3. Eren dan Kehidupannya

140 19 3
                                    

Sudah dua bulan berlalu.

Levi telah berdamai dengan kebiasaan Eren yang … walau sudah tidak seperti dulu, tapi masih tetap membahayakan kondisi jantungnya. Sedikit.

….

Baiklah, cukup banyak.

Pribadi Eren yang menyukai kebebasan ternyata benar-benar menjadi bumerang bagi Levi yang merasa bahwa kehidupannya sudah menjadi lebih baik.

Tidur sudah teratur. Alkohol masih tersimpan rapi di dalam lemari penyimpanan karena Eren selalu memastikannya mengkonsumsi sedikit saja dalam satu minggu. Pun, perut kosong kini jauh dari kata lapar. Bahkan kebiasaannya untuk merokok juga sudah tidak terlalu buruk.

Walau merasa tertolong karena kehadiran Eren, Levi tetap mengeluh dalam hati. Tak berhenti mengutuk ide brilian—tetapi tetap menyiksa untuknya—dari Hanji.

Insiden junior bersemangat setelah melihat Eren melakukan yoga dengan posisi yang menimbulkan tanda tanya besar itu terulang beberapa kali selama dua bulan. Levi bersumpah bila Eren memang sengaja. Sengaja menunggunya selesai lari pagi setiap hari Minggu dan mulai melakukan posisi yoga yang … yang membuat Levi bingung harus melihat ke arah mana.

Dugaan tersebut semakin besar setelah memergoki seringai kecil yang muncul di wajahnya ketika Levi pulang dari lari pagi dan segera melangkah menuju kamar tanpa mengambil air minum seperti biasa dan TANPA menoleh ke arah ruang santai. Pria tinggi itu hanya sempat menoleh ke belakang, menemukan Eren sedang menyeringai puas. Tak sadar bila Levi tengah memergokinya memasang ekspresi tersebut.

Maka dari itu, setelah sadar bahwa Eren sepertinya memulai sebuah permainan yang begitu seru, Levi pun memilih untuk turun tangan.

Tak adil bila hanya satu orang saja yang bisa bersenang-senang. Bukan begitu?

Bulan berikutnya, Levi memulai permainannya sendiri.

Bila Eren bisa ‘menggodanya’ seperti itu, maka Levi pun bisa melakukan hal yang walau tidak sama, tapi juga tak kalah hebatnya.

Malam hari, sepulang dari kantor, Levi merasa kesempatannya telah tiba begitu melihat Eren sedang sibuk di dapur. Rambut cokelat digelung tinggi, memamerkan leher jenjang. Tubuh ramping dilapisi oleh atasan berupa kaus tipis yang seperti kurang bahan. Begitu kecil, potongan crop dengan bagian kerah yang sangat lebar hingga jatuh dari pundak kecokelatan. Lalu bawahannya … berupa celana pendek kain yang cukup ketat dan tidak bisa menutupi seluruh paha sekal tersebut.

Musik terdengar cukup keras. Alasan mengapa Eren belum juga menyadari langkah kaki Levi yang mendekat. Tas kerja sudah ia letakkan di atas meja makan, beserta jas hitam yang kini tersampir di sandaran kursi. Levi sengaja menggulung lengan bajunya hingga siku. Tahu bila selama ini Eren sering melirik ke arah lengannya. Sebuah indikasi bahwa ia tertarik—mungkin?—dengan apa pun yang Levi miliki.

Jantung sedikit berdebar lebih cepat. Levi tidak bisa berbohong bila ia merasa … tertarik dengan permainan ini.

Tubuh tinggi akhirnya mendekat. Dua lengan terulur ke depan, memegang pinggiran meja konter tempat Eren sedang memotong tomat. Sukses mengurung tubuh pendek pemuda berambut panjang tersebut.

“Masak apa, hm?”

Kepala bersurai hitam sedikit menunduk, sengaja bicara tepat di sisi telinga Eren. Sesuai dugaan, Eren terkesiap, sedikit menjerit dan melepaskan pisau tajam dari genggaman. Pundak tersentak. Kepala segera menoleh ke belakang, membuat Levi dapat melihat mata hijau yang melebar; terkejut.

“L-Levi?! Apa yang—

Apa pun yang hendak Eren bicarakan, semuanya terhenti di tengah jalan. Bibir setengah terbuka.

LEAL [RIVAERE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang