13. Percakapan Mama Muda

246 15 0
                                    

"Mengarungi lautan lepas untuk bisa bebas."

-Pangeran Azura-

***

Haruskah perpisahan ditiadakan demi kebahagiaan agar memiliki waktu panjang. Lantas memprotes ketidaknyamanan yang menjadi pemicu berakhirnya hubungan. Semua hanya keinginan manusia yang tengah menyerah akan keadaan yang merumitkannya.

Jika waktu bisa diputar kembali dunia tidak akan memiliki cerita yang melegendaris untuk dikenang pada masa depan yang telah tertulis dalam takdir. Meski air mata telah menjadi pemandian kesedihan, seseorang tak seharusnya sumarah dan mengakhiri perang hati.

Masalalu adalah hal yang harus dijadikan kesan dan pelajaran bahwa di halaman berikutnya kita tidak boleh terjerumus pada lubang yang sama.

"Kamu masih menuruti perintah Papa'kan Lian?" Laskar menatap sang putra teduh membuat Lian dengan perlahan mengangguk.

"Lian gak boleh egois hanya karena menyukai satu hal." Bibir Lian terulas walau nampak miris membuat Lengkara dan Laskar meletakkan sendok mereka serentak dan mengembuskan napas gusar.

"Lian!" Lian menoleh pada sumber suara tak lain Ozora dan Calvin yang telah berdiri di depan gerbang rumahnya dan bersiap untuk pergi ke sekolah.

"Lian udah dijemput!" Seperti yang semua orang ketahui. Sikap Lian seolah anak broken home yang berusaha menutup diri. Bahkan orang tuanya pun tak bisa melakukan hal seperti Bima dan Anya lakukan pada Azura.

Di saat sarapan, mereka hanya bermain dengan angan dan khayalan masing-masing. Bukan tanpa alasan hal tersebut terjadi, terutama sifat tertutup Lian yang pastinya ulah keegoisan orang tuanya sendiri.

Lantas sumber kebahagiaan dan senyum Lian hanya ada pada Panthera. Walau lebih sering membuatnya emosi tapi Lian merasa di dalam sana ia dihargai. Bahkan, para orang tua sahabatnya terasa lebih dekat dengannya dibandingkan orang tuanya sendiri.

Setiap pagi pun Ozora dan Calvin akan setia menjemput walau Lian harus merasakan mabuk stela. "Ayo berangkat!" Mungkin Lian sudah tidak tahu diri. Minta dijemput dan berlagak seolah Bos yang memerintah pada sopirnya.

"Teman lo benar-benar gak tahu diri!" Ozora lebih dulu memasuki mobil diikuti Calvin yang duduk di belakang bersama Lian yang kini tengah memejamkan mata dengan telinga tersumpal.

"BERANGKAT!" Ozora menancap gas dibarengi teriakan histeris Calvin dan jangan lupakan mereka akan melakukan balap liar ketika keluar gang komplek bersama Azura si pemilik motor ninja hitam dengan tas gitar yang bertengger di punggung bidangnya.

"PAK KETUA SIAP?" Ozora membuka jendela ketika motor Azura tepat di samping mobilnya.

Yang dipanggil hanya mengacungkan jempol mantap. "Siap-siap kawand!" Ozora mengambil ancang-ancang untuk menaikkan kecepatan. "Tenang Lian sarapan lo pasti gue ganti nanti-"

"Astaga seragam gue Lian!"

***

Siang ini matahari begitu terik menelusuri setiap inci bagian bumi. Mengusir awan yang selalu hinggap menghalangi. Sepi dan sunyi bukanlah masalah besar di setiap harinya. Ditinggalkan dua laki-laki yang disayangi untuk melaksanakan tugas tak mengurung kasihnya terhadap mereka berdua. Maka tak heran setiap dua jam sekali gratis neleponnya pun berkurang.

3. Pangeran AzuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang