Tiga hari setelah kedatangan calon teman satu rumah yang sangat mengejutkan, Levi kembali membuka pintu untuk menyapa orang yang sama. Kali ini ia tidak lagi merasa terkejut. Jantung berdebar normal seperti biasa. Tak ada lagi robot gugup yang memalukan. Bahkan Levi berusaha sekuat mungkin untuk menjaga pandangan. Walau beberapa detik yang lalu sempat melirik kaki jenjang yang kini dibalut oleh stoking jaring-jaring berwarna hitam.
Eren sedang bicara dengan kurir yang membantunya mengangkut barang. Beberapa kali membungkuk untuk mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya menerima kardus terakhir yang berukuran lebih kecil dari lainnya. Deru mesin terdengar lirih. Eren segera berbalik ketika truk pengangkut barang sudah pergi.
Sepasang mata hijau sedikit melebar ketika menemukan Levi sudah berdiri di ambang pintu. Bibir yang kini dilapisi lisptik berwarna merah muda membentuk huruf 'o' kecil menambah kesan menggemaskan.
"Oh! Selamat sore, Levi," sapa Eren sembari tersenyum lebar. "Kau sudah pulang bekerja? Aku baru saja akan menghubungimu."
Levi hanya bergumam pelan, mengamati mantan tetangga sekaligus teman satu rumahnya yang melangkah dengan begitu anggun. Dua kaki jenjang menyilang seperti kucing. Tak takut salah memijak meski sedang membawa kardus yang cukup besar.
Detik berikutnya pupil hitam melebar dengan sangat cepat. Seolah baru sadar telah membiarkan Eren membawa kardus tersebut sendirian. Levi mendekat dengan langkah lebar, meninggalkan kusen pintu yang sejak tadi ia pakai sebagai sandaran. Sama sekali tidak mempedulikan tatapan bingung yang tertuju padanya.
"Biar kubawakan."
Adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut setelah berdiri di hadapan Eren.
Pria yang memakai kaus putih lengan pendek dan celana jin di atas paha hanya bisa mengedipkan mata beberapa kali. Bingung dan takjub.
"Um ... t-tidak terlalu berat, kok. Tidak apa-ap—
Levi sepertinya tidak menerima penolakan.
Tanpa membiarkan Eren selesai bicara, pria yang lebih tinggi segera mengambil alih kardus tersebut. Lalu berbalik dan kembali melangkah menuju pintu yang masih terbuka lebar.
Butuh beberapa detik bagi Eren untuk menyadari apa yang telah terjadi. Ekspresi bingung berubah drastis. Alis tebal mulai mengerut bersamaan dengan bibir yang mengerucut. Kaki jenjang mengikuti dari belakang. Ekspresi semakin kesal saat melihat Levi—dengan santai dan mudahnya—membawa kardus tersebut menggunakan satu tangan.
"Kau tahu, aku bisa membawanya sendiri," celetuk Eren sembari melipat tangan di depan dada, masih berjalan tepat di belakang Levi yang melewati tumpukan kardus di teras rumah. "Aku rutin olahraga, jadi tidak selemah itu."
Tak ada jawaban.
Kepala bersurai hitam hanya memberikan anggukan kecil. Sebuah respon yang sangat menyebalkan bagi Eren. Dengkusan kasar terdengar sangat jelas.
Pada akhirnya, Eren berhenti tepat di depan tumpukan kardus. Ia mengambil satu yang berada di paling atas. Sempat mengaduh karena ternyata beban kotak tersebut jauh lebih berat dari bayangannya. Usai menyeimbangkan diri dan melepas sepatu hak tinggi di dekat rak sepatu, Eren segera masuk ke dalam rumah. Kening mengerut begitu dalam, menahan beban berat.
Dua lengan sampai sedikit bergetar saat pria berambut panjang itu membungkuk untuk meletakkan kardus. Baru satu kotak saja keringatnya sudah keluar cukup banyak.
Eren menghela napas panjang ketika berdiri tegak. Dua tangan berada di pinggang ramping. Kepala sedikit menengadah untuk menarik napas menggunakan mulut. Sejenak, ia berada di posisi tersebut selama beberapa detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEAL [RIVAERE]
Fanfiction[BL] [BOY X BOY] Pekerjaan dan insomnia membuat kehidupan Levi semakin buruk. Ia sering lupa makan, tidur tidak nyenyak, dan ketergantungan kafein serta nikotin. Hanji bilang Levi hanya perlu mencari teman serumah. Ide konyol karena Levi Ackerman t...