O6. dollhouse

992 179 16
                                    

renjun adalah pemuda yang bodoh jika sudah dihadapkan dengan perasaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

renjun adalah pemuda yang bodoh jika sudah dihadapkan dengan perasaan. terlebih jika itu menyangkut seseorang yang ia cinta. helaan napas terdengar, renjun merutuki dirinya lagi untuk kesekian kali, entah apa yang renjun pikirkan kemarin hingga bisa tanpa ragu melempar ponselnya begitu saja dari balkon.

sialnya, renjun mulai menyadari bahwa lemparanya cukup jauh. hingga ia harus berjalan turun menuju semak-semak belukar yang berada dibelakang rumah.

"ARGHHHH! SIALAN!" renjun berteriak kencang, sekaligus melepaskan semua beban emosinya. suaranya menggema, ia sampai terkejut sendiri untuk beberapa detik, kemudian memilih untuk tidak peduli. terserahlah jika doyoung bahkan mendengar teriakanya dan dengan dendam kesumat ia sedang bergerak untuk membunuhnya. renjun tidak peduli.

moodnya sedang hancur berantakan, ponsel yang berisi data-data pentingnya juga menghilang. ia sampai tidak mampu untuk berangkat bekerja sekarang karena harus mencari ponselnya terlebih dahulu.

terserah, renjun yakin taeyong tidak akan memencatnya karena renjun adalah satu-satunya dokter bedah yang menggantikanya. juga, klinik mereka pasti akan sepi. memang apa yang kalian harapkan ketika membangun sebuah klinik dipermukiman terpencil?

"akh! aduh.." sebuah tumbuhan berduri menjalar mengenai bahunya. rasa sakitnya bukan masalah, tetapi itu menghambat renjun dalam bergerak leluasa. ia harus ekstra berhati-hati agar kulit cantiknya tidak ternodai.

semak-semak ini cukup tinggi dan renjun yang kecil mencoba menerobosnya. "sialan, tahu begitu aku akan membawa pisau dapur sekalian!" ia mengingat kalimat doyoung mengenai tumbuhan menjalar yang menganggu jalan.

dengan penuh perjuangan, renjun akhirnya dapat menerobos semak-semak tersebut, ia kini berada disisi terluar dekat hutan dibalik semak-semak yang berfungsi sebagai pembatas pengganti pagar rumahnya.

sejenak renjun menoleh ke atas--ke arah balkon, rumahnya sangat indah jika dilihat dari sisi manapun. renjun bahkan berimajinasi melihat dirinya sendiri yang sedang menikmati kopi dengan bahagia dipagi hari tanpa menggunakan atasan. "aku pasti sangat memesona dari sini, hahahaha"

dokter muda itu menggeleng , memukul pipinya pelan akibat kalimat percaya diri yang ia lontarkan sendiri. "cari ponselmu, bodoh!"

ia kembali berjalan pelan sambil terus menunduk, mencari sebuah benda mungil berwarna hitam metalic dengan casing bertuliskan namanya. beruntung pagi ini hari begitu cerah hingga memudahkan renjun untuk menemukan ponselnya.

benda pipih itu berada diatas rerumputan hijau yang menjadi tempatnya mendarat. ia bersyukur ponselnya baik-baik saja, sama sekali tidak tergores apapun. hanya kotor dan sedikit basah terkena embun. "oh, thanks god!"

pemuda itu mencium ponselnya senang seperti balita. sikap kekanak-kanakan itu memang selalu keluar tanpa renjun sadari. dengan perasaan lebih baik ia berdiri, membawa tubuh juga ponselnya untuk pulang dan mulai bersiap bekerja.

manhattan autumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang