6. Sikap Levi

106 16 5
                                    

Catatan Begundal:

Halo! Maaf karena chapter ini pendek banget. Mood swing-nya lagi kenceng ini karena bulanan huhu aku usahain minggu depan bisa sedikit lebih panjang lagi.

Selamat membaca!

.
.
.
.
.

Hari berganti begitu cepat. Tanpa terasa sudah dua minggu berlalu sejak pertama kali Levi mengantar dan menjemput Eren. Tak hanya terjadi perubahan rutinitas dan aktivitas, tapi selama itu pula ada banyak perubahan lain yang sebenarnya tidak terlalu tampak oleh panca indra manusia.

Yaitu perasaan.

Memang, sejak teringat oleh masa lalu berkat kondisi Eren dua minggu lalu akibat penganiayaan oleh Reiner, Levi menjadi jauh lebih terbuka dengan perasaannya sendiri. Ia tak  bersusah payah menyingkirkannya, menyimpan begitu rapi di dalam kotak kecil yang ada di hatinya. Pun, ia juga tidak lagi berpura-pura. Semua perhatian yang diberikan, murni karena ketertarikannya kepada pemuda tersebut.

Sekecil apa pun.

Seremeh apa pun.

Semua adalah bentuk perasaan Levi kepada cinta monyet yang telah bersemi kembali di usianya yang jauh lebih dewasa.

Secara gamblang, pria tinggi tersebut telah memberikan tanda-tanda ketertarikan yang sayangnya mungkin tidak—atau belum—tertangkap oleh sinyal kepekaan Eren.

Selama dua minggu, Eren tampak … biasa saja. Walau pipi akan merona merah ketika Levi—dengan sengaja, tapi pemuda tersebut tentu saja tidak mengerti dan menganggapnya sebagai sebuah ketidaksengajaan—berdiri terlalu dekat di area dapur, atau jemari yang bersentuhan saat hendak mengambil barang yang sama. Apa pun itu, tidak ada reaksi signifikan selain pipi merona.

Apakah Levi kecewa?

Tentu tidak.

Sejak awal mulai membuka kotak kecil di dalam hatinya, pria berambut hitam itu sama sekali tidak mengharapkan balasan. Maka dari itu, Levi tidak merubah atau mengurangi sikap perhatiannya meski Eren tidak menunjukkan tanda-tanda merasakan perasaan yang sama dengannya.

Seperti sekarang, contohnya.

Keduanya sepakat untuk pergi ke sebuah mall untuk makan siang. Hanji—seperti biasa—memberikan bonus waktu kepada Eren. Walau sempat mendapatkan penolakan karena merasa tidak nyaman dengan karyawan lain yang tidak menerima bonus serupa, nyatanya Eren menyerah setelah wanita nyentrik itu berkelit, “Hei, ini adalah bentuk terima kasihku karena berkatmu Levi tidak pernah melupakan makan siang selama dua minggu. Sekarang pergilah dan kembali dua jam lagi!”

Sama seperti biasa, Levi membiarkan Eren memilih tempat makan. Tak menolak ketika pemuda tersebut ingin menikmati makan siang di sebuah kafe yang kebetulan sedang sering dibicarakan oleh karyawan di salon.

Katanya, “Ada berbagai macam menu potongan harga yang tak kalah lezat dari menu normal lainnya!”

Walau Levi sangat mampu untuk membelikan apa pun yang pemuda itu inginkan, nyatanya ia juga tidak merasa malu bila Eren ternyata mengincar menu makanan dengan potongan harga.

Sayang, semua tidak sesuai dugaan pemuda berambut cokelat tersebut.

Kafe yang teman-teman di salon maksud ternyata adalah tempat berkumpulnya para pasangan. Mulai dari dekorasi yang terkesan romantis serta intim, sampai nama-nama menu makanan yang mereka sediakan. Pun, menu potongan harga yang ramai dibicarakan karyawan salon ternyata diperuntukkan untuk pasangan kekasih.

Maka dari itu, bisa ditebak bagaimana ekspresi Eren ketika memesan menu tersebut dan mendapatkan penjelasan dari salah satu pelayan yang siap untuk mencatat pesanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LEAL [RIVAERE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang