Part 32 (Republish)

193 22 3
                                    

Happy reading

*
*
*

Alice menyerang dengan brutal pada lawannya. Bukan dirinya yang menyerang duluan, melainkan mereka yang mengusiknya. Manik matanya menatap mayat yang berhamburan di sekelilingnya dengan tajam. Belum lama dirinya berada di hutan, namun sudah belasan nyawa sudah melayang di tangannya.

Sial!

Wanita itu terduduk dengan bertopang pada busurnya. Dadanya terasa nyeri akibat serangan telak bagian belakang yang ia terima sehingga menembus jantungnya. Alice mengalami luka dalam yang fatal. Ia butuh waktu untuk memulihkan dirinya.

Sebuah lemparan belati tepat melewati sisi wajah Alice yang membuat napasnya terasa tercekat sementara. Disusul oleh suara teriakan dari arah belakangnya. Alice tidak berbalik, ia malah mendongak melihat seorang wanita yang berjalan santai ke arahnya.

"Kau ... kita pernah bertemu sebelumnya."

Wanita itu mengangguk. Tangannya terulur pada Alice, membantunya berdiri. "Kau tidak boleh lengah, Putri."

Alice tersenyum. "Terima kasih. Tapi, aku harus pergi."

"Aku juga. Sampai jumpa."

Sampai jumpa? Apa kita bisa bertemu lagi?

Wanita yang Alice anggap biasa ternyata bisa membunuh juga. Ibu jarinya mengelap ujung bibirnya yang berdarah. Ia tersenyum simpul menatap sekali lagi pada punggung yang hampir hilang tertelan kabut.

"Kau tidak bisa diremehkan, Fey."

Alice mengambil busurnya, lalu kembali menyusuri hutan dengan arah yang berlawanan dengan Fey. Entah dirinya harus ke mana.

---

Dalam perjalanannya tidak jarang Fey bertemu dengan hewan buas atau pun wanita buas lainnya.
Sayembara yang tengah terjadi sudah cukup menguras amarahnya meskipun ia terlihat tenang. Ditambah lagi dengan dirinya yang terus diincar sedari ia sadar.

"BERHENTI MENGANGGUKU, JALANG MURAHAN!"

Chelsa terkejut mendengar suara teriakan yang begitu ia kenali. Ia mulai berjalan terburu-buru mencari asal suara.

"Ingin pergi ke mana, Nona Manis?"

"Oh, ya ampun." Chelsa mempersiapkan posisi. "Cepat selesaikan ini, Nona pahit!"

"Apa?"

Melihat wanita yang berlari ke arahnya membuat Chelsa menguatkan dirinya yang ketakutan.

Tunggu sebentar, Fey.

---

Wanita dengan kaki pincangnya berjalan tertatih dengan sesekali berpegangan pada pohon yang ia lewati.

"Sayembara sialan!"

Luka di kakinya ia dapat saat tidak sengaja jatuh di lubang sumur kering yang cukup dangkal. Butuh waktu lama untuk Felicia bisa keluar. Telapak tangannya pun sudah lecet.

"Lama tidak bertemu."

Felicia menatap tajam wanita yang kini bersandar pada sebuah pohon. Dia tidak peduli, Felicia dengan santainya menganggap suara yang menyuruhnya untuk berhenti sebagai angin lalu.

"Berani sekali kau mengabaikanku!"

Tatapan malas Felicia berikan kepada wanita yang sudah menghadangnya. "Karan Air, menyingkir dari hadapanku."

Entah kenapa Felicia malah meniru julukan yang Chelsa berikan. Karan yang tidak suka pun langsung menghempaskan Felicia dengan sihirnya. Felicia meringis merasakan sakit yang menjalar di tubuhnya. Kepalanya yang masih pusing serta kakinya yang terluka menjadi semakin terasa sakitnya.

DESTINY OF THREE GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang