berat tertimpa lengan berotot

"ngomongin apa kalian woy?"

"cewe yang duduk di depan perpus sendirian itu, lo kenal?"

"wishh, ga kenal, siapa tuhh?"

"anak sekelas kita bukan sih?"

"iya sekelas kita."

"hmmm, kenalan aja sonoh, mau ngapain sih?"

"Lucu aja dia, polos banget tampangnya, mana kalo ngobrol sama cowo kaku gitu, gemesin deh. Pesti ga pernah pacaran."

Mataku sekarang benar-benar fokus ke arah perempuan yang kami obrolkan, ohh, polos itu maksudnya dia ga dandan gitu

"lu sotoy amat, kalo dia punya pacar gimana?"

"gak sih kayanya."

"terserah apa kata elu deh"

"kalo gua kejar dia buat dijadiin pacar, asik ya kayanya, butuh perjuangan."

Aku tidak tau akan menjawab apa, rasanya pikiranku melayang-layang

Ahh, Bagaimana ya rasanya?

Bagaimana rasanya menjadi perempuan yang dilihat istimewa oleh laki-laki

Bagaimana ya rasanya menjadi perempuan yang pantas untuk diperjuangkan

Bagaimana ya rasanya tidak lagi dianggap cuma teman

Huftt, bahkan mungkin teman-teman lelakiku menganggap aku juga laki-laki

Malangnya aku

Kalau begini kapan aku bisa punya pacar?

-end







hay

setelah berbulan-bulan ngilang akhirnya saya muncul wkwk

maaf ya sedikit, pelan-pelan semoga saya bisa lumayan waras untuk membuat cerita yang lebih baik, rasanya masih sulit meningkatkan mood untuk menulis. saya juga belum bisa melanjutkan cerita-cerita yang lain, untuk kembali ke karakter mereka lumayan berat, karena kebanyakan cerita saya bahagia tapi saya seringnya ga dalam mood itu. apalagi masih banyak pikiran dan hal negatif yang saya alami, takutnya saya malah membuat cerita horror atau thriller hehe

Oh iyaa, barangkali ada yang mau share tanggapan untuk cerita yang ini, boleh bangetttt komen disini, saya pasti bakal suka ehehe

Sampai ketemu lagi kapan-kapan <3













i am [One Shoot Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang