22. baby come home 2

846 130 0
                                    

genggaman kedua tangan yang bertaut, mata yang bergerak acak memikirkan sesuatu, juga sebuah suara yang samar-samar mulai terdengar--seketika langsung menarik kesadaran renjun untuk terjun ke permukaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

genggaman kedua tangan yang bertaut, mata yang bergerak acak memikirkan sesuatu, juga sebuah suara yang samar-samar mulai terdengar--seketika langsung menarik kesadaran renjun untuk terjun ke permukaan.

"huh?" ia mengerjapkan mata, mengamati ekspresi wanita paruh baya yang tampak lelah menghadapinya. renjun mengerti betul ekspresi itu, ekspresi muak dan jenuh yang seolah tak sanggup untuk melihat wajahnya lebih lama. takut jika salah-salah wanita itu justru melayangkan umpatan kasar padanya.

"renjun-ssi, aku bertanya kenapa kamu tidak meminum obat itu?" obsidian renjun turun untuk melihat sebuah obat yang ia genggam. ia trauma dengan kapsul. "kamu tahu keadaanmu akan semakin memburuk jika tidak meminum obatmu dengan benar kan? kamu bisa saja--"

--suara itu berdengung lagi, rasanya renjun seperti mendengar kicauan burung yang bernyanyi merdu menyambut pagi dari ufuk timur bumi. binar yang menyayu itu kemudian ia bawa untuk melihat pemandangan riuh kota.

hatinya mencelos, entah karena apa. manusia-manusia dibawah sana tampak menjalani hidupnya dengan normal. mereka marah akibat rekan kerja mereka yang menyebalkan, tertawa lebar hanya karena melihat atraksi konyol memalukan dipinggir jalan, tunawisma menyedihkan yang mencoba bertahan hidup dengan mengais simpati orang-orang--kenapa hanya renjun yang tidak menikmati dunianya saat ini?

disaat semuanya seharusnya sudah berjalan dengan benar.

sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya?

"renjun-ssi?!" suara gebrakan meja seolah memukul kesadaranya kembali. kini ekspresi wanita paruh baya itu memerah padam menahan amarah.

sebuah map yang berisi data mengenai pengobatanya itu dilempar asal dengan tubuh wanita yang bergerak maju--nyaris melayangkan pukulan. "dasar orang gila! aku berusaha keras untuk menyembuhkanmu tetapi kamu justru membawa mimpi buruk itu padaku!"

"berhenti berhalusianasi, bodoh! jangan libatkan aku dalam neraka yang kamu ciptakan sendiri dalam kepalamu! berhenti menguji kesabaranku! aku berusaha keras untuk menyembuhkanmu!"

"kamu membuatku bermimpi buruk semalaman, sialan! DASAR ORANG GILA!"

renjun meneteskan air matanya tanpa sengaja ketika tubuh wanita itu dibawa keluar dari ruangan. beruntung perawat-perawat itu datang dengan cepat sehingga mereka tidak perlu memberikan uang kompensasi untuk pasian mereka yang terluka akibat ulah dokter mereka sendiri.

betul, kali ini renjun adalah pasienya.

sudah tiga bulan sejak mimpi buruk itu berakhir tetapi renjun masih belum bisa menjalani hidupnya dengan baik. seolah jiwanya tertinggal disana dan meminta untuk diselamatkan--padahal renjun disini juga sekarat pada setiap tarikan napas.

renjun sering berhalusinasi--setidaknya itulah yang dikatakan oleh dokter-dokternya. ia kesulitan membedakan dunia nyata dan dunia imaji yang ia buat sendiri dalam kepala. tetapi bukan itu masalahnya. masalahnya adalah dokter-dokter itu menganggap renjun berhalusinasi dengan menceritakan seluruh peristiwa traumatik yang ia alami--padahal itu merupakan tragedi nyata yang enggan mereka terima.

manhattan autumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang