Suara nafas sesuatu terdengar begitu dekat di telingaku. Dan bahkan aku bisa merasakannya. Hembusan angin yang menerpa mukaku bersamaan dengan suara nafas. Hal itu terjadi beberapa kali, hingga aku memutuskan untuk membuka mataku.
“Waaa!” Wajah seekor anjing tepat di mukaku. Hewan itu langsung mundur seketika aku bangun karena terkejut.
“Warspite, tidak boleh begitu. Kasian Elli.” Anjing itu nampak senang saat Elizabeth mengelus-ngelus bulunya.
“Elizabeth, bukankah sudah dibilangin untuk tidak membawa Inguan ke dalam kamar?”
“Tidak apa kok.”
Dia mengucapkan itu dengan wajah yang seketika menjadi murung. Aku ingat sekarang. Peraturan untuk tidak memasukkan Inguan itu ke dalam dibuat adalah karena kamar ini sudah sangat pas-pasan untuk delapan orang, hingga hari kemarin. Salah satu teman sekamar kami kalah dalam pertandingan di malam sebelumnya, dan keesokan harinya, dia sudah tidak ada lagi. Aku tidak akrab dengannya hingga aku melupakan namanya, tapi dia menggunakan Inguan Anoa. Inguan itu tidak terlalu bagus untuk dipertandingkan, jadi aku pernah menanyakannya apakah dia ingin mencari Inguan yang lebih baik. Dan dia menjawab tidak. Walaupun Anoa-nya lemah, tapi dia tetap ingin berjuang bersama Inguan itu. Dia merasa Anoa itu lebih baik dan juga lebih bermakna ketimbang Inguan lain. Kata-kata yang mengingatkanku kembali dengan pertemuanku dengan Phantera Warrior. Cih, mengingat mukanya saja sudah membuatku kesal. Menurutnya aku sudah kalah karena tidak percaya dengan Inguan pertamaku. Tapi aku sudah membuktikan bahwa walaupun itu pertama kalinya aku menggunakan jenis Wingves, aku masih bisa menang. Akan kubuktikan bahwa dengan Wingves-pun, aku bisa menjadi juara.
Harus kuakui, pertandingan pertamaku kemaren itu dimulai dengan rasa kurang percaya diri dengan Inguan-ku. Lawanku menggunakan Inguan berjenis Panthera, seekor macan dengan bulu yang sangat hitam dan mata bewarna merah, Dark Panther. Inguan yang sama yang ingin kutangkap di dalam hutan itu. Mungkin kemenanganku itu disebut keberuntungan. Dark Panther itu ibarat pedang bermata ganda. Saat malam hari, kemampuannya akan meningkat dratis, tapi dia akan melemah saat siang muncul. Dan siang telah membantuku menang. Pertempuran itu juga membuatku lebih mempercayai kemampuan Wingves milikku yang sekarang kuberi nama Garuda.
“Hei Elli, skill apa yang kau dapat?”
“Skill apa?”
“Apa kau tidak mendengar pengumuman saat pertandingan itu usai? Setiap Inguan yang berhasil menang mendapatkan skill.”
“Eh!? Kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal?” Aku mengatakannya walaupun aku tahu ini bukan salahnya. Turnamen semalam dimulai dengan aku yang bertanding pertama. Karena menurutku akan berlangsung lama hingga pertempuran selesai, aku pergi ke kamar duluan. Aku-pun memeriksa status Garuda di smartphone, dan ya, ada pemberitahuan baru di bagian skill.
Shield Skill: First Truth – Black Golden Star. Nama yang panjang, aku akan memikirkan sebutan singkatnya. Tehnik ini memungkinkan Garuda untuk menghempaskan energi yang kuat kepada lawannya. Kerusakan yang ditimbulkannya tergantung dengan kepercayaan diriku.
“Kenapa kau tiba-tiba tersenyum? Apakah Garuda mendapatkan tehnik yang bagus?”
Aku tidak sadar bahwa aku tiba-tiba tersenyum. Mungkin itu karena aku merasa mendapatkan tehnik yang bagus sebagai permulaan, walaupun aku tidak mengerti apa maksudnya kepercayaan diri. “Lumayan, he.” Bukannya aku tidak ingin memberitahunya, hanya saja aku berpikir kalau semua yang ada disini adalah saingan. Termasuk Elizabeth. Dan aku tidak ingin memberitahukan kemampuan Inguan-ku jika memang tidak diperlukan. “Bagaimana dengan Warspite?”
“Oh, dia dapat Skill Passive: High Jump. Sekarang dia bisa melompat setinggi pohon.”
Dia memberitahukannya seolah bukan apa-apa. Tapi dia kurang beruntung. Mendapatkan skill passive sebelum tehnik penyerangan bukanlah hal yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elli - The Adventure in Another World (END)
FantasíaDikumpulkan dalam satu tempat. Satu keinginan yang sama. Tapi hanya satu orang yang bisa mendapatkannya. Ketika permainan yang sedang terkenal menjadi kenyataan, dan menjadi penentu nasib banyak jiwa. Sanggupkah sang pemain nomor satu menunjukkan ke...