45. Jiwa yang Teriris

40 5 3
                                    

Rafael x Vanya Dien

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rafael x Vanya Dien

***

"Rasa sakitnya tak sebanding dengan apa yang dia dapatkan sekarang."

─Azkia Nurul Ayu.

***

"Nina Bobo oh nina Bobo~"

Vanya berhenti mengelus kepala Alka setelah putranya sudah terlelap. Dia mengembuskan napas lantas mencium kening Alka dan mematikan lampu lalu pergi dari kamar putranya. Tepat saat menutup pintu kamar Alka telinganya mendengar suara pintu mobil yang ditutup cukup keras. Dia dengan cepat datang dan membukakan pintu rumah.

"Kenapa baru pulang?" Vanya langsung mengambil tas kerja suaminya, Rafael.

Rafael sejenak melirik dan meninggalkan Vanya sembari berkata, "Ada yang mau aku omongin sama kamu. Kita ke ruang kerja sekarang!"

Mendengar itu Vanya sedikit heran, namun dia tetap menurut dan mengikuti suaminya setelah mengunci pintu. Keduanya sampai di ruang kerja bernuansa cokelat bercahaya remang itu. Vanya melihat Rafael yang sudah duduk di kursinya.

Vanya ikut duduk di seberangnya membuat Rafael mengembuskan napas panjang. Dia dengan tiba-tiba menyalakan teve dan langsung muncul sebuah berita yang sangat mengejutkan Vanya.

"Kasus Haratuna Barakino Azkia, resmi kami tutup... sebab tidak ada bukti yang kuat mengenai tersangka yang sudah kami nyatakan tidak bersalah!"

"Kasus penembakan yang menimpa pengusaha kaya raya itu dianggap bunuh diri. Lantas, rekaman CCTV yang sempat beredar tidak ada hubungannya dengan kasus ini, karena di tempat kejadian tidak didapati satu pun CCTV!"

Teve, Rafael matikan selaras dengan Vanya yang membeku. "Pelaku pengeroyokan dan pembunuh itu bukanlah pelaku yang sama!" jelas Rafael yang membuat Vanya menoleh.

"Tetapi, semua benar-benar jelas sama!" celetuk Vanya.

"Aku juga berpikir demikian, tetapi aku sudah memastikan semuanya!" sergah Rafael. "Aku sudah menelpon pihak kepolisian Padang dan menanyakan soal dari lambang organisasi itu dan mereka menjawab bahwa semua tidak ada hubungannya!" beber Rafael.

Mendengar itu membuat Vanya frustasi. Pasalnya dia mengharapkan titik terang kasus Lian dan Calvin dari perkembangan kasus Haratuna, tetapi ternyata semua tidak ada hubungannya.

"Meski semua memang terasa janggal, kita tidak punya hak untuk ikut campur dengan kasus Haratuna. Sekarang, kita cukup fokus pada kasus Lian serta Calvin!" lontar Rafael sembari bangkit dan duduk di samping Vanya yang menunduk frustasi.

3. Pangeran AzuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang