50. Perjalanan Jauh

61 6 0
                                    

"Semua tentangmu apa sudah berakhir?"

─Azkia Nurul Ayu.

"Aku pernah membantah kehadiranmu, tetapi akhirnya aku menerima dan menginginkan semua terjadi selamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pernah membantah kehadiranmu, tetapi akhirnya aku menerima dan menginginkan semua terjadi selamanya. Namun, permintaan yang telah kuhapus tersebut malah terjadi. Kini, matahariku telah pergi dan benar-benar menjadi matahari yang sesungguhnya di langit sana."

─Azkia Nurul Ayu.

***

Tatapan Lian kosong, di belakangnya ada Laura yang setia memegang kursi rodanya sembari berlinang air mata. Hembusan angin pagi menuju siang mereka nikmati dalam keheningan.

Laura berjongkok di samping Lian lantas mengulas senyuman sembari menyeka air mata Lian yang luruh membuat sang empu menoleh sedu padanya.

"Apa Azura gak kesepian sendirian di sana?" lirih Lian yang mirisnya membuat Laura tak bisa membendung air mata dan menggeleng.

"Azura gak mungkin kesepian, Lian. Dia sudah bahagia karena telah menepati semua janjinya!" jawab Laura menahan isak tangisnya.

Lian kontan menggeleng dan terisak cukup kencang membuat Laura dengan sigap memeluknya erat. "Hari ini kita harus pergi, ya. Karena ada hal yang harus kamu selesaikan bersama Panthera dan MAGALA!" kata Laura sembari mengelus punggung Lian yang bergetar.

"Aku..."

Nahas, suara tamparan seketika memekak dan membuat Azkia membisu sembari memegangi pipinya yang terasa panas. "Gak tahu malu sekali kamu datang ke sini setelah membuat anak saya mati!" bentak Anya kontan membuat Azkia mendongak dan menggeleng pilu.

Bima langsung menarik Anya dan seketika itu pula seluruh keluarga mereka keluar rumah dan menyaksikan perdebatan Anya juga Azkia yang tiba-tiba datang berniat untuk meminta maaf.

"Maafkan Azkia Bunda!" jawab Azkia penuh penyesalan sembari menunduk.

Sembari menunjuk wajah Azkia dengan tajam, Anya menjawab, "Apa dengan kata maaf kamu yang basi itu bisa mengembalikan anak saya?!" pekik Anya pilu membuat Bima berusaha menenangkannya.

"Sayang sudah!"

"Azkia sadar Bunda. Jika, Kak Azura tidak mengenal Azkia dia tidak akan berakhir seperti ini hanya karena ingin menolong Azkia dari Aldion yang sekarang entah di mana!" cicit Azkia sembari menoleh ke arah seluruh keluarga Azura termasuk Ozora yang kini secara perlahan menghampirinya.

Azkia dan Ozora saling berhadapan dan menatap dalam. "Terima kasih Ozora... karena sudah menerima aku. Tolong jaga semua yang Azura tinggalkan─"

"Termasuk lo!" sanggah Ozora yang membuat Azkia terkekeh miris.

"Aku harus pergi... dan kedatangan aku ke sini untuk berpamitan kepada Bunda dan Ayah juga kamu. Tolong selesaikan semua yang belum Azura selesaikan!" terang Azkia tanpa mengulur waktu lagi. Sebelum sempurna meninggalkan rumah Azura, Azkia membungkuk untuk memberikan pamit kepada mereka semua yang hanya bisa memandangnya tanpa sepatah kata.

3. Pangeran AzuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang